Entri Populer

Selasa, 01 November 2016

E-katalog

Hallo November Ceria...

Yuk cek katalog oriflame bulan November kita

banyak produk baru dan promo loh... yuk buruan

Bagi yang mau order atau minat silahkan hubungi kontak dibawah ini yah..

Salam Sukses Shoopers

Cp: NOPINA S.M HARAHAP

BBM; 760AD7A3

LINE: nopinasmhrp

phone/ wa: 0823-6933-1843





E-katalog

Jumat, 07 November 2014

Laporan Hasil Studi Kasus di Sekolah dan Luar Sekolah


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mampu hidup sendiri tanpa berdampingan dengan manusia lain. Allah SWT menciptakan manusia dimuka bumi tidak untuk hidup sendirian, melainkan untuk berhubungan dan berinteraksi dengan manusia lainnya. Hal itu sudah dibawa sejak manusia dilahirkan ke permukaan bumi ini.
Manusia berhubungan dan berinteraksi dengan sesama manusia yang lain, saling membutuhkan pertolongan dan bantuan dari orang lain demi kelangsungan hidupnya. Dalam berinteraksi satu sama lain, baik itu secara individu dengan individu atau individu dengan kelompok sama – sama saling membutuhkan satu sama lain. Dalam interaksi tersebut pasti akan memunculkan berbagai kendala dan persoalan ataupun berbagai permasalahan - permasalahan. Permasalahan yang muncul tersebut ada yang ringan, sedang, bahkan sangat berat. Untuk mengatasi persoalan atau permasalahan tersebut membutuhkan pikiran, cara, dan usaha – usaha untuk mengentaskan permasalahan yang dihadapi.
Allah SWT telah menciptakan manusia dengan berbagai keistimewaan tersendiri masing – masingnya, makhluk yang satu dengan makhluk yang lain tidaklah sama. Dengan keistimewaan dan berbagai perbedaan karakteristik yang dimiliki setiap manusia itu, diharapkan dapat hidup bahagia di dunia dan akhirat. Namun, dalam kehidupan sehari  - hari di lingkungan sekitar tidak dapat dipungkiri banyak  sekali masalah atau problem yang dialami setiap individu atau anggota masyarakat. Keunikan, keragaman, dan banyak jenis masalah yang dihadapi masing – masing individu dalam hidupnya. Seperti yang disebutkan tadi, masalah yang muncul itu bisa berbagai tingkatan, dari berbagai tingkatan permasalahan tersebut dapat mengganggu keefektifan kehidupan sehari – hari setiap individu. Namun, juga tidak menuntup kemungkinan, dari permasalahan yang didapat dan dihadapi tersebut dapat melatih diri untuk bisa semakin matang dan mampu mengambil hikmah serta pembelajaran dari berbagai permasalahan tersebut demi kehidupan di masa datang.
Sebagai sesama manusia ciptaan yang kuasa, dan seorang konselor tentu tidak boleh diam dan menutup mata terhadap orang – orang yang mempunyai masalah, tetapi harus berusaha untuk memahami, merasakan, dan membantu orang – orang tersebut untuk mengentaskan masalah yang dihadapinya. Untuk membantu mengentaskan masalah – masalah tersebut, dapat dilakukan dengan studi kasus. Dimana dengan studi kasus ini, dapat mengungkapkan permasalahan dan membahas permasalahan lebih mendalam sehingga dapat mengentaskan masalah dengan cara yang tepat dan efektif.
Dalam pelaksanaan studi kasus ini, tidak sekedar melaksanakan pendalaman permasalahan begitu saja, namun memerlukan pengumpulan berbagai data yang mendukung untuk memahami permasalahan lebih jauh lagi. Dalam pengumpulan datanya, dapat menggunakan berbagai instrument – instrument atau data – data yang akurat sebagai alat yang akurat untuk mencarikan jalan keluar atau solusi yang tepat dari permasalahan tersebut.
Pelaksanaan studi kasus ini tidak sekedar untuk mengentaskan masalah, namun memberikan manfaat yang besar bagi setiap individu yang dilaksanakan studi kasus. Kegiatan studi kasus  ini  juga bermanfaat bagi mahasiswa yang sedang belajar untuk bisa memahami dan menemukan solusi yang tepat untuk mengentaskan masalah orang lain. Sebab, dalam kegiatan studi kasus ini, berbagai pengetahuan yang sudah diperoleh, dapat diterapkan secara langsung serta memperoleh pengalaman dalam menangani masalah individu baik itu di sekolah maupun di luar sekolah.
Seperti yang disebutkan dalam tujuan pendidikan nasional berdasarkan Undang – Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah:
Untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulian, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga Negara yang demokratis, serta bertanggungjawab.

Berdasarkan Tujuan Pendidikan Nasional di atas, pendidikan merupakan sebuah proses yang mulia. Agar tercapainya tujuan nasional sepeti yang tercantum dalam undang – undang tersebut maka diperlukan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam mendidik siswa di sekolah.
Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan bagian penting dari suatu pendidikan yang dijalankan di suatu sekolah. Hal ini disebabkan karena permasalahan yang dialami para siswa di sekolah sering sekali tidak dapat dihindari, meskipun pengajaran yang baik telah dilaksanakan. Sekolah selalu menyediakan pelayanan yang luas dan efektif dalam membantu siswa untuk mencapai tujuan – tujuan perkembangannya dan mengatasi permasalahannya, sehingga diperlukan adanya pelayanan bimbingan dan konseling disamping kegiatan pengajaran dan latihan.
Selain di sekolah, penyelenggaraan bimbingan dan konseling di luar sekolah juga sangat penting dilaksanakan. Setiap individu dari berbagai kalangan dalam kehidupan tentu mengalami masalah, tidak hanya siswa yang sedang duduk dibangku sekolah, namun masyarakat juga pasti mengalami suatu permasalahan. Permasalahan itu bisa secara individu, kelompok, dalam keluarga, dalam lembaga tertentu, ataupun dalam kelompok masyarakat yang luas. Oleh karena itu, perlu adanya pelayanan bimbingan dan konseling untuk masyarakat diluar sekolah.
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan di atas, studi kasus yang akan dilaksanakan dalam membantu individu untuk mempelajari, memahami, mendalami, dan mengentaskan masalah dari seorang individu, maka memerlukan pengetahuan tentang bimbingan dan konseling. Sebab, pelaksanaan studi kasus ini memang sangat membutuhkan tenaga yang ahli dan professional yaitu guru pembimbing dan konselor.
Hal tersebut dapat dikaitkan dengan pernyataan Prayitno dan Erman Amti (2004 : 50) tentang cara pandang konselor terhadap kasus yaitu konselor seharusnya tidak memandang suatu kasus dari sudut pandang berat ringannya, apalagi kalau berat ringannya itu didasarkan atas deskripsi kasus yang barangkali belum lengkap. Setiap kasus harus dipandang dan dihadapi secara serius. Apabila konselor memandang suatu kasus sebagai kasus yang ringan, boleh jadi konselor yang menyepelekannya, sehingga menjadi kurang tanggap dan kurang serius menghadapinya. Sebaliknya, apabila konselor memandang suatu kasus sebagai kasus yang berat atau bahkan amat berat, barangkali konsleor akan bersikap dan bertindak berlebih – lebihan, atau merasa tidak sanggup menghadapinya, sehingga belum apa – apa sudah merasa kewalahan. Sikap dan tindakan yang meremehkan ataupun berlebih – lebihan itu keduanya tidak wajar dan besar kemungkinan akan merugikan orang yang mengalami permasalahan itu sendiri dan mengurangi efektivitas upaya penanggulangannya.

B.     Tujuan Studi Kasus
Adapun tujuan studi kasus dilaksanakan adalah:
1.      Sebagai dasar untuk mendiagnosa dan treatment pemecahan masalah
2.      Salah satu metode penelitian
3.      Sebagai dasar untuk mempelajari seseorang dalam rangka membantu agar dapat berkembang secara optimal
4.      Mengungkapkan faktor yang berkaitan dengan masalah
5.      Mengungkapkan penyebab atau latar belakang masalah
6.      Membantu seseorang agar terlepas dari masalahnya
7.      Sebagai dasar dalam studi terhadap individu yang tidak bermasalah dan hanya untuk tujuan atau maksud mengembangkan individu secara tepat

C.    Manfaat Studi Kasus
1.      Diri Sendiri
a)      Menambah wawasan penulis
b)      Menambah pemahaman dan pengalaman penulis sendiri
c)      Dapat bersosialisasi langsung dengan siswa, guru mata pelajaran, guru pembimbing, dan sekolah serta dengan kelompok masyarakat
d)     Dapat menggali dan mengungkapkan fakta – fakta yang terkait serta sebab – akibat timbulnya masalah dan menetapkan langkah – langkah penangan masalah
e)      Proses persiapan menjadi seorang konselor
f)       Dapat memudahkan kita dalam memahami keanekaragaman perilaku setiap individu yang ada di masyarakat
2.      Kasus
a)      Dapat membimbing kasus dalam rangka menemukan pribadinya untuk mengenal kelemahan dan kelebihan yang ada pada diri kasus
b)      Membantu kasus mengenal lingkungan, menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, ekonomi, budaya serta alam yang ada
c)      Dapat mengungkapkan penyebab masalah kasus
d)     Mencarikan dan melakukan usaha – usaha penangan
e)      Dapat terentaskannya masalah yang dialami oleh kasus
3.      Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Tantangan – tangan perubahan yang dibawa oleh ilmu pengetahuan, hendaknya tidak menggoyahkan optimalisasi pengembangan warga masyarakat. Sebaliknya, unsur – unsur yang terdapat dalam ilmu pengetahuan, dimanfaatkan untuk lebih meningkatkan lagi pengembangan diri individu. Ilmu pengetahuan justru menjadi pemacu bagi pengembangan manusia seutuhnya. Individu harus bisa dan dapat menyiapkan diri untuk menghadapi pengembangan ilmu pengetahuan dengan sikap dan kemampuan yang tepat dan memadai.




BAB II
IDENTIFIKASI HASIL STUDI

A.    Kasus Di Sekolah
1.      Pemilihan Kasus
Latar belakang dari pemilihan kasus di sekolah ini adalah untuk membantu individu yang mengalami permasalahan dalam kehidupan sehari – hari (KES-T) yang mengganggu proses belajar di sekolah. Tujuan umum dari pelaksanaan studi kasus ini adalah untuk mengubah ketidakefektifan kehidupan sehari – hari   (KES-T) menjadi kehidupan efektif sehari – hari (KES).
Kasus yang dipilih penulis untuk distudi kasuskan adalah kasus seorang siswa yang tidak disiplin terhadap peraturan sekolah dan bermasalah dalam proses belajar.
Penulis memilih kasus tersebut karena, kasus merupakan siswa binaan penulis di sekolah tempat penulis melakukan Praktek Lapangan Bimbingan Konseling di Sekolah (PLBKS), yaitu SMK Negeri 6 Padang. Kasus merupakan siswa kelas XI Tata Busana 2, SMK Negeri 6 Padang. Yang mana, guru pembimbing di kelas tersebut adalah Ibu Mayarni, S. Pd. Ibu tersebut menyarankan kepada penulis untuk memilih kasus yang diangkat untuk distudi kasuskan. Selain itu, guru pembimbing kasus pada saat kasus duduk di kelas X yaitu Ibu Rifda Hayati, S.Pd., juga menyetujui dan menyarankan agar kasuslah yang diangkat sebagai studi kasus penulis.
Guru pembimbing kasus menceritakan masalah kasus mulai dari masalah di sekolah kasus hingga masalah di luar sekolah kasus. Kemudian, penulis menarik kesimpulan dan mulai mencari tahu tentang kebenaran informasi dari guru pembimbing tersebut. Setelah mengobservasi ke lapangan langsung, kemudian penulis mengambil keputusan untuk mendalami kasus tersebut.
Hal yang menarik bagi penulis sehingga tertarik memutuskan untuk menerima permintaan guru pembimbing memilih kasus tersebut adalah karena, masalah dari kasus tersebut sangat penuh tanda tanya bagi penulis. Banyak hal yang perlu dipertanyakan dan didalami karena masalah kasus tersebut. mulai dari masalah perceraian kedua orang tua kasus, ketidakseriusan kasus untuk belajar, kurangnya minat belajar kasus, hingga kebencian kasus terhadap ayah kasus dan memunculkan kebiasaan kasus yang suka gonta ganti pasangan atau pacar.
2.      Identitas Kasus
Nama                                 : PR
Tempat/Tgl.Lahir              : Padang, 15 Februari 1995
Umur                                 : 19 Tahun
Jenis Kelamin                    : Perempuan
Agama                               : Islam
Anak ke -                          : 3 (Tiga)
Status dalam Keluarga      : Anak Kandung
Alamat                              : Jalan Siak No. 5
No. Telp/Hp                      : 081947569234
Kelas                                 : X Tata Busana 2
Hobi                                  : Menonton TV, Tidur
Nama Orang Tua               :
a)      Ayah               : (Alm)
b)      Ibu                   : Dahliar
Alamat Orangtua              : Jalan Siak No. 5
No. Telp                            : -
Pekerjaan Orangtua           :
a)      Ayah               : -
b)      Ibu                   : Ibu Rumah Tangga

3.      Gambaran Masalah
Kasus yang duduk dibangku kelas XI Tata Busana 2 di SMK Negeri 6 Padang ini memang tampak memiliki sikap yang berbeda dengan siswa yang lain. Kasus memiliki beberapa sikap yang cukup berbeda dibandingkan dengan teman – temannya satu kelas.
Kasus adalah siswa yang termasuk memiliki masalah dibidang belajar. Dia sering terlihat tidak semangat untuk mengikuti kegiatan belajar dikelas. Setiap kali belajar, dia selalu melakukan hal – hal yang melanggar peraturan saat belajar. Kasus biasanya memasang ipod mini dengan headsetnya sekaligus dan menggunakannya dibalik kerudungnya. Setelah menghidupkan ipod mini tersebut, ia akan berpura – pura untuk memperhatikan guru yang sedang berbicara di depan. Ini hal yang tidak biasa dilakukan siswa yang lain. Namun, beberapa kali penulis melakukan observasi di kelas, dia tidak sendiri mendengarkan musik tersebut, dia juga mengajak sahabat terdekatnya untuk mendengarkan musik melalui ipod mini tersebut, yaitu sahabatnya “E”. dan biasanya, sahabatnya itu pun tergoda untuk mengikuti apa yang dilakukan kasus.
Selain itu, kebiasaan kasus di sekolah adalah sering datang terlambat kesekolah. Hampir setiap hari ia datang kesekolah pasti terlambat. Untuk terlambatnya, terkadang hampir setengah jam setelah masuk, seperempat jam setelah masuk, atau bahkan terkadang ia terlambat hingga 1 jam setelah bel sekolah berbunyi.
Kasus yang setiap hari datang ke sekolah dengan menggunakan sepeda motor, tetap saja datang terlambat ke sekolah. Padahal, jika dibandingkan dengan teman – temannya yang lain, kasus termasuk cukup beruntung bisa membawa kendaaraan, sementara temannya yang lain hanya menggunakan kendaraan umum seperti bus trans atau pun angkot.
Tidak hanya sering datang terlambat, kasus juga memiliki beberapa catatan tidak hadir atau alfa, izin, dan juga sakit. Namun yang paling banyak itu adalah catatan ketidakhadirannya atau alfa.
Sikap lain yang dimunculkan klien di sekolah yaitu klien hanya dekat dengan 2 orang sahabatnya, yaitu Er dan E. Namun, belakangan ini, kasus sedang memiliki hubungan yang kurang mengenakkan dengan Er. Hingga sekarang mereka masih belum saling berbicara atau pun saling bermaaf-an. Sementara itu, untuk hubungan dengan teman – teman sekelas yang lain, kasus tidak terlalu dekat dan tidak terlalu peduli dengan teman – temannya. Bahkan terkadang, jika ditanya, apakah kasus mengenali semua teman – teman di kelasnya, dia menjawab bahwa kasus tidak terlalu mengenali teman – temannya di kelas.
Selain itu, kebiasaan kasus di kelas, setiap pergantian jam belajar, kasus pasti keluar dan nanti masuknya, setelah ibu guru duduk di kelas barulah kasus masuk.
Kasus sangat tertutup dengan teman – temannya. Kasus hanya terbuka kepada sahabatnya E saja. Hal itu, terbukti ketika kasus sedang mengalami musibah, yaitu saat ayah kandungnya meninggal dunia. Satu pun dari teman- temannya tidak ada yang mengetahui hal tersebut, bahkan sahabatnya E, sehari sesudah di kuburkan barulah ia memberitahukan dan menceritakan kepada E bahwa ayahnya telah meninggal dunia. Selama ini, teman – temannya hanya mengetahui sebatas ayahnya sedang sakit parah saja, namun untuk kabar bahwa ayahnya telah meninggal, kasus tidak ada memberitahukan kepada teman – temannya.
Kasus juga memiliki kebiasaan sering gonta – ganti pasangan / pacar. Kasus tidak pernah serius untuk menjalin hubungan dengan orang, ia hanya berniat untuk mempermainkan pasangannya itu saja. setelah merasa bosan, ia pun akan meninggalkan pasangannya tersebut.
Selain masalah hubungan muda – mudi, kasus juga memiliki kebiasaan melanggar peraturan berpakaian di sekolah, yang mana seharusnya kasus kasus harus berpakaian baju kurung dan putih abu – abu dan menggunakan jilbab warna putih, menggunakan sepatu warna hitam, dan kaos kaki putih. Akan tetapi kenyataannya, kasus lebih sering memakai sandal dan tidak memperdulikan penampilan. Terkadang, pakaian kasus ke sekolah itu berantakan, kusut, dan sepertinya tidak di setrika terlebih dahulu. Cara berpakaian kasus kurang rapi dan tampak terlalu santai setiap kali masuk sekolah.
4.      Teknik Pengungkapan Masalah
Untuk memahami permasalahan kasus dan mendalami keadaan kasus secara lebih mendalam, maka dapat diungkapkan dengan menggunakan beberapa instrument untuk mendapatkan keterangan, informasi, serta data yang dapat mendukung dengan permasalahan kasus. Adapun instrument yang digunakan untuk mengungkapkan dan mendalami permasalahan kasus adalah:
a)   Rekap Absen
Rekap absen ini merupakan salah satu langkah untuk mengumpulkan data tentang kehadiran kasus. Rekap absen dilakukan setiap bulan, sehingga didapatkan rekapitulasi kehadiran kasus selama per bulannya.
Data rekapitulasi absen ini, dilihat dari segi sebarapa banyak kasus absen/ alfa (a), sakit (s), izin (i), dan terlambat (t). Dari rekapitulasi tersebut, yang diperoleh oleh penulis adalah sakit sebanyak 3 kali , izin sebanyak 8 kali, alfa sebanyak 5 kali, dan terlambat sebanyak 1 kali. (terlampir).
Hasil rekapitulasi absen ini penulis peroleh dari guru piket yang merekap absen setiap harinya. Selain itu, penulis juga memantau kehadiran kasus tersebut. pada awalnya, terjadi sedikit membingungkan dengan hasil rekapitulasi absen yang didapat dari guru piket tersebut. Sebab, dari fakta atau dari hasil lapangan secara langsung, kasus memang terlihat sering datang terlambat, namun tidak tahu bagaimana mengapa dari hasil rekapitulasi tersebut berbeda dengan kenyataan. Kemudian penulis mencari tahu bahwa, hal ini terjadi karena kelalaian dari guru piket yang kurang teliti untuk merekap absen siswa, sehingga terjadi kesalahan seperti ini. Namun, berdasarkan pengamatan penulis, kasus sudah 30 kali datang terlambat selama 1 semester ini.
b)     Leger Nilai
Berdasarkan hasil rekapitulasi leger nilai keseluruhan dari kelas XI Tata Busana 2 untuk semester III yang lalu, kasus (P) berada di peringkat 27 dari 30 siswa.
P memiliki nilai yang rata – rata berada dinilai KKM. Nilai tertinggi dari keseluruhan P yaitu 80 di mata pelajaran matematika dan ilmu pengetahuan alam, dan yang terendah yaitu 75 di mata pelajaran Seni Budaya dan Kesenian dan Kewirausahaan. Sementara, mata pelajaran yang lain nilainya pas – pasan di nilai KKM.
Jika dilihat berdasarkan KKM-nya nilai mata pelajaran yang tertinggi yaitu berada di Matematika, dan untuk yang terendah yaitu pada 2 mata pelajaran yang berbeda adalah Seni Budaya dan Kesenian dan Kewirausahaan. (terlampir)

c)      Sosiometri
Berdasarkan hasil pengolahan sosiometri kelas XI Tata Busana 2, diperoleh hasil yaitu dalam kelompok belajar kasus tidak dipilih dan tidak memilih satu orang temanpun dalam kelompok belajar. Hal ini juga sama dengan kelompok bermain, kasus tidak memilih 1 orang pun sebagai teman yang dipilih dalam kelompok bermain. Kasus hanya memberikan alasan bahwa “semuanya sama saja, mau belajar atau bermain, gak ada bedanya”.
Namun, dalam kelompok belajar, justru kasus dipilih oleh salah seorang siswa di dalam kelas tersebut. setelah di perhatikan, ternyata yang memilih kasus dalam kelompok bermain itu adalah sahabat kasus yaitu “E”. E tersebut memberikan alasan memilih kasus sebagai teman yang dipilihnya dalam bermain karena kasus orangnya baik, dan mengerti akan dirinya. (terlampir)
d)     AUM Umum
Berdasarkan hasil pengolahan AUM Umum kelas XI Tata Busana 2 diketahui masalah – masalah umum yang dialami oleh kasus berjumlah 22 item permasalahan. Adapun permasalahan yang dialami oleh kasus adalah sebagai berikut:
1)      Bidang Jasmani dan Kesehatan (JDK)
No. 001 Badan terlalu kurus, atau terlalu gemuk
No. 020 Gangguan pada gigi
No. 034 Kurang mampu berolahraga karena kondisi jasmani yang
              kurang baik
No. 035 Gangguan pada pencernaan makanan
No. 046 Sering pusing dan/ atau mudah sakit
No. 050 Selera makan sering terganggu
2)      Bidang Diri Pribadi (DPI)
No. 076 Sering mimpi buruk
No. 079 sering melamun/ berkhayal
No. 080 ceroboh/ kurang hati – hati
No. 095 Sering gagal dan/ atau mudah patah semangat
3)      Bidang Hubungan Sosial (HSO)
No. 169 Mudah tersinggung/ sakit hati dalam berhubungan dengan
              orang lain
4)      Bidang Pendidikan dan Pelajaran (PDP)
No. 014 Kurang meminati pelajaran/ jurusan/ program yang diikuti
No. 028 Sukar memahami penjelasan guru sewaktu pelajaran
              berlangsung
No. 030 Terpaksa mengikuti mata pelajara yang tidak disukai
No. 041 Gelisah dan/ atau melakukan kegiatan tidak menentu sewaktu
               pelajaran berlangsung, misalnya membuat coret – coretan
              dalam buku, cenderung mengganggu  teman
No. 051 Hasil belajar atau nilai – nilai kurang memuaskan
No. 056 mengalami masalah dalam menjawab pertanyaan ujian
No. 071 Sering kali tidak siap menghadapi ujian
No. 081 Cara guru menyajikan pelajaran terlalu kaku dan/ atau
              membosankan
No. 087 Ingin dekat dengan guru
5)      Bidang agama, nilai, dan moral (ANM)
No. 143 Sering ditegur karena dianggap melakukan kesalahan,
pelanggaran/ sesuatu yang tidak layak
6)      Bidang Hubungan Muda Mudi (HMM)
No. 175 Mengalami masalah dalam memilih teman akrab dari jenis
kelamin lain atau pacar
Dari 22 item permasalahan kasus tersebut, yang menjadi masalah terberat adalah item nomor No. 169.(terlampir)
e)      AUM PTSDL
Dari penyelenggaraan AUM PTSDL maka dapat diketahui masalah kasus sebanyak 45 permasalahan. Adapun permaslahan yang dialami kasus adalah:
1)      Bidang Prasyarat Penguasaan Materi
No. 002 Materi pelajaran tidak diulangi
No. 004 Tidak melihat kaitan atau urutan antar materi pelajaran
No. 033 Dalam mengerjakan PR tidak menyiapkan bahan – bahan yang
               menunjang
No. 034 Sulit mengerjakan PR karena tidak mengerti petunjuknya
No. 92 Kurang memberikan perhatian kepada materi yang menjadi
              dasar bagi penguasaan materi yang lebih tinggi
No. 93 Tidak percaya bahwa mengikuti secara teratur pelajaran
              perminggu adalah cara belajar terbaik
2)      Bidang Keterampilan Belajar (T)
No. 010 Sulit menyiapkan diri sehingga kurang bersemangat dalam
              dalam mengikuti pelajaran, ujian dan, ulangan
No. 039 Tidak mentukan dan menyusun bahan – bahan yang akan
              dipelajari
No. 042 Tidak mengikuti belajar bersama, selain belajar sendiri
No. 044 Terganggu atau mengganggu teman di dalam kelas
No. 045 Melewati grafik, diagram, table yang merupakan bagian
              penting bacaan
No. 069 Ceroboh dalam menjawab soal – soal ulangan / ujian
No. 071 Sebelum berangkat sekolah, tidak menyiapkan segala yang
              diperlukan
No. 074 Tidak menuliskan intisari pelajaran pada kartu – kartu
               pelajaran
No. 075 Tidak siap untuk ulangan/ ujian dalam bentuk apapun
No. 100 Tidak menyusun dan melengkapi catatan setelah pelajaran
               sekolah
No. 105 Tidak berusaha mengerjakan semua soal dengan alokasi waktu
              yang tersedia
No. 107 Kesulitan dalam mengatur dan memenuhi jadwal kegiatan
              sehari – hari
No. 108 Jawaban soal ulangan/ ujian yang diberikan dengan tidak
              jelas, tidak jelas, dan tidak lengkap
No. 110 Tidak mencatat dan menanyakan kepada guru atau teman
              bahan yang kurang dipahami
No. 125 Terlambat hadir dalam kelas
No. 128 Mengikuti ujian dengan kurang persiapan dalam waktu
              maupun perlengkapan
No. 130 Mengerjakan tugas dengan tidak memperhatikan mutu,
              Sekedar cepat selesai
No. 131 Tidak memperbaiki tugas yang dikembalikan guru
No. 151 Tidak menyiapkan bahan dengan baik untuk ulangan / ujian
No. 153 Kegiatan belajar tertaggu oleh kurangnya bahan/ buku
              pelajaran di sekolah
No. 160 Tidak mengulangi  soal – soal yang mungkin keluar dalam
              ujian
3)      Bidang Sarana Belajar (S)
No. 016 Tidak berusaha melengkapi catatan
No. 017 Penyelesaian tugas tidak didukung oleh sarana dan biaya yang
              Cukup
No. 020 Ruang dan suasana belajar di rumah tidak memenuhi syarat
No. 046 Bahan pelajaran yang dibutuhkan tidak mencukupi
No. 047 Kegiatan pelajaran yang diikuti tidak menarik
No. 076 Tidak berusaha membeli atau meminjam buku yang diperlukan
4)      Bidang Diri Pribadi
No. 023 Khayalan dan lamunan mengganggu konsentrasi dalam belajar
No. 51 Perasaan tidak nyaman/ tenang mempengaruhi hasil ujian/
              Ulangan
No. 054 Nilai – nilai yang diperoleh tidak mencerminkan kemampuan
              Diri
No. 083 Tidak memiliki semangat tinggi untuk semua pelajaran
No. 114 Tidak percaya mutu pelajaran yang diikuti berguna untuk
              Melanjutkan pelajaran/ kehidupan
5)      Bidang Lingkungan Fisik dan Sosio Emosional (L)
No. 056 Ruang belajar tidak mendukung semangat belajar
No. 057 Pergaulan dengan teman – teman dan guru tidak meningkatkan
              semangat belajar
No. 060 Sukar belajar dirumah karena terlalu banyak penghuni/ tamu
No. 089 Keluarga tidak memperhatikan dan mendorong kegiatan
              Belajar di rumah dan di sekolah
No. 117 Ketika belajar terganggu karena teman / saudara kurang
              Perduli kebersihan ruang belajar
No. 141 Guru tidak mau membahas permasalahan siswa
No. 143 Teman akrab/ pacar tidak mendorong semangat belajar (terlampir)

f)       Angket
Dalam mengungkapkan permasalahan kasus ini lebih mendalam, penulis juga melaksanakan pemberian angket kepada berbagai pihak yaitu guru kelas, guru mata pelajaran, guru pembimbing, teman sebaya, orang tua kasus, dan kasus. (terlampir)
Dari hasil pemberian angket kepada orang  - orang yang berkaitan dengan kasus guna mendapatkan data dan informasi tentang kasus. Terutama, data atau keterangan pribadi tentang kasus sendiri.
Berdasarkan hasil angket, informasi yang didapatkan adalah nama lengkap kasus adalah Primadona, biasa dipanggil dengan Dona. Kasus lahir di Padang, tanggal 15 Februari 2014. Kasus merupakan anak ke tiga dari tiga bersaudara. Kasus sudah tidak memiliki ayah lagi, karena baru beberapa bulan yang lalu ayah kasus telah meninggal dunia. Kasus mengungkapkan bahwa dalam angketnya dia tidak pernah tentu dalam hal belajar. Sementara itu, untuk belajar kasus tidak pernah ada yang membantunya. Akan tetapi, untuk belajar sendiri, kasus biasanya disuruh terlebih dahulu kemudian kasus pun akan belajar.
Di rumah, kasus biasanya belajar di depan tv. Alasannya, jikalau belajar di kamar atau di ruang tamu, kasus akan merasa ngantuk. Kasus tidak pernah mengikuti les atau belajar tambahan apapun di luar sekolah, karena tidak ada waktu dan tidak ada uang.
Kasus menyukai pelajaran matematika. Karena menurutnya meskipun susah tapi gurunya asyik menjelaskan dan dan cara mengajarnya sangat mengasyikkan, pasti kasus akan sangat senang dan mau mendengarkan kasus. Sementara untuk mata pelajaran yang tidak disukainya sangat banyak. Namun, kasus tidak mau mengungkapkannya kepada penulis karena menurutnya alasannya sangat banyak sekali.
Kasus menceritakan kalau dia sedang dimarahi di kelas, kasus akan diam saj, menundukkan kepala, dan terkadang setelah itu dia akan senyum – senyum saja. apabila kasus sedang malas mendengarkan guru sedang mengajar, kasus memilih untuk mendengarkan music melalui ipodnya dan akan berpura – pura memperhatikan. Alasan kasus melakukan demikian karena jika mendengarkan music kepalanya tidak perlu capek dan sakit mendengarkan keluhan guru tersebut, begitu ujar kasus.
Kemudian, berdasarkan angket yang diisi oleh orang tua kasus, kasus pergi kesekolah pagi hari terkadang saja tepat waktu pergi, akan tetapi terkadang juga terlambat pergi ke sekolah. Sementara untuk pulang sekolah, kasus kadang – kadang terlambat, biasanya itu dikarenakan jam belajar di sekolah sering tidak menentu, ujar dari ibu kasus.
Orang tua kasus mengungkapkan bahwa sepulang sekolah, kegiatan kasus tidak menentu. Terkadang kasus langsung pergi ke kafe, terkadang kasus langsung pulang kerumah, dan terkadang kasus juga pergi main dulu bersama teman – temannya.



g)      Observasi
Kegiatan penulis untuk lebih mengungkapkan masalah kasus adalah dengan melakukan observasi terhadap kegiatan kasus. Observasi dilakukan tidak hanya pada satu situasi saja. Observasi yang dilakukan oleh penulis yaitu:
1)      Observasi saat belajar
Berdasarkan observasi yang dilakukan terhadap kasus pada saat mengikuti kegiatan belajar mengajar berlangsung mendapatkan hasil sebagai berikut:
Pada saat mengikuti kegiatan belajar mengajar, kasus memang tidak terlalu serius dalam mengikuti kegiatan belajar. Ia kurang memperhatikan guru yang sedang menjelaskan di depan.
Dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, kasus terlihat lebih banyak bercanda dengan teman disebelahnya atau berbincang –
bincang dengan temannya. Terkadang ia memang mendengarkan, namun berselang 5 menit kemudian, kasus akan sibuk lagi dengan kegiatan lain, misalnya kembali berbicara dengan teman yang disebelahnya, atau kembali memasang Ipod mininya dan mendengarkan musik.
Dalam mengikuti proses belajar mengajar, kasus tidak terlalu semangat untuk mengikuti kegiatan proses belajar. Kasus juga tidak pernah bertanya/ mengajukan pertanyaan dalam belajar. Namun, jika disuruh untuk mencatat, kasus menuruti perintah guru dan mencatat setiap apa yang disampaikan guru apabila disuruh terlebih dahulu.
Selain itu, dari hasil observasi penulis terhadap kegiatan belajar kasus ini adalah kasus membutuhkan arahan yang khusus terhadap dirinya untuk menyelesaikan suatu soal atau masalah.
Sementara itu, untuk lokasi tempat kasus belajar, kasus tidak pernah memilih tempat duduk strategis untuk dia belajar. Kasus selalu duduk di bangku belakang dan tidak pernah mencoba untuk duduk di depan. Namun, setelah beberapa kali berbincang – bincang dengan penulislah, kasus mulai mencoba untuk duduk di bangku paling depan, dan itu pun setelah beberapa layanan yang diberikan kepadanya, barulah kasus mau mencobakan hal tersebut.
Untuk masalah ketertiban dari hasil pengamatan penulis terhadap kasus, kasus tidak terlalu disiplin dan tidak tertib didalam kelas, seperti halnya yang telah dijelaskan sebelumnya, kasus justru lebih memilih mendengarkan musik di Ipodnya daripada mendengarkan penjelasan gurunya di depan.
Kemudian, masalah strategi belajar kasus juga sangat buruk sekali. Saat proses belajar mengajar berlangsung, kasus memang mencatat apa yang guru perintahkan, namun, kasus tidak pernah terlihat sedikit pun untuk memaknai apa yang disampaikan oleh gurunya. Bahkan, ketika gurunya menyampaikan tugas untuk di rumah, kasus hanya sekedar mencatat, namun tidak pernah mengerjakannya sama sekali.
Satu hal lagi yang penulis perhatikan dari kasus, saat belajar, kasus tidak hanya mendengarkan musik dari Ipodnya saja, melainkan juga sms-an dengan temannya. Pada saat berinteraksi biasa dengan kasus, penulis sempat menanyakan dengan siapa kasus sms-an, dan kasus menjawab “samo uda – uda awak bu, uda awak banyak ma bu, tiok jam awak di hubungi dek urang tu, tu ba a lai tu buk,? Awak ko cantik, banyak fans ma buk”.
Maksud dari jawaban kasus terhadap pertanyaan penulis tersebut adalah kasus sms-an dengan pacar – pacarnya di luar sekolah tersebut, setiap saat mereka menghubungi kasus. Kasus mengatakan kalau dirinya cantik, oleh sebab itu banyak yang menghubungi dan menyukai dirinya. Untuk hal ini nanti akan penulis uraikan pada pengungkapan masalah dengan menggunakan wawancara.
Setiap kali penulis masuk ke kelas kasus pada matapelajaran selain BK, kasus bersikap sama terhadap hampir semua mata pelajaran. Mendengarkan musik, berbicara, tidak perhatikan guru, sms-an, bahkan mengusili teman – temannya, dll. Hal – hal itu yang teus kasus lakukan setiap hari di sekolah pada jam belajar.
Sementara itu, untuk jam BK sendiri, saat penulis memasuki kelas kasus untuk mengisi jam BK, pada awalnya kasus melakukan hal yang sama seperti yang kasus lakukan dijam – jam mata pelajaran lain. Namun, setelah melakukan pendekatan dengan kasus, dan sering mengajak ngobrol, kasus mulai merubah sikapnya pada jam BK. Kasus mulai tidak menggunakan Ipod lagi pada jam BK, kasus juga sudah mulai mendengarkan dengan serius saat penulis sedang memberikan layanan kepada di kelas kasus.
Sikap kasus yang terlalu bijak menjawab – jawab kata – kata guru kini juga sudah mulai tidak seperti biasanya. Dan terkahir kali penulis melakukan obersvasi terhadap sikap kasus di kelas saat sedang belajar mata pelajaran lain, kasus sudah mulai memilih bangku tempat duduk yang lebih strategis dibandingkan dengan tempat duduknya selama ini di belakang.
2)      Observasi saat bermain
Berdasarkan hasil observasi penulis terhadap kasus pada saat bermain, yaitu sebagai berikut:
Pada saat bermain, sikap kasus terlihat kurang bisa bergaul dengan orang lain. Pada jam – jam istirahat, kasus hanya bersama dengan sahabatnya E dan Er saja. namun, setelah adanya salah paham dengan Er, kasus hanya dekat dengan E saja.
Dari hasil pengamatan penulis terhadap kasus saat sedang bermain, penulis melihat bahwa tingkah laku yang ditampilkan oleh kasus terlihat cukup baik. Kasus tidak bertingkah seperti ke kanak – kanakan, kasus tidak menampilkan tingkah laku seperti berlari – larian di sekolah seperti anak kecil. Kasus hanya duduk di kelas, bersantai di teras ataupun koridor sekolah, dan terkadang terlihat kasus pergi ke kantin untuk membeli sesuatu yang bisa dimakan. Dan hal itu pun kasus lakukan bersama dengan temannya E. Jika E tidak ada, atau asyik bermain dan berkumpul dengan teman – teman yang lain, kasus melakukan aktivitas saat istirahat itu hanya seorang diri saja. Kasus sama sekali tidak mau berbaur dengan teman – teman yang lain. Yang kasus ketahui adalah sahabatnya E.
Pada saat observasi juga, penulis sempat mendengarkan cara bicara kasus dengan sahabatnya. Dari gaya bicara kasus dengan sahabatnya E, menurut penilaian penulis dan beberapa orang yang mengenali kasus, cara berbicara kasus sedikit kurang bagus di dengar atau bisa dikatakan cukup. Sebab, terkadang kasus mengeluarkan kata – kata mutiara alias kata – kata yang tidak pantas untuk disebutkan. Tujuan kasus berbicara seperti demikian dengan sahabat kasus mungkin memang sebuah candaan, akan tetapi jika ditelaah lebih jauh, apabila didengar oleh orang yang lain yang tidak bisa memahami kondisi kasus atau maksud kasus menyebutkan kata – kata tersebut, jelas akan terdengar sangat kasar sekali dan melanggar norma, tidak sesuai dengan etika.
Namun, hal itu tidak setiap saat kasus lakukan atau kasus ucapkan. Terkadang kasus justru berbicara seolah – olah sudah berumur sangat dewasa sekali. Sehingga tampak berbeda dengan kebiasaannya.(terlampir)
h)     Wawancara
Untuk mengungkapkan masalah kasus tersebut, penulis melakukan wawancara dengan beberapa sumber informasi, yang bisa memberikan keterangan tentang kasus.
1)   Wawancara dengan Guru Pembimbing
Wawancara yang penulis laksanakan yaitu dengan 2 orang guru pembimbing, 1 guru pembimbing yang saat sekarang ini sedang membina lokal kasus, dan 1 guru pembimbing lagi yang pernah membina lokal kasus saat duduk di kelas X dahulu.
Pertama kali, penulis melakukan wawancara dengan guru pembimbing yang pernah membina lokal kasus saat kelas X dahulu, yang mana guru pembimbing tersebut juga adalah guru pamong penulis melaksanakan praktek lapangan di sekolah tersebut.
Menurut beliau, kasus adalah anak yang cukup bermasalah hidupnya, sebab baik dari segi akademik dan non – akademiknya, kasus sudah sangat kurang sekali. Kasus tidak bisa memperoleh nilai / hasil belajar yang melebihi dari nilai rata – rata atau melebih dari batas KKM. Nilai kasus selalu berada tepat pada batas KKM. Ada juga satu atau dua mata pelajaran yang melebihi dari batas KKM, namun tidak terlalu tinggi nilainya tersebut.
Guru pembimbing tersebut mengutarakan tentag sikap – sikap kasus yang beliau ingat saat beliau mengajar di kelas kasus adalah kasus yang menunjukkan tingkah laku yang kurang menyenangkan menurut ibu tersebut. kasus kurang memperhatikan saat ibu sedang mengajar di depan. Kasus mendengarkan musik dengan Ipod atau MP3nya, yang nantinya didengar dengan headset dan dipasang ketelinga dibalik kerudung atau jilbabnya. Ibu tersebut juga mengutarakan bahwa kasus sering terlihat mengganggui teman – temannya yang sedang belajar, misalnya mencolek – colek dengan pena, menarik – narik jilbab temannya dari belakang, atau mengganggu teman disebelahnya dan mengajak temannya berbicara. Pernah ibu tersebut mendengar pembicaraan kasus dengan teman disebelahnya, yang mana pada saat itu, kasus tidak menyadari bahwa ada guru dibelakangnya. Kasus mengajak temannya untuk mengobrol saja daripada mendengarkan guru menerangkan didepan. Kalimat kasus seperti ini saat menggoda temannya agar tidak belajar “heh, ndak usah se awak baraja, apo lo tuh, dunia tu nyo. Aden se lah tau tu mah, a yang di kecekan jo ibu tu. Lah acok den mandanga mode itu. Aden lebih tau dari ibu tu ma”.  Begitu kurang lebih kasus, merayu temannya untuk tidak belajar. Pada saat itu, guru junior atau guru PL yang sedang mengajar di depan, dan guru pembimbing atau pamong dari guru PL tersebut sedag berada di belakang. Kasus tidak mengetahui dan tidak menyadari hal tersebut, sehingga akhirnya, ibu guru pembimbing tersebut menegur kasus dengan sikap kasus yang demikian, seperti itu yang guru pembimbing jelaskan kepada penulis tentang kasus.
Ibu guru pembimbing ini berpendapat bahwa tingkah laku yang ditampilkan oleh kasus pada saat sekarang ini adalah cerminan apa yang telah terjadi dikeluarganya dan pada masa lalunya. Guru pembimbing tersebut mengutarakan bahwa kedua orang tua kasus sudah sejak lama bercerai, tepatnya pada saat kasus masih kecil. Menurut informasi yang guru pembimbing tersebut ketahui, bahwa ayahnya sudah menikah lagi dan tinggal di Payakumbuh, sementara itu, kasus dengan saudara – saudara kasus ikut dengan ibu kasus tinggal di Padang.
Kasus yang mengetahui tentang kejadian ayahnya menikah kembali, membuat kasus membenci ayahnya. Sehingga, karena itulah kasus seperti kekurangan rasa kasih sayang, dan seperti mencari – cari kasih sayang dari orang lain.
Kasus bertingkahlaku yang tidak baik di kelas sepertinya itu hanya untuk mencari perhatia dari teman – teman ataupun guru – guru yang masuk ke kelas tersebut, begitu menurut guru pembimbing.
Ibu tersebut juga mengatakan kalau kasus hanya baru setelah masuk SMK ini mulai mau menemui ayahnya di Payakumbuh, selama ini, kasus tidak pernah mau menemui ayahnya, karena tidak rela dan tidak setuju kalau ayahnya punya istri baru lagi. Namun ternyata, ayahnya menikah lagi dan mempunyai anak lagi dari istri barunya tersebut.
Karena mendapat kabar bahwa ayahnya sudah mulai sakit – sakitanlah kasus mulai luluh dan mau menemui ayahnya. Kasus awalnya tidak mau menemui ayahnya sendirian, kasus meminta agar kedua saudara laki – lakinya yang mengantarkan dan menemaninya untuk bertemu dengan ayahnya di Payakumbuh. Setelah sering seperti demikian, kasus mulai ikut merawat ayahnya yang sakit, hingga di penghujung akhir hayat ayahnya, kasus masih tetap menjaga ayahnya.
Dari informasi yang guru pembimbing ketahui, ibu tersebut mengatakan bahwa ia sering tidak hadir itu dikarenakan ia pergi mengurus dan merawat ayahnya di Payakumbuh, akan tetapi kasus tidak mengabari pihak sekolah. Hingga ayahnya meninggal, kasus tidak menceritakan kalau dirinya sedang mengalami kemalangan. Setelah ayahnya dikuburlah, kasus menceritakan kepada E, dan E yang menyampaikan ke pihak sekolah.
Guru pembimbing tersebut juga menguraikan tentang usaha yang ibu itu lakukan kepada kasus terhadap permasalahanya ini. Guru pembimbing tersebut menjelaskan bahwa sebenarnya ada pengaruh kejadian saat masa lampau dengan tingkah lakunya saat sekarang ini. Sebab, sepengetahuan guru pembimbing ini juga, kasus mau membantu ibunya bekerja di kafe tepatnya di GOR Agus Salim. Jikalau kasus anak yang jahat atau pun anak yang sangat kurang ajar, dan tidak tahu diri, kasus tentunya tidak akan mau membantu ibunya berjualan di kafe tersebut. jadi, ada beberapa bantuan yang telah guru pembimbing laksanakan untuk dirinya, mulai dari layanan – layanan informasi, kunjungan rumah, wawancara konseling dengan kasus dan pihak keluarga kasus, sampai melakukan interaksi – interaksi kecil dengan kasus sebagai bentuk pendekatan dengan kasus.
Ibu guru pembimbing berikutnya adalah guru pembimbing yang saat sekarang ini sedang membina kelas kasus. Tidak jauh berbeda jawaban ibu ini dengan ibu guru pembimbing yang sebelumnya.
Beliau juga mengutarakan bahwa ada pengaruh kejadian atau pengalaman kasus di masalampau yang menyebabkan kasus hingga seperti ini. Menurut ibu guru pembimbing ini, kasus sepertinya memang sedang membutuhkan perhatian yang lebih dari seseorang, terutama sosok ayah. Namun, sepertinya kasus tidak mendapatkan hal tersebut dan berusaha untuk mencari dari orang lain dengan membuat tingkah laku yang menarik perhatian orang lain.
Guru pembimbing yang saat ini membina kelas kasus mengatakan bahwa beliau telah mencoba memberikan perhatian dan membimbingnya agar tidak melakukan hal – hal yang kurang baik tadi. Seperti halnya masalah terlambat, jarang hadir, dan cara berbicara kasus, sering beliau mengingatkan kasus, namun kasus belum berubah sama sekali. Ibu tersebut mengatakan bahwa ia sangat menyayangi kasus seperti anak sendiri, bukan sebagai siswa lagi. Bagi beliau, kasus berbeda dengan teman – teman kasus yang lain. Memang, siswi – siswi di kelas itu semuanya rata – rata memiliki masalah pribadi masing – masing. Namun, ibu guru pembimbing tersebut merasa lebih memiliki rasa sayang yang lebih dengan kasus ini.
Meskipun belum ada perubahan, ibu ini tidak mau berhenti berusaha untuk mendidik kasus layaknya anak kandung sendiri.(terlampir)
2)      Wawancara dengan Guru Kelas
Berdasarkan wawancara dengan guru kelas kasus, kasus menurut ibu tersebut adalah siswa yang baik, akan tetapi memiliki sifat yang kurang menyenangkan. Kasus dimata ibu itu terlalu bijak, suka ceplas ceplos kalau berbicara. Kasus sering menjawab – jawab hal – hal yang kurang penting untuk dibicarakan, sering menyeletuk sendiri dengan apa yang disampaikan oleh orang lain, terutama apa yang disampaikan gurunya.
Guru kelas kasus yang sekaligus guru mata pelajaran jurusan yaitu mengajar tentang produktif, memiliki banyak waktu untuk berinteraksi dan bertemu dengan kasus. Guru kelas kasus mengajar ke kelas kasus dalam 1 minggu sebanyak 2 kali, yaitu senin dan selasa. Itu merupakan jadwal belajar praktek untuk semua jurusan, termasuk jurusan kasus sendiri. Guru kelas mengutarakan, kalau kasus ini terbiasa melakukan hal – hal yang melanggar peraturan dalam proses belajar mengajar.
Guru kelas tersebut mengungkapkan, sikap yang biasa kasus tampakkan di kelas pada jam ibu tersebut mengajar adalah memasak musik melalui Ipodnya. Kasus sering mengerjakana tugas yang diberikan oleh beliau sambil mendengarkan musik. Terkadang, jika sedang kehabisan bahan, kasus akan berhenti bekerja dan akan mengambil handphone-nya untuk sms-an. Untuk jam produktif, jarang sekali kasus terlihat ribut di kelas. Namun, sewaktu kasus duduk di bangku kelas 1, saat ibu tersebut mengajar di kelas kasus, kasus sangatlah agresif dan aktif. Dia selalu membuat keributan di kelas, berbicara dengan suara keras. Hal itu yang membuat guru kelas kasus sering menegur kasus waktu dulu. Menurut beliau, kasus seperti demikian itu dikarenakan pelampiasan akan kekesalannya terhadap ayahnya yang menikah lagi. Emosinya memuncak ketika mengetahui kalau ayahnya tidak terlalu dirawat saat sedang sakit.  Kasus yang tidak tinggal bersama ayahnya akibat perceraian ayahnya dengan ibunya, merasa kecewa dengan keluarga baru ayahnya. Kasus memang membenci ayahnya karena menikah lagi, namun menurut pengutaraan kasus kepada guru kelasnya, kasus sebenarnya sangat sayang kepada ayahnya. Hanya saja, ia malu untuk menunjukkan itu kepada anggota keluarga lain, sebab jika ia mulai menunjukkan rasa sayangnya kepada ayahnya, kasus takut persepsi keluarganya terhadap dia akan berubah. Dia takut kalau nanti mereka menganggap kasus orangnya plin-plan.  Namun, menurut beliau, sekarang kasus sudah ada sedikit kemajuan, ia sudah mulai menghilangkan kebiasaannya, sudah berani menunjukkan kepada orang bahwa sebenarnya ia sangat menyayangi ayahnya, dan dia adalah anak yang tegar. Meskipun dia masih sering ngomong ceplas ceplos, tapi menurut beliau perubahan yang ditunjukkan kasus itu sudah merupakan suatu kemajuan yang bagus demi kebaikan dirinya. (terlampir)
3)      Wawancara dengan Teman Sebaya
Narasumber yang juga penulis wawancarai untuk memperoleh informasi ataupun keterangan tentang kasus adalah mewawancarai teman sebaya kasus.
Kasus yang memiliki masalah dibidang hubungan sosial, khususnya dalam bergaul, hanya memiliki 2 orang sahabat saja, yaitu E dan Er. Kedua sahabat kasus penulis wawancarai guna untuk memperoleh keterangan tentang kasus.
Pertama, penulis melakukan wawancara dengan Er. Er adalah sahabat kasus yang sekarang sedang mengalami selisih paham atau konflik dengan kasus. Er memberikan keterangan tentang kasus bahwa menurut Er, kasus itu sebenarnya baik, namun “muncungnya pedas”. Er mengakui bahwa kasus adalah salah satu sahabatnya. Er mengatakan bahwa kasus merupakan salah satu sahabatnya yang sering membuat dia jengkel dan kangen akan kasus. Er menyebutkan terkadang kasus ini menyebalkan dan terkadang ngangenin. Akan tetapi, pada saat penulis sedang mewawancarai sahabat kasus ini, ternyata masalah mereka masih belum selesai. Er mengatakan bahwa, hingga sampai saat penulis wawancarai itu, kasus dan Er masih belum saling bicara. Keduanya sama – sama saling berdiam diri, tidak ada yang mau duluan untuk mengalah.
Er mengutarakan bahwa, meskipun hubungan mereka seperti demikian, tapi Er masih memiliki penilaian positif tentang kasus. Er sangat salut, bangga, dan senang melihat sifat tegar yang dimiliki kasus. Kasus sangat tegar dengan kondisi kehidupannya sekarang. Kasus tinggal bersama dengan ibunya. Ibunya membiayai hidup kasus dengan saudara – saudara laki – laki kasus seorang diri. Er mengetahui bahwa kasus sangat membenci ayahnya yang menikah lagi. Namun, Er menyebutkan bahwa sebenarnya kasus sangat iri dengan teman – tema yang memiliki ayah kandung dan sangat dekat dengan ayahnya masing – masing. Er menyebutkan bahwa, kasus sendiri menceritakan kepada Er, bahwa kasus rindu akan kehadiran seorang ayah dirumahnya. Meskipun dulu masih kecil, namun ingatan tentang kenangan bersama ayahnya, ternyata masih disimpan oleh kasus. Kasus masih mengingat sewaktu masih sekolah di taman kanak – kanak dulu, kasus ditemani oleh ayahnya, dan saat pulang selalu bersama ayahnya. Meskipun ada bus antar jemput anak, kasus tidak mau pulang kalau bukan ayahnya yang menjemput kasus. Kenangan – kenangan kecil yang seperti demikian menurut pernyataan Er, ternyata masih melekat dipikiran kasus.
Namun, jika mengingat apa yang telah ayah kasus lakukan terhadap ibu kasus, kasus berusaha keras untuk menghapus ingatan tersebut dengan berbagai cara. Salah satunya yaitu berpacaran dengan beberapa laki – laki. Pacara yang kasus lakukan hanya sekedar untuk bersenang – senang saja, mengajak makan, nonton, jalan – jalan, dan belanja, setelah itu kasus pun meninggalkan pasangannya tersebut. Akan tetapi, Er yang merupakan sahabat kasus sangat mengetahui betul akan kebiasaan kasus tersebut. Kasus melakukan hal demikian bukan karena kasus memiliki kelainan ingin berpacaran dengan banyak lelaki, akan tetapi hanya untuk bertujuan untuk membalas dendam akan sakit hati yang ibu kasus rasakan.
Er mengatakan bahwa ia dan sahabat mereka 1 lagi, yaitu E, sudah sering kali memberitahukan, mengingatkan, dan menasehati kasus untuk tidak melakukan hal demikian. Namun, kasus hanya membiarkan begitu saja apa yang sahabat – sahabatnya sampaikan. Masuk dari telinga kanan, keluar dari telinga kiri.
Er tidak menyukai sifat kasus yang egois, tidak memiliki jiwa care atau empati, keras kepala, dan terlalu santai menjadi orang dalam menghadapi masalah. Kasus hanya menganggap segala sesuatu yang ada dalam hidupnya layaknya angin yang lalu lalang saja.
Seperti yang Er sebutkan, bahwa pada saat penulis mewawancarai Er, hubungan kasus dan Er memang sedang lagi tidak akur. Er mengatakan bahwa kasus tidak pernah mau meminta maaf terebih dahulu meskipun sudah jelas bahwa kasus yang salah. Selalu, Er yang memulai terlebih dahulu untuk meminta maaf. Er menuturkan bahwa kasus itu terlalu “pedas moncongnya”. Er mengaku selalu berusaha sabar untuk menghadapi kasus. Setiap kasus yang memulai untuk meminta maaf terlebih dahulu, kasus pasti akan mengeluarkan argument yang sebenarnya tidak perlu diucapka lagi jika sudah saling bermaafan. Kasus akan menyebutkan kepada orang lain (berbicara keras sendiri tanpa ada lawan bicara, namun pada kondisi ditempat umum) bahwa Er itu takut minta maaf kepada kasus karena takut tidak memiliki teman lagi. Er lah yang sangat berharap agar bisa berteman dengan kasus dan E. Er mengatakan bahwa ia cukup merasa sakit hati dengan apa yang disampaikan kasus kepadanya, namun ia tetap sabar. Akan tetapi, untuk kali ini, Er tidak mau memulai minta maaf terlebih dahulu lagi. Er mengutarakan kalau ia sudah cukup sakit hati dengan kata – kata kasus yang sangat pedas itu.
Er mengungkapkan bahwa, dirinya tidak akan mau meminta maaf terlebih dahulu kepada kasus, karena kasus terlalu egois dank eras kepala. Namun, ia mengutarakan jauh dari dalam lubuk hatinya, kasus sudah memaafkan kasus, akan tetapi untuk dapat akrab seperti dahulu lagi, Er tidak bisa melanjutkan persahabatan mereka lagi.
Berdasarkan wawancara  dengan sahabat kasus ini, bisa diperoleh berbagai informasi dan keterangan kasus itu sendiri. Keterangan dari segi sifatnya dan cara berpikirnya.
Selain Er, penulis juga mewawancarai salah satu sahabat kasus juga, yaitu E. Saat wawancara dengan E, penulis tidak terlalu banyak mendapatkan informasi tentang kasus, sebab pada saat mewawancarai kasus, kasus selalu berada di dekat E, sehingga tidak ada ditemukan kesempatan atau waktu yang pas untuk mewawancarai sahabat kasus yang lainnya.
Namun, penulis akhirnya mendapatkan kesempatan untuk dapat mewawancarai sahabat kasus yang lainnya, saat kasus tidak hadir ke sekolah. Pada saat itu, kasus sedang sakit, sehingga penulis bisa mengatur waktu dengan E untuk melakuka wawancara.
E mengaku sudah baru mengenal kasus sejak mereka baru memasuki sekolah ini yaitu SMKN 6 Padang. Mereka sama – sama melakukan pendaftaran ulang, dan saat kasus dengan sahabatnya melakukan registrasi ulang pendaftaran, dan disitulah kasus mulai berkenalan dengan E.
E mengatakan bahwa kasus ini sangatlah baik, hanya saja dia pendiam. Kasus dimata E adalah anak yang pendiam, hal itu dikarenakan kasus lebih suka untuk menyendiri daripada melakukan aktivitas – aktivitas yang tidak berguna. Sama dengan yang diutarakan oleh sahabat kasus Er tadi, bahwa kasus adalah sahabat yang baik. E juga menyebutkan bahwa kasus itu egois, keras kepala, dan lain sebagainya. Akan tetapi, E sangat memahami betul sifat kasus ini. Kasus memiliki sifat kedewasaan, cara berpikir yang sangat bijak sekali, dan sifat tegar yang dimiliki kasus.
Kasus sangatlah tegar dimata E, sebab melihat kondisi keluarga kasus yang berantaka demikian. Meskipun keluarga E juga mengalami masalah, tapi menurut pengungkapan dari E, kasus sebenarnya masih lebih menyakitkan dibandingkan dirinya. Kasus harus ikut bekerja membantu ibunya berjualan di kafe, sampai – sampai kasus harus ikut berjuala hingga larut malam dan malam harinya, kasus hanya akan langsung beristirahat dan tidak sempat lagi untuk belajar.
E mengatakan bahwa hal inilah yang sering menyebabkan kasus datang terlambat ke sekolah. Kasus sering terlambat bangun karena kasus terlalu capek setelah bekerja di kafe. Setiap pulang dari sekolah, kasus akan langsung pergi ke kafe ibunya, untuk membantu ibunya berjualan. Namun, yang paling melelahkan baginya adalah pada saat harus berjualan dari pagi hingga malam hari pada hari minggu. Pada saat itulah, kasus mengalami rasa capek yang lebih dari hari – hari biasa. Sehingga, karena kasus terlalu capek dengan terus – terus bekerja dikafe, akhirnya kasuspun tidak memiliki semangat lagi untuk belajar. Menurut E, selain karena itu, kasus juga sebenarnya tidak menginginkan jurusan tata busana. Sebenarnya kasus tidak menyukai pilihan ibunya untuk masuk ke SMK, kasus sebenarnya ingin masuk ke SMA, akan tetapi ibunya tidak setuju. Ibunya menginginkan kalau kasus setelah tamat sekolah bisa langsung bekerja dan akhirnya dapat sedikit membantu meringankan beban ibunya. (terlampir)
4)      Wawancara dengan Guru Mata Pelajaran
Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran ini membantu penulis memperoleh informasi tentang kasus dalam belajar. Guru mata pelajaran yang dapat penulis jumpai untuk wawancara adalah guru mata pelajaran matematika.
Dalam hal ini, penulis kesulitan untuk dapat bertemu dengan guru mata pelajaran kasus yang lainnya. Hal itu disebabkan karena guru – guru di sekolah tersebut sedang sibuk mengurus sertifikasi, sehingga sangat sulit untuk diminta waktu sebentar, untuk dapat wawancara seputar kondisi kasus.
Guru mata pelajaran yang penulis wawancarai mengungkapkan bahwa sebenarnya kasus ini jika dilatih dan diberikan perhatian khusus, dia pasti bisa melakukan dan mengerjakan soal – soal dengan baik. Hanya saja, kasus menurut guru tersebut memiliki kemampuan intelegensi yang kurang, sehingga kasus sedikit sulit untuk memahami materi yang disampaikan. Kasus juga menurut guru kelas tersebut gampang lupa dengan materi yang telah disampaikan.
Bapak tersebut meminta kasus untuk mencoba menjawab mengerjakan soal matematika yang bapak tersebut tuliskan di papan tulis. Untuk mengerjakan sendiri, kasus tidak bisa mengerjakannya dengan baik, namun bila diberikan arahan atau diajari bagaimana cara penyelesaian soal tersebut, kasus bisa mengerjakannya dengan baik. Namun, bila besok diminta untuk mengerjakan soal yang sama namun berbeda angkanya, kasus sudah tidak bisa lagi mengerjakan soal tersebut.
Bapak tersebut memperkirakan bahwa kasus seperti demikian dikarenakan kasus tidak mendapatkan motivasi belajar dari keluarganya, sehingga kasus tidak terlalu begitu semangat untuk belajar dan menyebabkan nilai kasus di bidang akademik dan non – akademik tidak begitu memuaskan. Selain itu juga, bapak tersebut mengatakan bahwa kasus berperilaku seperti sekarang ini pasti karena ada pengaruh masalah didalam keluarganya. (terlampir)
5)      Wawancara dengan Orangtua Kasus
Dalam mengungkapkan permasalahan dari kasus ini, penulis juga melakukan wawancara dengan orangtua kasus yaitu ibunya. Kasus menemui ibunya di kafe mereka tepatnya di GOR Agus Salim.
Dari hasil wawancara tersebut, penulis mendapatkan informasi kembali tentang kondisi kasus. Berdasarkan berbagai data yang telah dikumpulkan di atas, kasus yang ternyata memiliki hubungan yang cukup dekat dengan ibunya. Dari apa yang diutarakan oleh orang tua kasus, kasus memang memiliki sifat yang cukup keras kepala. Dia memiliki prinsip yang cukup kuat. Jika ia mengatakan A berarti A, jika ia berkata B berarti B. Sulit untuk mengubah prinsip kasus menurut ibunya.
Ibu kasus mengatakan bahwa kasus adalah anak yang tegar, ia dapat memahami apa yang sedag terjadi di lingkungan keluarganya. Kasus dapat memahami bagaimana kondisi ibunya. Menurut paparan dari ibu kasus, kasus tidak pernah meminta hal – hal yang sulit untuk ibunya berikan. Kasus selalu menerima apa yang diberikan oleh ibunya. Kasus tidak pernah meminta barang – barang, benda – benda atau apapun itu yang sulit untuk ibunya belikan. Kasus tidak pernah mengeluh dengan apa yang ibunya berikan kepadanya. Ibu kasus mengatakan bahwa kasus bukanlah anak yang hanya menghabis – habiskan uang orang tua saja, akan tetapi, kasus dapat memahami bagaimana kondisi dari orang tuanya.
Ibu kasus bercerita bahwa pernah sekali ibu kasus dipanggil ke sekolah karena kasus melanggar peraturan. Pada waktu itu, kasus sudah 3 hari berturut – turut tidak hadir kesekolah tanpa keterangan ke sekolah. Dari rumah ia mengaku kalau ia pergi ke sekolah, namun pada kenyataannya kasus tidak pergi ke sekolah, melainkan pergi tidak tahu kemana.
Ternyata, kasus pergi keliling – keliling kota Padang sendirian. Dari rumah ia pergi seperti biasa, kemudian dia pergi keliling – keliling kota Padang, lalu pada jam pulang sekolah kasus kembali ke kafe, seperti mana ia biasa lakukan sehari – hari.
Menurut orang tua kasus, setelah ibunya menanyakan kepada kasus mengapa melakukan hal demikian, itu dikarenakan kasus merasa sangat jenuh pada saat itu. Ibu kasus menyadari bahwa kasus kekurangan perhatian dari dirinya, dikarenakan terlalu sibuk di kafe, sehingga waktu untuk kasus kurang.
Sehingga pada saat itu, ibu kasus sudah mulai membagi waktu lagi dengan kasus untuk masalah belajarnya dan kebutuhan sehari – harinya. Hanya saja, itu tidak berlangsung lama, ibu kasus mengutarakan kalau ia jadi tidak fokus bekerja dan hasil pekerjaannya kurang bagus. Dan ibunya kembali beraktivitas seperti biasa.
Penulis tidak banyak bisa berbincang – bincang dengan ibu kasus pada saat itu. Memang, pada saat penulis mendatangi tempat ibunya berjualan penulis dapat melihat sendiri bagaimana kondisi ibunya yang begitu sibuk sampai – sampai kasus sendiri tidak ada komunikasi sama sekali dengan orang tua kasus.(terlampir).

6)      Wawancara dengan Kasus
Kegiatan wawancara berikutnya yaitu dengan kasus sendiri. Kasus yang sebelumnya belum mengetahui tentang dirinya sedang dilakukan studi kasus, kemudia mengetahui dan menyetujui hal tersebut. Hal ini bisa penulis dapatkan karena sebelum – sebelumnya penulis sudah berusaha untuk melakukan pendekatan dengan kasus, sehingga bisa meminta izin kepada kasus bahwa dirinya dipilih untuk distudi kasuskan.
Penulis memulai untuk menyakan kepada kasus tentang pemahamannya terhadap dirinya. Ia mengatakan bahwa dirinya adalah orang yang biasa – biasa saja. Kasus juga mengatakan, bahwa jika ada sesuatu hal yang tidak cocok baginya, maka dia akan membiarkan begitu saja, akan tetapi jika hal itu cocom bagi dirinya maka ia akan care dan perduli dengan suatu hal tersebut.
Kasus mengatakan bahwa dirinya suka bicara banyak, tapi gampang merasa bosan, terlagi apabila melihat orang – orang yang rewel dan cengeng. Kasus mengatakan bahwa dia tidak menyukai hal tersebut.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan kasus, sangat jelas terlihat bahwa kasus memang memiliki sifat yang sangat keras dan berpendirian yang sangat kuat. Terlihat dari jawaban kasus akan pertanyaan penulis kepada kasus, kasus menjawab dengan penuh keyakinan dan pasti dalam mengemukakan pendapatnya. Baik itu pertanyaan tentang dirinya atau pemahaman tentang dirinya maupun tentang cara pandangnya keorang lain. Jawaban dari kasus terlihat sangat keras, dan sulit untuk merubah pendiriannya.
Kasus juga terlihat tidak begitu memiliki rasa peduli atau rasa saling memperhatikan karena kasus mengatakan bahwa apabila ada sifat yang tidak kasus sukai dari sikap orang lain, kasus akan biasa saja, dan tidak mengurusi masalah orang lain. Inti dalam hidup kasus adalah santai saja. masalah apapun dilalui begitu saja, dan dibiarkan begitu saja jika memang tidak sesuai menurut cara pandangnya.
Pada wawancara berikutnya penulis menanyakan kepada kasus tentang kebiasaan kasus yang sering terlambat. Kasus mengkui bahwa ia terlambat itu dikarenakan, tidur terlalu larut malam. Pada malam hari ia tidak berada di rumah, melainkan berada di kafe tempat ibunya yang berjualan di GOR Agus Salim. Kasus tidak diizinkan untuk pulang terlebih dahulu ke rumah, dikarenakan ibunya khawatir jika kasus pulang terlebih dahulu, kasus akan tinggal bersama dengan saudara laki – lakinya. Ia hanya perempuan sendiri di rumah tersebut, dengan 2 saudara laki – lakinya. Meskipun saudara, namun ibu kasus tidak mengizinkan kasus pulang terlebih dahulu, karena khawatir dengan kondisi di rumah tersebut.
Kemudian penulis juga menanyakan tentang mengapa kasus tidak bersemangat untuk mengikuti kegiatan belajar di kelas. Kasus mengutarakan hal itu dikarenakan ia merasa bosan dengan cara guru menerangkan di depan. Menurutnya, cara guru menerangkan didepan itu tidak menarik, dan membuat dia semakin mengantuk. Selain itu, kasus kecewa dengan guru – guru yang mengaja didepan kelas. Menurutnya, guru – guru tersebut hanya mau memperhatikan siswa yang berada di depan saja, sementara mereka yang dibelakang tidak diperhatikan oleh guru tersebut. Hal tersebut juga menjadi alasan bagi kasus mengapa kasus lebih suka mendengarkan musik melalui Ipodnya atau MP3-nya dari pada ia mendengarkan guru yang tidak memperhatikannya. Kasus menganggap bahwa dengan mendengarkan musik tersebut, ia juga tidak akan mengganggu teman – teman yang sedang belajar, justru dengan mendengar musik ia akan diam, dan berpura – pura mendengarkan guru tersebut, meskipun kenyataannya tidak seperti demikian.
Dalam belajar, kasus mengutarakan bahwa ia tidak mendapatkan perhatian dari orang tuanya tentag masalah belajarnya. Ibunya tidak pernah menanyakan apakah dia sudah mengerjakan PR atau belum, bagaimana harinya di sekolah, hal – hal yang seperti itu tidak pernah ia dapatkan dari ibunya di rumah. Namun, kasus memahami kondis ibunya yang sangat sibuk, sehingga tidak punya waktu untuk menanyakan hal – hal tersebut kepada dirinya. Karena itu, kasus pun sudah terbiasa tidak merasakan kasih sayang seorang ibu atau pun motivasi dari seorang ibu untuk dirinya bisa belajar lebih baik lagi.
Selain dikarenakan tidak mendapat motivasi yang besar dari orang tuanya atau pun keluarga terdekatnya, kasus merasakan bahwa ia sangat tidak bersemangat untuk belajar di sekolah tersebut. Apalagi kasus yang sebenarnya tidak begitu menyukai sekolah di sekolah tersebut, hal ini juga yang membuat kasus semakin tidak ingin dan tidak memiliki minat belajar yang tinggi di sekolah.
Dalam hubungan sosial, kasus mengutarakan bahwa ia hanya memiliki 2 orang sahabat yaitu Er dan E. Akan tetapi, sekarang ia hanya mengakui 1 saja, yaitu E, sementara Er sudah menjadi mantan sahabat. Menurutnya Er itu terlalu manja dan kekanak – kanakan. Ia tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Seperti yang kasus utarakan tadi, jika kasus memang tidak suka, maka ia memang tidak menyukai apapun itu, tapi jika kasus menyukai hal tersebut ia akan menyukainya. Begitu juga dengan cara pandang kasus terhadap mantan sahabatnya ini. Kasus sudah sangat jelas tidak menyukai anak – anak yang cengeng atau kekanak – kanakan, sementara menurutnya Er itu teralu kekanak – kanakan, sehingga kasus tidak mau lagi terlalu dekat dengan Er, bahkan hingga saat penulis wawancara mereka masih belum saling bicara.(terlampir)
5.      Keterkaitan Hasil Studi dengan Dimensi Sebab Akibat, Dimensi Fisik, Dimensi Psikologis, dan Dimensi Nilai & Norma
a)      Dimensi Sebab Akibat
·      Kemungkinan Sebab:
-       Kasus kurang mendapat perhatian dari orangtuanya baik itu ayah, ibu, ataupun keluarga terdekat lainnya
-       Kasus masih belum terima secara ikhlas ayah dan ibunya bercerai, dan ayahnya memilih untuk menikahi perempuan lain
-       Kasus kurang mendapatkan tindakan tegas yang mendidik serta teguran dari orang tuanya ketika melakukan kesalahan, sehingga kasus menunjukkan sikap kurang baik di sekolah
-       Kasus juga kurang mendapatkan pendidikan tentang etika, baik etika dalam berbicara, maupun bergaul, sehingga kasus bicara ceplas ceplos tanpa aturan.
-       Kasus kecewa dengan ayahnya karena telah menyakiti perasaan ibunya.
·      Kemungkinan Akibat:
-       Kasus memiliki perasaan ataupun sikap untuk membalaskan dendam ibunya terhadap apa yang dilakukan ayahnya kepada ibunya
-       Kasus menjadi tidak bisa bersosialisasi atau bergaul yang baik dengan teman dilingkungan sekitarnya.
-       Kasus menjadi anak yang keras kepala akibat kekecewaannya terhadap sikap ayahnya.
b)      Dimensi Fisik
Jika kasus masih terus – terusan ikut ibunya pulang hingga larut malam dari kafe, kemungkinan daya tahan tubuh kasus bisa saja akan menurun dan menyebabkan munculnya penyakit seperti paru – paru basah pada diri kasus. Jika daya tahan tubuh kasus sudah menurun, tentu akan mempengaruhi pada hasil belajar kasus di bidang akademik.

c)      Dimensi Psikologis
Permasalahan kasus dapat membuat kasus mengalami gangguan psikologis seperti tertekan dan stress. Kasus yang tertekan dengan perasaan sakit hatinya terhadap sikap ayahnya kepada ibunya bisa saja membuat kasus menjadi stress karena terlalu memikirkan perasaannya tersebut.
d)     Dimensi Nilai dan Norma
Berdasarkan dimensi nilai dan norma, kasus telah melanggar nilai dan norma, seperti berbicara terlalu ceplas ceplos dan bisa menyakiti perasaan orang lain.
6.      Layanan yang Diberikan
a)      Jenis Layanan
1)      Layanan Informasi
Menurut Prayitno (2012: 50)  bahwa layanan informasi berusaha memenuhi kekurangan individu akan informasi yang mereka perlukan. Dalam layanan ini, peserta layanan disampaikan berbagai informasi. Informasi itu kemudia diolah dan digunakan oleh individu untuk kepentingan hidup dan perkembangannya. Layanan informasi diselenggarakan oleh konselor yang diikuti oleh seseorang atau lebih peserta.
2)      Layanan Konseling Perorangan
Prayitno (2012: 105) mengatakan “konseling perorangan merupakan layanan konseling yang diselenggarakan oleh seorang konselor terhadap seorang klien dalam rangka pengertasan masalah pribadi klien”
b)      Isi atau materi layanan
1)      Layanan Informasi
·         Materi I : Menjadi Pribadi Yang Menyenangkan
·         Materi II : Berbakti Kepada Kedua Orang Tua
·         Materi III : Strategi Belajar
2)      Layanan Penguasaan Konten
·         Materi I : Etika berbicara
3)      Layanan Konseling Perorangan
Dalam pemberian layanan konseling perorangan, permasalahan yang dibahas dalam konseling tersebut adalah masalah yang berasal dari klien/ kasus sendiri.(terlampir)

B.     Kasus di Luar Sekolah
1.      Pemilihan Kasus
Dalam dinamika kehidupan sosial pada masyarakat, banyak sekali berbagai masalah yang timbul pada diri manusia baik secara inividu maupun kelompok. Dan itu selalu berkaitan erat satu sama lainnya. Sehubungan dengan permasalahan yang dialami oleh berbagai pihak tersebut, maka studi kasus dapat digunakan dalam rangkah mengungkap fakta – fakta yang terkecil dengan permasalahan yang ada serta sebab – sebab timbulnya masalah sampai akhirnya menetapkan langkah pengentasan masalah.
Penulis memilih kasus luar sekolah ini, dikarenakan beberapa alasan. Pertama, kasus adalah bapak kos dari penulis, yang mana kasus bisa dengan mudah untuk ditemui dan dimintai keterangan atau informasi.
Kedua, selama  penulis sudah mendapatkan perintah dari dosen untuk mulai mencari kasus di luar sekolah, penulis sudah lama memperhatikan permasalahan kasus di luar sekolah ini.
Dari hasil pengamatan penulis, kasus itu terlihat tidak memperdulikan masalah yang sebenarnya kasus tidak sadari. Kebiasaan kasus sehari – hari bila diperhatikan oleh penulis cukup aneh. Kasus bekerja sebagai penjaga kos – kosan dan menjaga warung di depan kos tersebut. Setiap hari kasus berada di tempat tersebut, namun kasus tidak pernah tidak datang, kecuali hari minggu.
Kasus terlihat tidak memiliki pekerjaan yang lain selain bekerja sebagai penjaga kos – kosan. Setiap hari kasus hanya duduk santai di kedainya dan membersihkan kedainya. Tidak ada aktivitas lain yang kasus kerjakan, hanya seperti itu setiap hari.
Disamping itu, istri kasus bekerja keras di sebuah kantor yaitu TASPEN di  Padang. Padahal sepengetahuan penulis, istri dari kasus sedang sakit – sakitan, akan tetapi kasus tetap saja bersantai menjaga kosan dan membiarkan istrinya yang masih belum pulih betul pergi bekerja.
Kehidupan kasus terlihat begitu mewah. Meskipun kasus hanya bekerja sebagai penjaga kos – kosan, kasus bisa memiliki 1 buah mobil dan 3 buah unit sepeda motor. Semua  itu jika penulis perkirakan adalah hasil kerja dari istrinya. Istrinya memang memiliki jabata yang cukup tinggi di tempatnya bekerja. Sehingga memiliki gaji yang kemungkinan cukup besar.
Melihat kondisi seperti itulah, kasus tertarik mencari tahu tentang permasalahan yang sebenarnya terjadi. Mengapa justru terlihat kasus tidak bisa menjadi seorang kepala keluarga yang menafkahi keluarganya dengan baik. Dilihat dari situasinya, justru yang terjadi kebalikannya, yang menafkahi keluarga adalah istri kasus. Untuk itu lah, penulis ingin mendalami permasalahan kasus ini. Penulis memulai studi kasus ini dengan pertanyaan – pertanyaan yang ingin didalami dari pernasalahan kasus ini. Adapun hal – hal yang ingin penulis studi kasuskan adalah :
1.      Apakah kasus memang tidak memiliki pekerjaan yang lain selain menjaga kos – kosan dan warung kecil di kosan tersebut?
2.      Apakah kasus tidak ada keinginan  untuk mencari kesibukan lain/ pekerjaan lain selain menjaga warung dan kos – kosan?
3.      Mengapa istri kasus yang bekerja keras sementara kasus hanya bekerja seperti demikian?
4.      Bagaimana pendapat keluarga kasus melihat kondisi yang terbalik seperti ini, istri kasus yang bekerja lebih keras di bandingkan kasus sendiri sebagai pemimpin keluarga?
5.      Bagaimana bisa kasus tetap membiarkan istri kasus bekerja keras, sementara kondisi istri kasus masih sakit – sakitan dan terlihat tidka begitu sehat seperti dulu lagi?
2.      Identitas Kasus
Nama                                 :  AM
Tempat, Tgl. Lahir            :  Pariaman, 5 Maret 1975
Umur                                 :  39 Tahun
Jenis Kelamin                    :  Laki-laki
Alamat                              :  Jl. Patenggangan No. 10 A, dekat asrama UNP
Pendidikan Terakhir          :  SMA
Pekerjaan                           :  Penjaga kos – kosan dan warung kecil       
Nama Orangtua
a.       Ayah                  : Suparman
b.      Ibu                     : Nurmi
Alamat orang tua             : Pariaman
Pekerjaan Orangtua
a.       Ayah                  : Wiraswasta
b.      Ibu                     :  Rumah tangga
(terlampir)
3.      Gambaran Masalah
Kasus yang bekerja sebagai penjaga warung dan kos – kosan ini adalah salah seorang warga masyarakat di sekitar tepi pantai, di jalan patenggangan. Kasus yang memiliki 1 orang istri dan 2 orang puteri.
Kasus sebagai pemimpin keluarga adalah juga seorang yang harus menafkahi kehidupan istrinya dan keluarganya. Namun, jika dilihat pada kenyataannya, kasus tidak terlalu banyak memberikan nafkah kepada keluarganya. Justru yang terlihat gigih membiayai kehidupan keluarga mereka adalah istri kasus sendiri.
Berdasarkan informasi yang penulis dapatkan, kasus sebelumnya sudah pernah bekerja di suatu perusahaan, akan tetapi kasus berhenti akibat perusahaan tersebut bangkrut. Sehingga kasus yang dulunya bekerja di perusahaan itu tidak memiliki pekerjaan yang lain lagi, dan alhasil menjadi pengangguran.
Kemudian, saudara laki – laki dari istri kasus berencanakan mendirikan sebuat kos – kosan dekat rumah saudaranya itu, tepatnya tempat tinggal penulis saat ini berada, masih belum ada yang menjaga kos tersebut. kemudian, kasus ditawarkan untuk menjaga kos – kosan tersebut.
Dalam menjaga kos – kosan, penulis memperhatikan kasus tidak ada melakukan aktivitas lain selain duduk di kedai itu, dan terkadang melayani pembeli yang datang.
Kemudian, kebiasaan kasus yang penulis lihat adalah sering menelpon dengan orang lain melalui handphone, namun penulis tidak terlalu mengetahui pada siapa kasus menelpon. Namun, jika di dengar terkadang menelpon teman kasus sambil berbicara yang mengarah kepolitik – politik.
Selain itu, sikap yang kasus tonjolkan ada cara kasus mendidik kedua putrinya. Sesuai dengan fakta yang dilihat di lapangan, kasus sangat memanjakan kedua putrinya. Kasus sepertinya selalu menuruti setiap apa permintaan putri kasus. Kedua putri kasus terkadang ikut membantu kasus menjaga kedai di kos – kosan tersebut. terkadang, saat kasus sedang menjemput istri kasus pulang dari tempat bekerja, kasus pun akan meninggalkan warung atau memanggil salah satu dari putrinya untuk menjagakan warung tersebut.
Kasus setiap hari aktivitasnya hanya melakukan hal – hal yang sama. Pagi sebelum membuka kedai di kos – kosan, kasus harus mengantarkan istrinya pergi bekerja dan juga mengantar putrinya pergi ke sekolah. Kemudian, setelah mengatarkan istri kasus dan putri kasus, kasus pun ke kosa dan membuka kedai yang ada di kos – kosan tersebut. pada sore harinya lagi, kasus pun akan menutup kembali tokonya sebentar jika putrinya tidak datang, dan kemudian pergi ke menjemput istri kasus di kantor. Setelah menjemput terkadang istri kasus dibawa ke kedai yang ada di kos – kosa dan terkadang langsung diantar ke rumah.
Begitu yang kasus lakukan setiap hari. Kasus hanya berduduk diam diri di kedai, terkadang sambil menonton tv, dan terkadang ngobrol dengan orang  yang singgah di kedai tersebut. jika dilihat dari segi tugas perkembangan sebagai orang dewasa seharusnya kasus masih harus tetap bekerja dan menafkahi keluarganya, namun kenyataannya kasus tidak pernah terlihat ada usaha untuk mencoba usaha lain.
Selain, sikap yang sangat ditonjolkan oleh kasus adalah kurang memiliki sikap yang tegas. Kasus terlalu lemah dalam mengambil sikap ataupun keputusan. Kasus hanya menganggap lalu lalang saja setiap permasalahan yang kasus alami tidak ada usaha kasus untuk melakukan bersikap tegas terhadap suatu permasalahan. Hal itu dapat penulis lihat dari cara kasus menangani permasalahan anak – anak kasus di kos – kosan yang ia jaga. Kasus tidak dapat mengambil sikap yang tegas terhadap konflik – konflik yang terjadi di kosan tersebut. ia hanya membiarkan begitu saja, terjadi konflik di kos tersebut,meskipun sebenarnya, konflik itu terjadi juga karena fasilitas di kos tersebut yang kurang baik. Contohnya pada saat itu masalah air yang tidak ada sama sekali. Segala sesuatu menjadi sulit akibat tidak adanya air. Air di kos tersebut berasal dari sanyo yang dipasang di kos tersebut. air tersebut tidak ada naik dikarenakan mesin sanyo untuk kos tersebut sudah rusak dan sudah tidak bisa menarik air lagi.
Hal tersebut sudah jelas, seharusnya adalah kebijakan dari pengurus kos dan pemiliki kosan, namun kasus tidak cepat mengambil sikap dengan situasi tersebut. kasus justru membiarkan begitu saja, dan memberikan alasan harus menunggu laporan dari atas (pemilik kos) untuk mencairkan dana membeli mesin sanyo tersebut. Padahal, keuangan dari kos tersebut berada di tangan kasus.

4.      Teknik Pengungkapan Masalah
Untuk memahami permasalahan kasus dan mendalami keadaan kasus secara lebih mendalam, maka dapat diungkapkan dengan menggunakan beberapa instrument untuk mendapatkan keterangan, informasi, serta data yang dapat mendukung dengan permasalahan kasus. Adapun instrument yang digunakan untuk mengungkapkan dan mendalami permasalahan kasus adalah:
a)      Wawancara
Untuk mengungkapkan masalah kasus tersebut, penulis melakukan wawancara dengan beberapa sumber informasi, yang bisa memberikan keterangan tentang kasus.
1)      Wawancara dengan Anak Kasus
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang putri kasus, yaitu N, penulis mendapatkan informasi tentang kasus tersebut. Yang mana, menurut putri kasus, kasus adalah sosok orang tua yag sangat baik. Kasus memberikan perhatian yang lebih terhadap keluarga, anak – anak, istri, dan bahkan dengan nenek kami, ayah dari istri kasus. Nenek tersebut ikut tinggal bersama dengan keluarga kasus, karena di pariaman sudah tidak ada lagi yang mengurusi nenek tersebut, sehingga kasus mengajak nenek ikut tinggal bersama dengan kasus.
Menurut pengakuan puteri kasus, ayahnya jarang di rumah semenjak ayahnya kerja menjaga kos – kosan. Hampir satu harian, kasus menghabiskan waktu di kos – kosan tersebut. N mengatakan kalau kos yang dijaga oleh ayahnya adalah kos milik om-nya yang tinggal di Jakarta. Sehingga kasus yang dimintai untuk menjaga kosn tersebut.
N mengutarakan bahwa kasus bisa lama berada di rumah hanya pada hari minggu saja, atau tanggal – tanggal merah lainnya. Jika hari libur seperti itu, kasus biasanya tidak membuka kedai di kos, dan memilih berada di rumah. Kasus menghabiskan waktunya bersama dengan keluarganya.
Di rumah, kasus menurut penuturan dari N adalah melakukan pekerjaan – pekerjaan di rumah, sebab istri kasus yang sedang sakit.  Sehari – hari kasus membersihkan rumah, seperti mencuci baju, piring, menyapu, beres – beres rumah lainnya, kasuslah yang melakukan hal tersebut. Namun, itu terjadi ketika istri kasus sedang dalam keadaan parah sakitnya dan tidak bisa bergerakataupun beraktivitas sama sekali. Kasus lah yang menggantikan pekerjaan isrtinya.
N mengatakan bahwa dahulu kasus bekerja yang bergerak di bidang bisnis, akan tetapi ketika itu, perusahaan yang kasus masuki itu bangkrut, kasus pun berhenti bekerja. Untuk itulah kasus menerima tawaran dari Om N untuk menjaga kos – kosan ini. Sehingga, sejak saat itu, kasus lebih banyak menghabiskan waktu untuk berada di kosan dibandingkan dengan rumah(terlampir)

2)      Wawancara dengan Tetangga Kasus
Penulis mencoba untuk mewawancarai tetangga kasus yag tinggal tepat disebelah kasus tinggal. Pada waktu itu, penulis mengetahui bahwa kasus beserta keluarga sedang melakukan perjalanan liburan ke luar kota, sehingga penulis mencoba berpura – pura seolah – olah tidk mengetahui hal tersebut dan bertanya kepada tetangga sebelahnya. Kemudian, penulis menjelaskan dan tetangga kasus bersedia.
Menurut pendapat tetangga kasus, kasus tersebut sangat tidak tegas. Kasus terlalu lemah dalam memimpin keluarga. Dari kebiasaannya sehari – hari sangat tidak wajar terlihat. Kasus memiliki 2 orang puteri yang sudah memasuki usia remaja, akan tetapi tidak diajarkan untuk bisa menjadi remaja yag baik.
Kasus justru lebih memilih memanjakan mereka, daripada memberikan pendidikan etika dan tatakrama serta adat istiadat yang baik kepada kedua puteri kasus. Tetangga kasus sangat mengesalka hal tersebut, karena tidak adanya ketergasan dari diri kasus untuk mendidik kedua puterinya. Selain itu, kasus yang terbiasa mengerjakan tugas pekerjaan rumah secara keseluruhan sangatlah tidak baik sekali jika dipandang oleh orang sektar.
Dari teras rumah pasti akan dilihat kasus yang sedang menjemur pakaian, menyiram bunga, kemudia nantinya akan mengangkatnya kembali. Tetangga kasus mengatakan bahwa dari segi luar saja sudah terlihat tidak begitu bagus jika dipandang, bagaimana dengan keadaan di dalamnya.
Kebiasaannya sehari – hari saat ini yang tetangganya ketahui hanyalah menjaga warung di kos – kosan tersebut, selain itu kasus tidak memiliki kesibukan lainnya. Ksau hanya berada dikosan, kemudia merapikan kedainya, membersihkan sampah – sampah dan menyapu bersih setiap kotoran yang tertinggal di warungnya. Kemudia terkadang, kasus terlihat asyik menelpon atau mengobrol dengan orang – orang yang duduk di kedai kasus.
Namun, tetangga kasus sangat heran meliha kondisi keluarga yang kasus yang terlihat kurang baik. Situasi yang tetangga kasus lihat, status pekerjaan istri kasus dengan kasus sangat jauh berbeda. Kasus justru terlihat sangat santai hanya duduk di kedai tersebut, sementara itu istrinya yang sepengetahuan kasus baru terkena sakit stroke dan belum bisa kembali sehat seperti semula, justru bekerja di Taspen dengan posisi yang cukup bagus. Tetangga kasus cukup mengherankan melihat cara berpandang kasus dengan hal tersebut.  tetangga kasus mengatakan, jika dirinya menjadi kasus, dia tidak akan bisa melihat istrinya bekerja seperti demikian, sementara dia hanya duduk santai di kedai kecilnya.(terlampir)
3)      Wawancara dengan Anak Kos Kasus
Meskipun penulis juga anak kos dari kosan yang kasus jaga, namun, penulis juga harus tetap memilih teman – teman penulis yang akan diwawancarai tentang kasus tersebut.
Dari beberapa orang yang penulis wawancarai, penulis menarik kesimpulan bahwa hampir semua anak kos kasus merasa kasus itu tidak tegas menjadi seorang pemimpin keluarga. Apalagi melihat bagaimana kasus memanjakan anak – anak kasus. Kedua puteri kasus diberikan masing – masingnya sebuah sepeda motor.
Kasus tidak memikirkan hal baik buruknya jika kasus terlalu cepat membelikan puterinya motor. Padahal, di sekolah puteri kasus, siswa tidak diizinkan membawa sepeda motor ke sekolah. Dan menurut anak kos kasus, kasus tersebut terlalu memanjakan puteri – puterinya.
Anak kos kasus juga mengutarakan bahwa, untuk mengatasi permasalahan atau konflik yang ada di kos tersebut saja, kasus tidak bisa menyelesaikan kasus tersebut dengan baik. Justru kasus membiarkan begitu saja, dan yang akhirnya sesama anak kos tersebut saling bertengkar dan tidak saling tegur sapa lagi akibat permasalahan kosan yang sebenarnya harus ditangani oleh pemilik kosan ataupun yang menurus kos.
Sebab, jika dipikirkan secara logika, anak kosan kasus sudah membayar kewajiban mereka sebagai orang yang kos di rumah saudara kasus. Akan tetapi, apa yang didapat anak kosa kasus tidak sesuai dengan apa yang telah mereka keluarkan di kos tersebut.
Anak kos kasus juga sering bertanya – tanya, mengapa kasus tidak pernah mencoba untuk mencari pekerjaan lain selain menjaga kosan ini. Padahal, menurut anak kos kasus, jika siang hari, kasus sebenarnya bisa mencari pekerjaan lain atau kesibukan lain untuk mengisi waktu luangnya saja dan malam hari atau mulai pada sore harinya, kasus baru mengunjungi kosan. (terlampir)
4)      Wawancara dengan Istri Kasus
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan istri kasus langsung, penulis mendapatkan gambaran tentang diri kasus.
Menurut Istri kasus, kasus itu adalah sosok suami yang sangat bertanggungjawab, perhatian, bijaksana, dan sangat menyayangi keluarga. Kasus tidak pernah meyakiti perasaan istri atau pun orang tua istri yang ikut tinggal bersama keluarga kasus. Kasus berusaha untuk adil dan bijaksana dengan ayah mertua kasus yang sedang sakit juga.
Dimata istri kasus, kasus sangatlah pengertian sekali dengan kondisi keluarga pada saat itu. Ayah dari istri kasus tinggal bersama dengan mereka di rumah tersebut. ayah mertua kasus sudah tua dan sakit – sakitan. Ayah mertua kasus tersebut, hanya bisa rebahan di tempat tidur dan menghabiskan waktu di atas tempat tidur tersebut. segala sesuatu yang diperlukan oleh ayah mertua kasus, kasus yang menyediakan dan melayani ayah mertua kasus dengan sabar. Tidak hanya mengurusi ayah mertua kasus saja, kasus juga harus merawat istri kasus yang pada waktu itu, terkena penyakit stroke di tubuhnya. Yang mana, kondisi tubuh istri kasus tersebtu semakin lama semakin melemah, sehingga kasus harus benar – benar sabar dan telaten untuk mengurus keduanya sekaligus.
Untuk itulah, istri kasus merasa bahwa ia sangat bangga dan sangat beruntung mendapatkan suami seperti kasus tersebut. kasus mau meninggalkan pekerjaannya demi mengurusi istri kasus dan ayah mertua kasus. Kasus juga mau mengurusi tentang semua kebutuhan keluarga kasus. Mulai dari makan, kebutuhan rumah tangga yang lain, mengurusi rumah, hingga mencuci baju dan menyetrika pakaian pun kasus lakukan. Sehingga, kasus di mata istri kasus itu sangatlah sempurna, dan sangat luar biasa sekali.
Istri kasus mengungkapkan, kalau sebenarnya dirinya ingin kalau kasus itu memiliki pekerjaan yang lebih lagi dari yang sekarang. Akan tetapi, istri kasus juga memiliki rasa takut, jika nantinya perhatian dan kasih sayang kasus akan berkurang kepadanya dan keluarganya.
Istri kasus mengungkapkan bahwa mereka memang memiliki komitmen untuk tidak tetap membiarkan kasus tetap bekerja di sebagai penjaga kosan dan penjaga warung yang berada di depan kos tersebut.
Selain itu, istri kasus juga mengutarakan bahwa, kasus itu juga sangat perhatian kepada kedua puteri kasus. Kasus selalu memberikan perhatian yang lebih  kepada kedua puterinya. Kasus sangat memperhatikan setiap kebutuhan dari kedua puteri mereka, yang mana apa yang kedua puterinya inginkan, pasti akan kasus usahakan dan kasus berikan.
5)      Wawancara dengan Kasus
Berdasarkan hasil wawawancara yang dilakukan oleh penulis dengan kasus, penulis mendapatkan berbagai gambaran informasi tentang kebenaran informasi yang selama ini didapat.
Kasus menceritakan bahwa dirinya sudah sejak tahun 2009 bekerja sebagai penjaga kos – kosan dan warung/ kedai kecil di depan kos tersebut. Kasus bukanlah pemilik kos yang sebenarnya, akan tetapi kasus hanya menjaga kos-an milik abang dari istri kasus.
Kasus dulu bekerja sebagai pebisnis disebuah usaha swasta, yang mana, kasus memiliki posisi penting di perusahaan tersebut. namun, dikarenakan istri kasus pada masa itu sedang terkena sakit cukup parah, yaitu hampir stroke, maka kasus lebih fokus untuk mengurusi masalah istrinya. Sehingga kasus tidak lagi fokus untuk bekerja di usahanya tersebut. Namun, kasus tidak terlalu begitu rugi untuk berhenti dari perusahaan tersebut karena ketika kasus akan meninggalkan perusahaan tersebut, perusahaan tersebut sedang  masa gulung tikar.
Abang istri kasus yang tinggal di Jakarta, memiliki rumah sebuah rumah di Padang. Yang mana, tanah disekitar  rumahnya tersebut masih ada tanah tersisa, sehingga abang istri kasus tersebut berniat untuk menggunakan tanah tersebut untuk mendirikan sebuah banguna kos – kosan untuk puteri. Akan tetapi, dikarenakan abang istri kasus tersebut tidak dapat tinggal di Padang, karena usahanya ada di Jakarta, maka abang istri kasus tersebut yang mengetahui kondisi kasus, segera menawarkan kepada kasus untuk menjaga kos – kosan tersebut.
Kasus yang pada saat itu sedang tidak memiliki pekerjaan, mengutarakan kepada abang istri kasus bahwa dirinya bersedia untuk bekerja disini. Kasus mengurusi masalah sarana dan prasarana di kos tersebut. mulai dari air, listrik, reperasi bangunan rumah atau penjagaan terhadap bangunan rumah. Selain itu, kasus juga bertanggungjawab untuk mengawasi anak – anak kos yang tinggal di kos tersebut. Kasus yang mengurusi masalah yang berkaitan dengan anak – anak kos tersebut. Mulai dari pembayaran uang kos dan mengurusi barang  -  barang di kos tersebut, kasuas yang mengurusi semua hal tersebut.
Kasus mau bekerja di tempat ini, dikarenakan kasus merasa kasihan dengan istri kasus yang tidak ada mengurusi istri kasus di rumah. Sehingga kasus, memilih untuk mengorban pekerjaannya, dibandingkan dengan pekerjaan istrinya yang jauh lebih tinggi jabatannya daripada dirinya.
Kasus menyadari bahwa istri kasus tersebut memang belum seutuhnya pulih sembuh dari sakit strokenya. Akan tetapi, kasus tidak bisa melarang keinginan istri kasus yang ingin terus bekerja dan melanjutkan pekerjaannya.
Kasus mengutarakan bahwa dirinya dengan istri kasus telah mengikat sebuah komitmen bahwa dirinya setelah istri kasus kembali sehat, kasus akan tetap menjaga kos dan warung yang ada di depan kos, dan istrinya akan kembali bekerja seperti biasa di TASPEN. Hanya saja, mereka memiliki catatan, bahwa istrinya dapat bekerja, dengan syarat, istrinya tetap harus mengikuti terapi guna untuk memulihkan syaraf  - syaraf kasus yang terkena stroke sebelumnya.
Kemudian, kasus juga mengutarakan tentang rencana kasus ke depan terhadap kelangsungan keluarga kasus. Namun sebelumnya, kasus mengungkapkan bahwa dirinya sebenarnya ingin mencari pekerjaan yang lain juga, akan tetapi melihat situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan, kasus pun tidak memiliki kesempatan untuk hal tersebut. Sehingga untuk masa yang kedepannya, jika istri kasus sudah pensiun, kasus mungkin akan mempersiapkan suatu hal terlebih dahulu sebelum istri kasus pensiun. Kemungkinan, kasus akan menggunakan kemampuannya yang dahulu, yaitu seorang pebisnis, dengan membuka suatu usaha yang mungkin dapat membantu untuk menambah nafkah untuk keluarga mereka.
b)      Observasi
1)      Observasi di Rumah
Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan saat berkunjung ke rumah kasus, kasus tampak sangat perduli dengan lingkungan rumahnya. Kasus merapikan semua isi rumah kasus, dan terjaga dengan baik. Meskipun rapi, namun tidak serapi bagaimana seorang perempuan yang merapikan rumah, masih juga tetap terlihat berantakan.
Meskipun demikian, kasus tetap saja kurang tegas terhadap puterinya. Seharusnya, puteri kasuslah yang membantu dirinya mengurusi rumah, akan tetapi pada kenyataannya, kasus membiarkan puteri kasus bersantai sementara dirinya bekerja merapikan rumah. Seharusnya anak gadis seusia puterinya haruslah merapikan rumah bukan ayahnya yang merapikan (terlampir)
2)      Observasi di Tempat Bekerja
Berdasarkan hasil observasi penulis di tempat kasus bekerja, yaitu di kos – kosan yang kasus jaga, tepatnya di Jalan Tempua Raya No. 15, Air Tawar Barat, Padang.
Kasus tidak bisa bersikap tegas dan kurang perduli dengan anak kosan kasus. Itu dapat dilihat dari cara kasus yang menangani masalah di kos-an tersebut. Saat penulis melakukan observasi, kos yag kasus jaga, ternyata sedang mengalami masalah, yaitu kemalingan.
Salah satu anak kosan kasus kemasukan maling pada subuh dini hari tanggal 13 Mei 2014 yang lalu. Kasus bukannya prihatin dan memberikan solusi kepada kasus, melainkan membiarkannya begitu saja dan memberikan alasan yang kurang masuk akal. Alasan yang tidak ada kaitannya dengan kejadian tersebut. kasus justru lebih menyalahkan anak kosan yang kurang hati – hati dalam menjaga kunci kamar. (terlampir)

5.      Keterkaitan Hasil Studi dengan Dimensi Sebab Akibat, Dimensi Fisik, Dimensi Psikologis, dan Dimensi Nilai & Norma
a)Dimensi Sebab Akibat
·      Kemungkinan Sebab:
-          Kasus terlalu menyayangi istri kasus sehingga memilih untuk menggantikan istri kasus mengurusi keperluan rumah mereka
-          Kesenjangan pendidikan kasus dengan istri kasus
-          Pada dasarnya, keluarga kasus sendiri berasal dari keluarga yang sederhana
·      Kemungkinan Akibat:
-       Kasus merasa minder dengan pekerjaan istrinya yang lebih tinggi daripada dirinya, sehingga ia pasrah saja menerima situasi dimana ia hanya bekerja menjadi seorang penjaga kos – kosan
-       Kasus tidak berani mengambil keputusan yang tegas terhadap permasalahan yang kasus hadapi
-       Kasus tidak dapat menjalan tugas – tugas perkembangannya sebagai laki – laki dewasa yang harus menafkahi keluarganya.
c)      Dimensi Fisik
Jika kasus hanya beraktivitas begitu – begitu saja di kedai miliknya, kasus akan gampang merasa lelah dengan segala aktivitas yang ada, sebab fisiknya tidak pernah bahka jarang dilakukan kegiatan yang bisa menggerakkan otot – ototnya .
d)     Dimensi Psikologis
Permasalahan kasus dapat membuat kasus mengalami gangguan – gangguan psikologis seperti rasa malu yang mendalam, hingga nantinya kasus akan tertekan dengan kondisi tersebut, dan nantinya kasus bisa menjadi stress akibat tekanan tersebut.
Jika kasus, tidak berusaha merubah situasi atau memandang suatu pekerjaan itu dari sudut pandang lain, kasus bisa saja nantinya akan mudah lupa dan pikun akibat terlalu banyak memikirkan cara untuk membahagiakan orang sekitarnya akibat ketidak berdayaannya sebagai pemimpin yang kurang tegas.

6.      Jenis Layanan yang Diberikan
a)      Layanan Informasi
·         Materi I : Menjadi Pribadi Yang Menyenangkan
b)      Layanan Penguasaan Konten
·         Materi : Konsep diri
c)      Layanan Konseling Perorangan
Dalam pemberian layanan konseling perorangan, permasalahan yang dibahas dalam konseling tersebut adalah masalah yang berasal dari klien/ kasus sendiri.(terlampir)

7.      Keterbatasan Studi
a.       Studi kasus ini belum komprehensif, integratif, intensif dan sistematis dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis dalam hal tersebut.
b.      Keterbatasan waktu penulis untuk dapat melakukan studi kasus secara komprehensif, integratif, intensif dan sistematis
















BAB   III
PENUTUP

A.          Kesimpulan
Kasus merupakan kesatuan kondisi yang didalamnya terkandung satu atau sejumlah masalah yang dialami oleh seorang individu (anggota kelompok, keluarga, lembaga). Masalah-masalah tersebut dapat berkenaan dengan berbagai aspek perkembangan dan kehidupan individu dalam kaitannya dengan keempat dimensi kemanusiaannya. Sedangkan studi kasus studi kasus  dilakukan dengan tujuan untuk mengungkapkan fakta-fakta yang terkait dengan permasalahan yang ada serta sebab-sebab timbulnya masalah dan selanjutnya untuk dapat menetapkan langkah-langkah penanganan masalah tersebut.
Konselor perlu memiliki wawasan pemahaman dan penyikapan terhadap kasus pada umumnya serta pemahaman dan cara-cara penanganan masalah-masalah yang terkandung dalam setiap kasus secara khusus. Oleh karena itu, studi kasus yang dilakukan harus komprehensif, intensif, integratif dan sistematis.                      
Komprehensif maksudnya adalah studi kasus memuat diskripsi yang lengkap tentang keadaan seseorang, seperti identitas pribadi, latar belakang keluarga, catatan masa kanak-kanak, kemampuan dasar, prestasi yang dicapai, penyesuaian sosial personal, usaha-usaha yang telah dikerjakan dan sebagainya. Intensif maksudnya adalah studi kasus harus bersifat mendalam. Integratif maksudnya studi kasus mengintegrasikan beberapa metode pengumpulan data sedangkan sistematis
B.           Saran-saran
1.            Melaksanakan studi kasus dengan komprehensif, integratif, intensif dan sistematis.
2.            Perlunya meningkatkan wawasan, pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap berkenaan dengan studi kasus.
3.            Lebih memahami dan mendalami layanan dan kegiatan pendukung BK agar kasus dapat terbantu optimal.










KEPUSTAKAAN

Prayitno. 2012. Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung Konseling. Padang: PPPK BK FIP UNP