Hallo November Ceria...
Yuk cek katalog oriflame bulan November kita
banyak produk baru dan promo loh... yuk buruan
Bagi yang mau order atau minat silahkan hubungi kontak dibawah ini yah..
Salam Sukses Shoopers
Cp: NOPINA S.M HARAHAP
BBM; 760AD7A3
LINE: nopinasmhrp
phone/ wa: 0823-6933-1843
E-katalog
My Notes
Entri Populer
-
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada masa perkembangan anak di usia dini, anak membutuhkan banyak kasih sayang dar...
-
ANALISIS MASALAH KLIEN BERDASARKAN KONSELING EGO A. Identitas Klien 1. Nama : S 2. ...
-
KONSELING SELF A. Pengantar Konseling Self Konseling yang berpusat pada klien ( client – centreted ) sering pula disebut denga...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, diperoleh permasalahan sebagai ...
-
KONSELING PANCAWASKITA (KOPASTA) & KONSELING EKLEKTIK (KONEK) A. Konseling Pancawaskita 1. Konsep Dasar Konseling Pa...
-
TUGAS I WAWANCARA ANAK BERBAKAT DI SMK NEGERI 6 PADANG D O SEN PEMBIMBING: Drs. Afrizal Sano, M.Pd., Kons ...
-
ANALISIS KASUS KONSELING PSIKOLOGI INDIVIDUAL (KOPSIN) 1. IDENTITAS KLIEN Nama : R J...
-
KONSELING PSIKOLOGI INDIVIDUAL (KOPSIN) A. Pengantar Koseling Psikologi Individual Model konseling psikologi individual dipelo...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mampu hidup sendiri tanpa berdampingan deng...
-
ANALISIS KASUS BERDASARKAN KONSELING PSIKOANALISIS KLASIK A. Identitas Klien Nama : PR Umur : 16 tahun ...
Selasa, 01 November 2016
Rabu, 26 Oktober 2016
Jumat, 07 November 2014
Laporan Hasil Studi Kasus di Sekolah dan Luar Sekolah
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Manusia adalah
makhluk sosial yang tidak mampu hidup sendiri tanpa berdampingan dengan manusia
lain. Allah SWT menciptakan manusia dimuka bumi tidak untuk hidup sendirian,
melainkan untuk berhubungan dan berinteraksi dengan manusia lainnya. Hal itu
sudah dibawa sejak manusia dilahirkan ke permukaan bumi ini.
Manusia
berhubungan dan berinteraksi dengan sesama manusia yang lain, saling
membutuhkan pertolongan dan bantuan dari orang lain demi kelangsungan hidupnya.
Dalam berinteraksi satu sama lain, baik itu secara individu dengan individu
atau individu dengan kelompok sama – sama saling membutuhkan satu sama lain.
Dalam interaksi tersebut pasti akan memunculkan berbagai kendala dan persoalan
ataupun berbagai permasalahan - permasalahan. Permasalahan yang muncul tersebut
ada yang ringan, sedang, bahkan sangat berat. Untuk mengatasi persoalan atau
permasalahan tersebut membutuhkan pikiran, cara, dan usaha – usaha untuk
mengentaskan permasalahan yang dihadapi.
Allah SWT telah
menciptakan manusia dengan berbagai keistimewaan tersendiri masing – masingnya,
makhluk yang satu dengan makhluk yang lain tidaklah sama. Dengan keistimewaan
dan berbagai perbedaan karakteristik yang dimiliki setiap manusia itu,
diharapkan dapat hidup bahagia di dunia dan akhirat. Namun, dalam kehidupan
sehari - hari di lingkungan sekitar
tidak dapat dipungkiri banyak sekali
masalah atau problem yang dialami setiap individu atau anggota masyarakat.
Keunikan, keragaman, dan banyak jenis masalah yang dihadapi masing – masing
individu dalam hidupnya. Seperti yang disebutkan tadi, masalah yang muncul itu
bisa berbagai tingkatan, dari berbagai tingkatan permasalahan tersebut dapat
mengganggu keefektifan kehidupan sehari – hari setiap individu. Namun, juga tidak
menuntup kemungkinan, dari permasalahan yang didapat dan dihadapi tersebut
dapat melatih diri untuk bisa semakin matang dan mampu mengambil hikmah serta
pembelajaran dari berbagai permasalahan tersebut demi kehidupan di masa datang.
Sebagai sesama
manusia ciptaan yang kuasa, dan seorang konselor tentu tidak boleh diam dan
menutup mata terhadap orang – orang yang mempunyai masalah, tetapi harus
berusaha untuk memahami, merasakan, dan membantu orang – orang tersebut untuk
mengentaskan masalah yang dihadapinya. Untuk membantu mengentaskan masalah –
masalah tersebut, dapat dilakukan dengan studi kasus. Dimana dengan studi kasus
ini, dapat mengungkapkan permasalahan dan membahas permasalahan lebih mendalam
sehingga dapat mengentaskan masalah dengan cara yang tepat dan efektif.
Dalam
pelaksanaan studi kasus ini, tidak sekedar melaksanakan pendalaman permasalahan
begitu saja, namun memerlukan pengumpulan berbagai data yang mendukung untuk
memahami permasalahan lebih jauh lagi. Dalam pengumpulan datanya, dapat menggunakan
berbagai instrument – instrument atau data – data yang akurat sebagai alat yang
akurat untuk mencarikan jalan keluar atau solusi yang tepat dari permasalahan
tersebut.
Pelaksanaan
studi kasus ini tidak sekedar untuk mengentaskan masalah, namun memberikan
manfaat yang besar bagi setiap individu yang dilaksanakan studi kasus. Kegiatan
studi kasus ini juga bermanfaat bagi mahasiswa yang sedang
belajar untuk bisa memahami dan menemukan solusi yang tepat untuk mengentaskan
masalah orang lain. Sebab, dalam kegiatan studi kasus ini, berbagai pengetahuan
yang sudah diperoleh, dapat diterapkan secara langsung serta memperoleh
pengalaman dalam menangani masalah individu baik itu di sekolah maupun di luar
sekolah.
Seperti yang
disebutkan dalam tujuan pendidikan nasional berdasarkan Undang – Undang No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah:
Untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulian, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga Negara
yang demokratis, serta bertanggungjawab.
Berdasarkan
Tujuan Pendidikan Nasional di atas, pendidikan merupakan sebuah proses yang
mulia. Agar tercapainya tujuan nasional sepeti yang tercantum dalam undang –
undang tersebut maka diperlukan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam
mendidik siswa di sekolah.
Pelayanan
bimbingan dan konseling merupakan bagian penting dari suatu pendidikan yang
dijalankan di suatu sekolah. Hal ini disebabkan karena permasalahan yang
dialami para siswa di sekolah sering sekali tidak dapat dihindari, meskipun
pengajaran yang baik telah dilaksanakan. Sekolah selalu menyediakan pelayanan
yang luas dan efektif dalam membantu siswa untuk mencapai tujuan – tujuan
perkembangannya dan mengatasi permasalahannya, sehingga diperlukan adanya
pelayanan bimbingan dan konseling disamping kegiatan pengajaran dan latihan.
Selain
di sekolah, penyelenggaraan bimbingan dan konseling di luar sekolah juga sangat
penting dilaksanakan. Setiap individu dari berbagai kalangan dalam kehidupan
tentu mengalami masalah, tidak hanya siswa yang sedang duduk dibangku sekolah,
namun masyarakat juga pasti mengalami suatu permasalahan. Permasalahan itu bisa
secara individu, kelompok, dalam keluarga, dalam lembaga tertentu, ataupun
dalam kelompok masyarakat yang luas. Oleh karena itu, perlu adanya pelayanan
bimbingan dan konseling untuk masyarakat diluar sekolah.
Berdasarkan
penjelasan yang telah dipaparkan di atas, studi kasus yang akan dilaksanakan
dalam membantu individu untuk mempelajari, memahami, mendalami, dan
mengentaskan masalah dari seorang individu, maka memerlukan pengetahuan tentang
bimbingan dan konseling. Sebab, pelaksanaan studi kasus ini memang sangat
membutuhkan tenaga yang ahli dan professional yaitu guru pembimbing dan
konselor.
Hal
tersebut dapat dikaitkan dengan pernyataan Prayitno dan Erman Amti (2004 : 50)
tentang cara pandang konselor terhadap kasus yaitu konselor seharusnya tidak
memandang suatu kasus dari sudut pandang berat ringannya, apalagi kalau berat
ringannya itu didasarkan atas deskripsi kasus yang barangkali belum lengkap.
Setiap kasus harus dipandang dan dihadapi secara serius. Apabila konselor
memandang suatu kasus sebagai kasus yang ringan, boleh jadi konselor yang
menyepelekannya, sehingga menjadi kurang tanggap dan kurang serius
menghadapinya. Sebaliknya, apabila konselor memandang suatu kasus sebagai kasus
yang berat atau bahkan amat berat, barangkali konsleor akan bersikap dan
bertindak berlebih – lebihan, atau merasa tidak sanggup menghadapinya, sehingga
belum apa – apa sudah merasa kewalahan. Sikap dan tindakan yang meremehkan ataupun
berlebih – lebihan itu keduanya tidak wajar dan besar kemungkinan akan
merugikan orang yang mengalami permasalahan itu sendiri dan mengurangi
efektivitas upaya penanggulangannya.
B.
Tujuan
Studi Kasus
Adapun
tujuan studi kasus dilaksanakan adalah:
1. Sebagai
dasar untuk mendiagnosa dan treatment pemecahan masalah
2. Salah
satu metode penelitian
3. Sebagai
dasar untuk mempelajari seseorang dalam rangka membantu agar dapat berkembang
secara optimal
4. Mengungkapkan
faktor yang berkaitan dengan masalah
5. Mengungkapkan
penyebab atau latar belakang masalah
6. Membantu
seseorang agar terlepas dari masalahnya
7. Sebagai
dasar dalam studi terhadap individu yang tidak bermasalah dan hanya untuk
tujuan atau maksud mengembangkan individu secara tepat
C.
Manfaat
Studi Kasus
1.
Diri
Sendiri
a) Menambah
wawasan penulis
b) Menambah
pemahaman dan pengalaman penulis sendiri
c) Dapat
bersosialisasi langsung dengan siswa, guru mata pelajaran, guru pembimbing, dan
sekolah serta dengan kelompok masyarakat
d) Dapat
menggali dan mengungkapkan fakta – fakta yang terkait serta sebab – akibat
timbulnya masalah dan menetapkan langkah – langkah penangan masalah
e) Proses
persiapan menjadi seorang konselor
f) Dapat
memudahkan kita dalam memahami keanekaragaman perilaku setiap individu yang ada
di masyarakat
2.
Kasus
a) Dapat
membimbing kasus dalam rangka menemukan pribadinya untuk mengenal kelemahan dan
kelebihan yang ada pada diri kasus
b) Membantu
kasus mengenal lingkungan, menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, ekonomi,
budaya serta alam yang ada
c) Dapat
mengungkapkan penyebab masalah kasus
d) Mencarikan
dan melakukan usaha – usaha penangan
e) Dapat
terentaskannya masalah yang dialami oleh kasus
3.
Pengembangan
Ilmu Pengetahuan
Tantangan – tangan perubahan yang dibawa oleh ilmu
pengetahuan, hendaknya tidak menggoyahkan optimalisasi pengembangan warga
masyarakat. Sebaliknya, unsur – unsur yang terdapat dalam ilmu pengetahuan,
dimanfaatkan untuk lebih meningkatkan lagi pengembangan diri individu. Ilmu
pengetahuan justru menjadi pemacu bagi pengembangan manusia seutuhnya. Individu
harus bisa dan dapat menyiapkan diri untuk menghadapi pengembangan ilmu
pengetahuan dengan sikap dan kemampuan yang tepat dan memadai.
BAB
II
IDENTIFIKASI
HASIL STUDI
A.
Kasus
Di Sekolah
1.
Pemilihan
Kasus
Latar
belakang dari pemilihan kasus di sekolah ini adalah untuk membantu individu
yang mengalami permasalahan dalam kehidupan sehari – hari (KES-T) yang
mengganggu proses belajar di sekolah. Tujuan umum dari pelaksanaan studi kasus
ini adalah untuk mengubah ketidakefektifan kehidupan sehari – hari (KES-T) menjadi kehidupan efektif sehari –
hari (KES).
Kasus
yang dipilih penulis untuk distudi kasuskan adalah kasus seorang siswa yang tidak
disiplin terhadap peraturan sekolah dan bermasalah dalam proses belajar.
Penulis
memilih kasus tersebut karena, kasus merupakan siswa binaan penulis di sekolah
tempat penulis melakukan Praktek Lapangan Bimbingan Konseling di Sekolah
(PLBKS), yaitu SMK Negeri 6 Padang. Kasus merupakan siswa kelas XI Tata Busana
2, SMK Negeri 6 Padang. Yang mana, guru pembimbing di kelas tersebut adalah Ibu
Mayarni, S. Pd. Ibu tersebut menyarankan kepada penulis untuk memilih kasus
yang diangkat untuk distudi kasuskan. Selain itu, guru pembimbing kasus pada
saat kasus duduk di kelas X yaitu Ibu Rifda Hayati, S.Pd., juga menyetujui dan
menyarankan agar kasuslah yang diangkat sebagai studi kasus penulis.
Guru
pembimbing kasus menceritakan masalah kasus mulai dari masalah di sekolah kasus
hingga masalah di luar sekolah kasus. Kemudian, penulis menarik kesimpulan dan
mulai mencari tahu tentang kebenaran informasi dari guru pembimbing tersebut.
Setelah mengobservasi ke lapangan langsung, kemudian penulis mengambil
keputusan untuk mendalami kasus tersebut.
Hal
yang menarik bagi penulis sehingga tertarik memutuskan untuk menerima
permintaan guru pembimbing memilih kasus tersebut adalah karena, masalah dari
kasus tersebut sangat penuh tanda tanya bagi penulis. Banyak hal yang perlu
dipertanyakan dan didalami karena masalah kasus tersebut. mulai dari masalah
perceraian kedua orang tua kasus, ketidakseriusan kasus untuk belajar,
kurangnya minat belajar kasus, hingga kebencian kasus terhadap ayah kasus dan memunculkan
kebiasaan kasus yang suka gonta ganti pasangan atau pacar.
2.
Identitas
Kasus
Nama :
PR
Tempat/Tgl.Lahir : Padang, 15 Februari 1995
Umur :
19 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama :
Islam
Anak ke - : 3 (Tiga)
Status dalam Keluarga : Anak Kandung
Alamat :
Jalan Siak No. 5
No. Telp/Hp : 081947569234
Kelas :
X Tata Busana 2
Hobi : Menonton TV,
Tidur
Nama
Orang Tua :
a) Ayah : (Alm)
b) Ibu : Dahliar
Alamat
Orangtua : Jalan Siak No. 5
No.
Telp : -
Pekerjaan
Orangtua :
a) Ayah : -
b) Ibu : Ibu Rumah Tangga
3. Gambaran Masalah
Kasus yang duduk dibangku kelas XI Tata Busana 2 di
SMK Negeri 6 Padang ini memang tampak memiliki sikap yang berbeda dengan siswa
yang lain. Kasus memiliki beberapa sikap yang cukup berbeda dibandingkan dengan
teman – temannya satu kelas.
Kasus adalah siswa yang termasuk memiliki masalah
dibidang belajar. Dia sering terlihat tidak semangat untuk mengikuti kegiatan
belajar dikelas. Setiap kali belajar, dia selalu melakukan hal – hal yang
melanggar peraturan saat belajar. Kasus biasanya memasang ipod mini dengan headsetnya sekaligus dan menggunakannya
dibalik kerudungnya. Setelah menghidupkan ipod mini tersebut, ia akan berpura –
pura untuk memperhatikan guru yang sedang berbicara di depan. Ini hal yang
tidak biasa dilakukan siswa yang lain. Namun, beberapa kali penulis melakukan
observasi di kelas, dia tidak sendiri mendengarkan musik tersebut, dia juga
mengajak sahabat terdekatnya untuk mendengarkan musik melalui ipod mini
tersebut, yaitu sahabatnya “E”. dan biasanya, sahabatnya itu pun tergoda untuk
mengikuti apa yang dilakukan kasus.
Selain itu, kebiasaan kasus di sekolah adalah sering
datang terlambat kesekolah. Hampir setiap hari ia datang kesekolah pasti
terlambat. Untuk terlambatnya, terkadang hampir setengah jam setelah masuk,
seperempat jam setelah masuk, atau bahkan terkadang ia terlambat hingga 1 jam
setelah bel sekolah berbunyi.
Kasus yang setiap hari datang ke sekolah dengan
menggunakan sepeda motor, tetap saja datang terlambat ke sekolah. Padahal, jika
dibandingkan dengan teman – temannya yang lain, kasus termasuk cukup beruntung
bisa membawa kendaaraan, sementara temannya yang lain hanya menggunakan
kendaraan umum seperti bus trans atau
pun angkot.
Tidak hanya sering datang terlambat, kasus juga
memiliki beberapa catatan tidak hadir atau alfa, izin, dan juga sakit. Namun
yang paling banyak itu adalah catatan ketidakhadirannya atau alfa.
Sikap lain yang dimunculkan klien di sekolah yaitu
klien hanya dekat dengan 2 orang sahabatnya, yaitu Er dan E. Namun, belakangan
ini, kasus sedang memiliki hubungan yang kurang mengenakkan dengan Er. Hingga
sekarang mereka masih belum saling berbicara atau pun saling bermaaf-an.
Sementara itu, untuk hubungan dengan teman – teman sekelas yang lain, kasus
tidak terlalu dekat dan tidak terlalu peduli dengan teman – temannya. Bahkan
terkadang, jika ditanya, apakah kasus mengenali semua teman – teman di
kelasnya, dia menjawab bahwa kasus tidak terlalu mengenali teman – temannya di
kelas.
Selain itu, kebiasaan kasus di kelas, setiap
pergantian jam belajar, kasus pasti keluar dan nanti masuknya, setelah ibu guru
duduk di kelas barulah kasus masuk.
Kasus sangat tertutup dengan teman – temannya. Kasus
hanya terbuka kepada sahabatnya E saja. Hal itu, terbukti ketika kasus sedang
mengalami musibah, yaitu saat ayah kandungnya meninggal dunia. Satu pun dari
teman- temannya tidak ada yang mengetahui hal tersebut, bahkan sahabatnya E,
sehari sesudah di kuburkan barulah ia memberitahukan dan menceritakan kepada E
bahwa ayahnya telah meninggal dunia. Selama ini, teman – temannya hanya
mengetahui sebatas ayahnya sedang sakit parah saja, namun untuk kabar bahwa
ayahnya telah meninggal, kasus tidak ada memberitahukan kepada teman – temannya.
Kasus juga memiliki kebiasaan sering gonta – ganti
pasangan / pacar. Kasus tidak pernah serius untuk menjalin hubungan dengan
orang, ia hanya berniat untuk mempermainkan pasangannya itu saja. setelah
merasa bosan, ia pun akan meninggalkan pasangannya tersebut.
Selain masalah hubungan muda – mudi, kasus juga
memiliki kebiasaan melanggar peraturan berpakaian di sekolah, yang mana
seharusnya kasus kasus harus berpakaian baju kurung dan putih abu – abu dan
menggunakan jilbab warna putih, menggunakan sepatu warna hitam, dan kaos kaki
putih. Akan tetapi kenyataannya, kasus lebih sering memakai sandal dan tidak
memperdulikan penampilan. Terkadang, pakaian kasus ke sekolah itu berantakan,
kusut, dan sepertinya tidak di setrika terlebih dahulu. Cara berpakaian kasus
kurang rapi dan tampak terlalu santai setiap kali masuk sekolah.
4. Teknik Pengungkapan Masalah
Untuk
memahami permasalahan kasus dan mendalami keadaan kasus secara lebih mendalam,
maka dapat diungkapkan dengan menggunakan beberapa instrument untuk mendapatkan
keterangan, informasi, serta data yang dapat mendukung dengan permasalahan
kasus. Adapun instrument yang digunakan untuk mengungkapkan dan mendalami
permasalahan kasus adalah:
a)
Rekap
Absen
Rekap
absen ini merupakan salah satu langkah untuk mengumpulkan data tentang
kehadiran kasus. Rekap absen dilakukan setiap bulan, sehingga didapatkan
rekapitulasi kehadiran kasus selama per bulannya.
Data
rekapitulasi absen ini, dilihat dari segi sebarapa banyak kasus absen/ alfa
(a), sakit (s), izin (i), dan terlambat (t). Dari rekapitulasi tersebut, yang
diperoleh oleh penulis adalah sakit sebanyak 3 kali , izin sebanyak 8 kali,
alfa sebanyak 5 kali, dan terlambat sebanyak 1 kali. (terlampir).
Hasil
rekapitulasi absen ini penulis peroleh dari guru piket yang merekap absen
setiap harinya. Selain itu, penulis juga memantau kehadiran kasus tersebut.
pada awalnya, terjadi sedikit membingungkan dengan hasil rekapitulasi absen
yang didapat dari guru piket tersebut. Sebab, dari fakta atau dari hasil
lapangan secara langsung, kasus memang terlihat sering datang terlambat, namun
tidak tahu bagaimana mengapa dari hasil rekapitulasi tersebut berbeda dengan
kenyataan. Kemudian penulis mencari tahu bahwa, hal ini terjadi karena
kelalaian dari guru piket yang kurang teliti untuk merekap absen siswa,
sehingga terjadi kesalahan seperti ini. Namun, berdasarkan pengamatan penulis,
kasus sudah 30 kali datang terlambat selama 1 semester ini.
b)
Leger
Nilai
Berdasarkan
hasil rekapitulasi leger nilai keseluruhan dari kelas XI Tata Busana 2 untuk
semester III yang lalu, kasus (P) berada di peringkat 27 dari 30 siswa.
P
memiliki nilai yang rata – rata berada dinilai KKM. Nilai tertinggi dari
keseluruhan P yaitu 80 di mata pelajaran matematika dan ilmu pengetahuan alam,
dan yang terendah yaitu 75 di mata pelajaran Seni Budaya dan Kesenian dan
Kewirausahaan. Sementara, mata pelajaran yang lain nilainya pas – pasan di
nilai KKM.
Jika
dilihat berdasarkan KKM-nya nilai mata pelajaran yang tertinggi yaitu berada di
Matematika, dan untuk yang terendah yaitu pada 2 mata pelajaran yang berbeda
adalah Seni Budaya dan Kesenian dan Kewirausahaan. (terlampir)
c)
Sosiometri
Berdasarkan
hasil pengolahan sosiometri kelas XI Tata Busana 2, diperoleh hasil yaitu dalam
kelompok belajar kasus tidak dipilih dan tidak memilih satu orang temanpun
dalam kelompok belajar. Hal ini juga sama dengan kelompok bermain, kasus tidak
memilih 1 orang pun sebagai teman yang dipilih dalam kelompok bermain. Kasus
hanya memberikan alasan bahwa “semuanya
sama saja, mau belajar atau bermain, gak ada bedanya”.
Namun,
dalam kelompok belajar, justru kasus dipilih oleh salah seorang siswa di dalam
kelas tersebut. setelah di perhatikan, ternyata yang memilih kasus dalam
kelompok bermain itu adalah sahabat kasus yaitu “E”. E tersebut memberikan
alasan memilih kasus sebagai teman yang dipilihnya dalam bermain karena kasus
orangnya baik, dan mengerti akan dirinya.
(terlampir)
d)
AUM
Umum
Berdasarkan
hasil pengolahan AUM Umum kelas XI Tata Busana 2 diketahui masalah – masalah
umum yang dialami oleh kasus berjumlah 22 item permasalahan. Adapun
permasalahan yang dialami oleh kasus adalah sebagai berikut:
1)
Bidang Jasmani dan Kesehatan (JDK)
No.
001 Badan terlalu kurus, atau terlalu gemuk
No.
020 Gangguan pada gigi
No.
034 Kurang mampu berolahraga karena kondisi jasmani yang
kurang baik
No.
035 Gangguan pada pencernaan makanan
No.
046 Sering pusing dan/ atau mudah sakit
No.
050 Selera makan sering terganggu
2)
Bidang Diri Pribadi (DPI)
No.
076 Sering mimpi buruk
No.
079 sering melamun/ berkhayal
No.
080 ceroboh/ kurang hati – hati
No.
095 Sering gagal dan/ atau mudah patah semangat
3)
Bidang Hubungan Sosial (HSO)
No.
169 Mudah tersinggung/ sakit hati dalam berhubungan dengan
orang lain
4)
Bidang Pendidikan dan Pelajaran (PDP)
No.
014 Kurang meminati pelajaran/ jurusan/ program yang diikuti
No.
028 Sukar memahami penjelasan guru sewaktu pelajaran
berlangsung
No.
030 Terpaksa mengikuti mata pelajara yang tidak disukai
No.
041 Gelisah dan/ atau melakukan kegiatan tidak menentu sewaktu
pelajaran berlangsung, misalnya membuat coret
– coretan
dalam buku, cenderung
mengganggu teman
No.
051 Hasil belajar atau nilai – nilai kurang memuaskan
No.
056 mengalami masalah dalam menjawab pertanyaan ujian
No.
071 Sering kali tidak siap menghadapi ujian
No.
081 Cara guru menyajikan pelajaran terlalu kaku dan/ atau
membosankan
No.
087 Ingin dekat dengan guru
5) Bidang
agama, nilai, dan moral (ANM)
No. 143 Sering ditegur
karena dianggap melakukan kesalahan,
pelanggaran/
sesuatu yang tidak layak
6) Bidang
Hubungan Muda Mudi (HMM)
No. 175 Mengalami
masalah dalam memilih teman akrab dari jenis
kelamin
lain atau pacar
Dari 22 item permasalahan kasus tersebut,
yang menjadi masalah terberat adalah item nomor No. 169.(terlampir)
e)
AUM
PTSDL
Dari
penyelenggaraan AUM PTSDL maka dapat diketahui masalah kasus sebanyak 45
permasalahan. Adapun permaslahan yang dialami kasus adalah:
1) Bidang
Prasyarat Penguasaan Materi
No. 002 Materi
pelajaran tidak diulangi
No. 004 Tidak melihat
kaitan atau urutan antar materi pelajaran
No. 033 Dalam
mengerjakan PR tidak menyiapkan bahan – bahan yang
menunjang
No. 034 Sulit
mengerjakan PR karena tidak mengerti petunjuknya
No. 92 Kurang
memberikan perhatian kepada materi yang menjadi
dasar bagi penguasaan materi yang lebih tinggi
No. 93 Tidak percaya
bahwa mengikuti secara teratur pelajaran
perminggu adalah cara belajar terbaik
2) Bidang
Keterampilan Belajar (T)
No. 010 Sulit
menyiapkan diri sehingga kurang bersemangat dalam
dalam mengikuti pelajaran, ujian dan, ulangan
No. 039 Tidak mentukan
dan menyusun bahan – bahan yang akan
dipelajari
No. 042 Tidak mengikuti
belajar bersama, selain belajar sendiri
No. 044 Terganggu atau
mengganggu teman di dalam kelas
No. 045 Melewati
grafik, diagram, table yang merupakan bagian
penting bacaan
No. 069 Ceroboh dalam
menjawab soal – soal ulangan / ujian
No. 071 Sebelum
berangkat sekolah, tidak menyiapkan segala yang
diperlukan
No. 074 Tidak
menuliskan intisari pelajaran pada kartu – kartu
pelajaran
No. 075 Tidak siap
untuk ulangan/ ujian dalam bentuk apapun
No. 100 Tidak menyusun
dan melengkapi catatan setelah pelajaran
sekolah
No. 105 Tidak berusaha
mengerjakan semua soal dengan alokasi waktu
yang tersedia
No. 107 Kesulitan dalam
mengatur dan memenuhi jadwal kegiatan
sehari – hari
No. 108 Jawaban soal
ulangan/ ujian yang diberikan dengan tidak
jelas, tidak jelas, dan tidak lengkap
No. 110 Tidak mencatat
dan menanyakan kepada guru atau teman
bahan yang kurang dipahami
No. 125 Terlambat hadir
dalam kelas
No. 128 Mengikuti ujian
dengan kurang persiapan dalam waktu
maupun perlengkapan
No. 130 Mengerjakan
tugas dengan tidak memperhatikan mutu,
Sekedar cepat selesai
No. 131 Tidak
memperbaiki tugas yang dikembalikan guru
No. 151 Tidak
menyiapkan bahan dengan baik untuk ulangan / ujian
No. 153 Kegiatan
belajar tertaggu oleh kurangnya bahan/ buku
pelajaran di sekolah
No. 160 Tidak
mengulangi soal – soal yang mungkin
keluar dalam
ujian
3) Bidang
Sarana Belajar (S)
No. 016 Tidak berusaha
melengkapi catatan
No. 017 Penyelesaian
tugas tidak didukung oleh sarana dan biaya yang
Cukup
No. 020 Ruang dan
suasana belajar di rumah tidak memenuhi syarat
No. 046 Bahan pelajaran
yang dibutuhkan tidak mencukupi
No. 047 Kegiatan
pelajaran yang diikuti tidak menarik
No. 076 Tidak berusaha
membeli atau meminjam buku yang diperlukan
4) Bidang
Diri Pribadi
No. 023 Khayalan dan
lamunan mengganggu konsentrasi dalam belajar
No. 51 Perasaan tidak
nyaman/ tenang mempengaruhi hasil ujian/
Ulangan
No. 054 Nilai – nilai
yang diperoleh tidak mencerminkan kemampuan
Diri
No. 083 Tidak memiliki
semangat tinggi untuk semua pelajaran
No. 114 Tidak percaya
mutu pelajaran yang diikuti berguna untuk
Melanjutkan pelajaran/ kehidupan
5) Bidang
Lingkungan Fisik dan Sosio Emosional (L)
No. 056 Ruang belajar
tidak mendukung semangat belajar
No. 057 Pergaulan
dengan teman – teman dan guru tidak meningkatkan
semangat belajar
No. 060 Sukar belajar
dirumah karena terlalu banyak penghuni/ tamu
No. 089 Keluarga tidak
memperhatikan dan mendorong kegiatan
Belajar di rumah dan di sekolah
No. 117 Ketika belajar
terganggu karena teman / saudara kurang
Perduli kebersihan ruang belajar
No. 141 Guru tidak mau
membahas permasalahan siswa
No. 143 Teman akrab/
pacar tidak mendorong semangat belajar (terlampir)
f)
Angket
Dalam
mengungkapkan permasalahan kasus ini lebih mendalam, penulis juga melaksanakan
pemberian angket kepada berbagai pihak yaitu guru kelas, guru mata pelajaran,
guru pembimbing, teman sebaya, orang tua kasus, dan kasus. (terlampir)
Dari
hasil pemberian angket kepada orang -
orang yang berkaitan dengan kasus guna mendapatkan data dan informasi tentang
kasus. Terutama, data atau keterangan pribadi tentang kasus sendiri.
Berdasarkan
hasil angket, informasi yang didapatkan adalah nama lengkap kasus adalah Primadona,
biasa dipanggil dengan Dona. Kasus lahir di Padang, tanggal 15 Februari 2014.
Kasus merupakan anak ke tiga dari tiga bersaudara. Kasus sudah tidak memiliki
ayah lagi, karena baru beberapa bulan yang lalu ayah kasus telah meninggal
dunia. Kasus mengungkapkan bahwa dalam angketnya dia tidak pernah tentu dalam
hal belajar. Sementara itu, untuk belajar kasus tidak pernah ada yang
membantunya. Akan tetapi, untuk belajar sendiri, kasus biasanya disuruh
terlebih dahulu kemudian kasus pun akan belajar.
Di
rumah, kasus biasanya belajar di depan tv. Alasannya, jikalau belajar di kamar
atau di ruang tamu, kasus akan merasa ngantuk. Kasus tidak pernah mengikuti les
atau belajar tambahan apapun di luar sekolah, karena tidak ada waktu dan tidak
ada uang.
Kasus
menyukai pelajaran matematika. Karena menurutnya meskipun susah tapi gurunya
asyik menjelaskan dan dan cara mengajarnya sangat mengasyikkan, pasti kasus
akan sangat senang dan mau mendengarkan kasus. Sementara untuk mata pelajaran
yang tidak disukainya sangat banyak. Namun, kasus tidak mau mengungkapkannya
kepada penulis karena menurutnya alasannya sangat banyak sekali.
Kasus
menceritakan kalau dia sedang dimarahi di kelas, kasus akan diam saj,
menundukkan kepala, dan terkadang setelah itu dia akan senyum – senyum saja.
apabila kasus sedang malas mendengarkan guru sedang mengajar, kasus memilih
untuk mendengarkan music melalui ipodnya dan akan berpura – pura memperhatikan.
Alasan kasus melakukan demikian karena jika mendengarkan music kepalanya tidak
perlu capek dan sakit mendengarkan keluhan guru tersebut, begitu ujar kasus.
Kemudian,
berdasarkan angket yang diisi oleh orang tua kasus, kasus pergi kesekolah pagi
hari terkadang saja tepat waktu pergi, akan tetapi terkadang juga terlambat
pergi ke sekolah. Sementara untuk pulang sekolah, kasus kadang – kadang
terlambat, biasanya itu dikarenakan jam belajar di sekolah sering tidak
menentu, ujar dari ibu kasus.
Orang
tua kasus mengungkapkan bahwa sepulang sekolah, kegiatan kasus tidak menentu.
Terkadang kasus langsung pergi ke kafe, terkadang kasus langsung pulang
kerumah, dan terkadang kasus juga pergi main dulu bersama teman – temannya.
g)
Observasi
Kegiatan
penulis untuk lebih mengungkapkan masalah kasus adalah dengan melakukan
observasi terhadap kegiatan kasus. Observasi dilakukan tidak hanya pada satu
situasi saja. Observasi yang dilakukan oleh penulis yaitu:
1) Observasi
saat belajar
Berdasarkan
observasi yang dilakukan terhadap kasus pada saat mengikuti kegiatan belajar
mengajar berlangsung mendapatkan hasil sebagai berikut:
Pada
saat mengikuti kegiatan belajar mengajar, kasus memang tidak terlalu serius
dalam mengikuti kegiatan belajar. Ia kurang memperhatikan guru yang sedang
menjelaskan di depan.
Dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar, kasus terlihat lebih banyak bercanda
dengan teman disebelahnya atau berbincang –
bincang dengan
temannya. Terkadang ia memang mendengarkan, namun berselang 5 menit kemudian,
kasus akan sibuk lagi dengan kegiatan lain, misalnya kembali berbicara dengan
teman yang disebelahnya, atau kembali memasang Ipod mininya dan mendengarkan musik.
Dalam
mengikuti proses belajar mengajar, kasus tidak terlalu semangat untuk mengikuti
kegiatan proses belajar. Kasus juga tidak pernah bertanya/ mengajukan
pertanyaan dalam belajar. Namun, jika disuruh untuk mencatat, kasus menuruti
perintah guru dan mencatat setiap apa yang disampaikan guru apabila disuruh
terlebih dahulu.
Selain
itu, dari hasil observasi penulis terhadap kegiatan belajar kasus ini adalah
kasus membutuhkan arahan yang khusus terhadap dirinya untuk menyelesaikan suatu
soal atau masalah.
Sementara
itu, untuk lokasi tempat kasus belajar, kasus tidak pernah memilih tempat duduk
strategis untuk dia belajar. Kasus selalu duduk di bangku belakang dan tidak
pernah mencoba untuk duduk di depan. Namun, setelah beberapa kali berbincang –
bincang dengan penulislah, kasus mulai mencoba untuk duduk di bangku paling
depan, dan itu pun setelah beberapa layanan yang diberikan kepadanya, barulah
kasus mau mencobakan hal tersebut.
Untuk
masalah ketertiban dari hasil pengamatan penulis terhadap kasus, kasus tidak
terlalu disiplin dan tidak tertib didalam kelas, seperti halnya yang telah
dijelaskan sebelumnya, kasus justru lebih memilih mendengarkan musik di Ipodnya
daripada mendengarkan penjelasan gurunya di depan.
Kemudian,
masalah strategi belajar kasus juga sangat buruk sekali. Saat proses belajar
mengajar berlangsung, kasus memang mencatat apa yang guru perintahkan, namun,
kasus tidak pernah terlihat sedikit pun untuk memaknai apa yang disampaikan
oleh gurunya. Bahkan, ketika gurunya menyampaikan tugas untuk di rumah, kasus
hanya sekedar mencatat, namun tidak pernah mengerjakannya sama sekali.
Satu
hal lagi yang penulis perhatikan dari kasus, saat belajar, kasus tidak hanya
mendengarkan musik dari Ipodnya saja, melainkan juga sms-an dengan temannya.
Pada saat berinteraksi biasa dengan kasus, penulis sempat menanyakan dengan
siapa kasus sms-an, dan kasus menjawab “samo
uda – uda awak bu, uda awak banyak ma bu, tiok jam awak di hubungi dek urang
tu, tu ba a lai tu buk,? Awak ko cantik, banyak fans ma buk”.
Maksud
dari jawaban kasus terhadap pertanyaan penulis tersebut adalah kasus sms-an
dengan pacar – pacarnya di luar sekolah tersebut, setiap saat mereka
menghubungi kasus. Kasus mengatakan kalau dirinya cantik, oleh sebab itu banyak
yang menghubungi dan menyukai dirinya. Untuk hal ini nanti akan penulis uraikan
pada pengungkapan masalah dengan menggunakan wawancara.
Setiap
kali penulis masuk ke kelas kasus pada matapelajaran selain BK, kasus bersikap
sama terhadap hampir semua mata pelajaran. Mendengarkan musik, berbicara, tidak
perhatikan guru, sms-an, bahkan mengusili teman – temannya, dll. Hal – hal itu
yang teus kasus lakukan setiap hari di sekolah pada jam belajar.
Sementara
itu, untuk jam BK sendiri, saat penulis memasuki kelas kasus untuk mengisi jam
BK, pada awalnya kasus melakukan hal yang sama seperti yang kasus lakukan dijam
– jam mata pelajaran lain. Namun, setelah melakukan pendekatan dengan kasus,
dan sering mengajak ngobrol, kasus mulai merubah sikapnya pada jam BK. Kasus
mulai tidak menggunakan Ipod lagi pada jam BK, kasus juga sudah mulai
mendengarkan dengan serius saat penulis sedang memberikan layanan kepada di
kelas kasus.
Sikap
kasus yang terlalu bijak menjawab – jawab kata – kata guru kini juga sudah
mulai tidak seperti biasanya. Dan terkahir kali penulis melakukan obersvasi
terhadap sikap kasus di kelas saat sedang belajar mata pelajaran lain, kasus
sudah mulai memilih bangku tempat duduk yang lebih strategis dibandingkan
dengan tempat duduknya selama ini di belakang.
2) Observasi
saat bermain
Berdasarkan
hasil observasi penulis terhadap kasus pada saat bermain, yaitu sebagai
berikut:
Pada
saat bermain, sikap kasus terlihat kurang bisa bergaul dengan orang lain. Pada
jam – jam istirahat, kasus hanya bersama dengan sahabatnya E dan Er saja. namun,
setelah adanya salah paham dengan Er, kasus hanya dekat dengan E saja.
Dari
hasil pengamatan penulis terhadap kasus saat sedang bermain, penulis melihat
bahwa tingkah laku yang ditampilkan oleh kasus terlihat cukup baik. Kasus tidak
bertingkah seperti ke kanak – kanakan, kasus tidak menampilkan tingkah laku
seperti berlari – larian di sekolah seperti anak kecil. Kasus hanya duduk di
kelas, bersantai di teras ataupun koridor sekolah, dan terkadang terlihat kasus
pergi ke kantin untuk membeli sesuatu yang bisa dimakan. Dan hal itu pun kasus
lakukan bersama dengan temannya E. Jika E tidak ada, atau asyik bermain dan
berkumpul dengan teman – teman yang lain, kasus melakukan aktivitas saat
istirahat itu hanya seorang diri saja. Kasus sama sekali tidak mau berbaur
dengan teman – teman yang lain. Yang kasus ketahui adalah sahabatnya E.
Pada
saat observasi juga, penulis sempat mendengarkan cara bicara kasus dengan
sahabatnya. Dari gaya bicara kasus dengan sahabatnya E, menurut penilaian
penulis dan beberapa orang yang mengenali kasus, cara berbicara kasus sedikit
kurang bagus di dengar atau bisa dikatakan cukup. Sebab, terkadang kasus
mengeluarkan kata – kata mutiara alias kata – kata yang tidak pantas untuk
disebutkan. Tujuan kasus berbicara seperti demikian dengan sahabat kasus
mungkin memang sebuah candaan, akan tetapi jika ditelaah lebih jauh, apabila
didengar oleh orang yang lain yang tidak bisa memahami kondisi kasus atau
maksud kasus menyebutkan kata – kata tersebut, jelas akan terdengar sangat
kasar sekali dan melanggar norma, tidak sesuai dengan etika.
Namun,
hal itu tidak setiap saat kasus lakukan atau kasus ucapkan. Terkadang kasus
justru berbicara seolah – olah sudah berumur sangat dewasa sekali. Sehingga
tampak berbeda dengan kebiasaannya.(terlampir)
h)
Wawancara
Untuk
mengungkapkan masalah kasus tersebut, penulis melakukan wawancara dengan
beberapa sumber informasi, yang bisa memberikan keterangan tentang kasus.
1) Wawancara
dengan Guru Pembimbing
Wawancara
yang penulis laksanakan yaitu dengan 2 orang guru pembimbing, 1 guru pembimbing
yang saat sekarang ini sedang membina lokal kasus, dan 1 guru pembimbing lagi
yang pernah membina lokal kasus saat duduk di kelas X dahulu.
Pertama
kali, penulis melakukan wawancara dengan guru pembimbing yang pernah membina lokal
kasus saat kelas X dahulu, yang mana guru pembimbing tersebut juga adalah guru
pamong penulis melaksanakan praktek lapangan di sekolah tersebut.
Menurut
beliau, kasus adalah anak yang cukup bermasalah hidupnya, sebab baik dari segi
akademik dan non – akademiknya, kasus sudah sangat kurang sekali. Kasus tidak
bisa memperoleh nilai / hasil belajar yang melebihi dari nilai rata – rata atau
melebih dari batas KKM. Nilai kasus selalu berada tepat pada batas KKM. Ada
juga satu atau dua mata pelajaran yang melebihi dari batas KKM, namun tidak
terlalu tinggi nilainya tersebut.
Guru
pembimbing tersebut mengutarakan tentag sikap – sikap kasus yang beliau ingat
saat beliau mengajar di kelas kasus adalah kasus yang menunjukkan tingkah laku
yang kurang menyenangkan menurut ibu tersebut. kasus kurang memperhatikan saat
ibu sedang mengajar di depan. Kasus mendengarkan musik dengan Ipod atau MP3nya,
yang nantinya didengar dengan headset dan dipasang ketelinga dibalik kerudung
atau jilbabnya. Ibu tersebut juga mengutarakan bahwa kasus sering terlihat
mengganggui teman – temannya yang sedang belajar, misalnya mencolek – colek
dengan pena, menarik – narik jilbab temannya dari belakang, atau mengganggu
teman disebelahnya dan mengajak temannya berbicara. Pernah ibu tersebut mendengar
pembicaraan kasus dengan teman disebelahnya, yang mana pada saat itu, kasus
tidak menyadari bahwa ada guru dibelakangnya. Kasus mengajak temannya untuk
mengobrol saja daripada mendengarkan guru menerangkan didepan. Kalimat kasus
seperti ini saat menggoda temannya agar tidak belajar “heh, ndak usah se awak baraja, apo lo tuh, dunia tu nyo. Aden se lah
tau tu mah, a yang di kecekan jo ibu tu. Lah acok den mandanga mode itu. Aden
lebih tau dari ibu tu ma”. Begitu
kurang lebih kasus, merayu temannya untuk tidak belajar. Pada saat itu, guru
junior atau guru PL yang sedang mengajar di depan, dan guru pembimbing atau
pamong dari guru PL tersebut sedag berada di belakang. Kasus tidak mengetahui
dan tidak menyadari hal tersebut, sehingga akhirnya, ibu guru pembimbing
tersebut menegur kasus dengan sikap kasus yang demikian, seperti itu yang guru
pembimbing jelaskan kepada penulis tentang kasus.
Ibu
guru pembimbing ini berpendapat bahwa tingkah laku yang ditampilkan oleh kasus
pada saat sekarang ini adalah cerminan apa yang telah terjadi dikeluarganya dan
pada masa lalunya. Guru pembimbing tersebut mengutarakan bahwa kedua orang tua
kasus sudah sejak lama bercerai, tepatnya pada saat kasus masih kecil. Menurut
informasi yang guru pembimbing tersebut ketahui, bahwa ayahnya sudah menikah
lagi dan tinggal di Payakumbuh, sementara itu, kasus dengan saudara – saudara
kasus ikut dengan ibu kasus tinggal di Padang.
Kasus
yang mengetahui tentang kejadian ayahnya menikah kembali, membuat kasus
membenci ayahnya. Sehingga, karena itulah kasus seperti kekurangan rasa kasih
sayang, dan seperti mencari – cari kasih sayang dari orang lain.
Kasus
bertingkahlaku yang tidak baik di kelas sepertinya itu hanya untuk mencari
perhatia dari teman – teman ataupun guru – guru yang masuk ke kelas tersebut,
begitu menurut guru pembimbing.
Ibu
tersebut juga mengatakan kalau kasus hanya baru setelah masuk SMK ini mulai mau
menemui ayahnya di Payakumbuh, selama ini, kasus tidak pernah mau menemui
ayahnya, karena tidak rela dan tidak setuju kalau ayahnya punya istri baru
lagi. Namun ternyata, ayahnya menikah lagi dan mempunyai anak lagi dari istri
barunya tersebut.
Karena
mendapat kabar bahwa ayahnya sudah mulai sakit – sakitanlah kasus mulai luluh
dan mau menemui ayahnya. Kasus awalnya tidak mau menemui ayahnya sendirian,
kasus meminta agar kedua saudara laki – lakinya yang mengantarkan dan
menemaninya untuk bertemu dengan ayahnya di Payakumbuh. Setelah sering seperti
demikian, kasus mulai ikut merawat ayahnya yang sakit, hingga di penghujung akhir
hayat ayahnya, kasus masih tetap menjaga ayahnya.
Dari
informasi yang guru pembimbing ketahui, ibu tersebut mengatakan bahwa ia sering
tidak hadir itu dikarenakan ia pergi mengurus dan merawat ayahnya di
Payakumbuh, akan tetapi kasus tidak mengabari pihak sekolah. Hingga ayahnya
meninggal, kasus tidak menceritakan kalau dirinya sedang mengalami kemalangan.
Setelah ayahnya dikuburlah, kasus menceritakan kepada E, dan E yang
menyampaikan ke pihak sekolah.
Guru
pembimbing tersebut juga menguraikan tentang usaha yang ibu itu lakukan kepada
kasus terhadap permasalahanya ini. Guru pembimbing tersebut menjelaskan bahwa
sebenarnya ada pengaruh kejadian saat masa lampau dengan tingkah lakunya saat
sekarang ini. Sebab, sepengetahuan guru pembimbing ini juga, kasus mau membantu
ibunya bekerja di kafe tepatnya di GOR Agus Salim. Jikalau kasus anak yang
jahat atau pun anak yang sangat kurang ajar, dan tidak tahu diri, kasus
tentunya tidak akan mau membantu ibunya berjualan di kafe tersebut. jadi, ada
beberapa bantuan yang telah guru pembimbing laksanakan untuk dirinya, mulai
dari layanan – layanan informasi, kunjungan rumah, wawancara konseling dengan
kasus dan pihak keluarga kasus, sampai melakukan interaksi – interaksi kecil
dengan kasus sebagai bentuk pendekatan dengan kasus.
Ibu
guru pembimbing berikutnya adalah guru pembimbing yang saat sekarang ini sedang
membina kelas kasus. Tidak jauh berbeda jawaban ibu ini dengan ibu guru
pembimbing yang sebelumnya.
Beliau
juga mengutarakan bahwa ada pengaruh kejadian atau pengalaman kasus di
masalampau yang menyebabkan kasus hingga seperti ini. Menurut ibu guru
pembimbing ini, kasus sepertinya memang sedang membutuhkan perhatian yang lebih
dari seseorang, terutama sosok ayah. Namun, sepertinya kasus tidak mendapatkan
hal tersebut dan berusaha untuk mencari dari orang lain dengan membuat tingkah
laku yang menarik perhatian orang lain.
Guru
pembimbing yang saat ini membina kelas kasus mengatakan bahwa beliau telah
mencoba memberikan perhatian dan membimbingnya agar tidak melakukan hal – hal
yang kurang baik tadi. Seperti halnya masalah terlambat, jarang hadir, dan cara
berbicara kasus, sering beliau mengingatkan kasus, namun kasus belum berubah
sama sekali. Ibu tersebut mengatakan bahwa ia sangat menyayangi kasus seperti
anak sendiri, bukan sebagai siswa lagi. Bagi beliau, kasus berbeda dengan teman
– teman kasus yang lain. Memang, siswi – siswi di kelas itu semuanya rata –
rata memiliki masalah pribadi masing – masing. Namun, ibu guru pembimbing
tersebut merasa lebih memiliki rasa sayang yang lebih dengan kasus ini.
Meskipun
belum ada perubahan, ibu ini tidak mau berhenti berusaha untuk mendidik kasus
layaknya anak kandung sendiri.(terlampir)
2) Wawancara
dengan Guru Kelas
Berdasarkan
wawancara dengan guru kelas kasus, kasus menurut ibu tersebut adalah siswa yang
baik, akan tetapi memiliki sifat yang kurang menyenangkan. Kasus dimata ibu itu
terlalu bijak, suka ceplas ceplos kalau berbicara. Kasus sering menjawab –
jawab hal – hal yang kurang penting untuk dibicarakan, sering menyeletuk
sendiri dengan apa yang disampaikan oleh orang lain, terutama apa yang
disampaikan gurunya.
Guru
kelas kasus yang sekaligus guru mata pelajaran jurusan yaitu mengajar tentang
produktif, memiliki banyak waktu untuk berinteraksi dan bertemu dengan kasus. Guru
kelas kasus mengajar ke kelas kasus dalam 1 minggu sebanyak 2 kali, yaitu senin
dan selasa. Itu merupakan jadwal belajar praktek untuk semua jurusan, termasuk
jurusan kasus sendiri. Guru kelas mengutarakan, kalau kasus ini terbiasa
melakukan hal – hal yang melanggar peraturan dalam proses belajar mengajar.
Guru
kelas tersebut mengungkapkan, sikap yang biasa kasus tampakkan di kelas pada
jam ibu tersebut mengajar adalah memasak musik melalui Ipodnya. Kasus sering
mengerjakana tugas yang diberikan oleh beliau sambil mendengarkan musik.
Terkadang, jika sedang kehabisan bahan, kasus akan berhenti bekerja dan akan
mengambil handphone-nya untuk sms-an. Untuk jam produktif, jarang sekali kasus
terlihat ribut di kelas. Namun, sewaktu kasus duduk di bangku kelas 1, saat ibu
tersebut mengajar di kelas kasus, kasus sangatlah agresif dan aktif. Dia selalu
membuat keributan di kelas, berbicara dengan suara keras. Hal itu yang membuat
guru kelas kasus sering menegur kasus waktu dulu. Menurut beliau, kasus seperti
demikian itu dikarenakan pelampiasan akan kekesalannya terhadap ayahnya yang
menikah lagi. Emosinya memuncak ketika mengetahui kalau ayahnya tidak terlalu
dirawat saat sedang sakit. Kasus yang
tidak tinggal bersama ayahnya akibat perceraian ayahnya dengan ibunya, merasa
kecewa dengan keluarga baru ayahnya. Kasus memang membenci ayahnya karena
menikah lagi, namun menurut pengutaraan kasus kepada guru kelasnya, kasus
sebenarnya sangat sayang kepada ayahnya. Hanya saja, ia malu untuk menunjukkan
itu kepada anggota keluarga lain, sebab jika ia mulai menunjukkan rasa
sayangnya kepada ayahnya, kasus takut persepsi keluarganya terhadap dia akan
berubah. Dia takut kalau nanti mereka menganggap kasus orangnya plin-plan. Namun, menurut beliau, sekarang kasus sudah
ada sedikit kemajuan, ia sudah mulai menghilangkan kebiasaannya, sudah berani
menunjukkan kepada orang bahwa sebenarnya ia sangat menyayangi ayahnya, dan dia
adalah anak yang tegar. Meskipun dia masih sering ngomong ceplas ceplos, tapi
menurut beliau perubahan yang ditunjukkan kasus itu sudah merupakan suatu
kemajuan yang bagus demi kebaikan dirinya. (terlampir)
3) Wawancara
dengan Teman Sebaya
Narasumber
yang juga penulis wawancarai untuk memperoleh informasi ataupun keterangan
tentang kasus adalah mewawancarai teman sebaya kasus.
Kasus
yang memiliki masalah dibidang hubungan sosial, khususnya dalam bergaul, hanya
memiliki 2 orang sahabat saja, yaitu E dan Er. Kedua sahabat kasus penulis
wawancarai guna untuk memperoleh keterangan tentang kasus.
Pertama,
penulis melakukan wawancara dengan Er. Er adalah sahabat kasus yang sekarang
sedang mengalami selisih paham atau konflik dengan kasus. Er memberikan
keterangan tentang kasus bahwa menurut Er, kasus itu sebenarnya baik, namun
“muncungnya pedas”. Er mengakui bahwa kasus adalah salah satu sahabatnya. Er
mengatakan bahwa kasus merupakan salah satu sahabatnya yang sering membuat dia
jengkel dan kangen akan kasus. Er menyebutkan terkadang kasus ini menyebalkan
dan terkadang ngangenin. Akan tetapi, pada saat penulis sedang mewawancarai
sahabat kasus ini, ternyata masalah mereka masih belum selesai. Er mengatakan
bahwa, hingga sampai saat penulis wawancarai itu, kasus dan Er masih belum
saling bicara. Keduanya sama – sama saling berdiam diri, tidak ada yang mau
duluan untuk mengalah.
Er
mengutarakan bahwa, meskipun hubungan mereka seperti demikian, tapi Er masih
memiliki penilaian positif tentang kasus. Er sangat salut, bangga, dan senang
melihat sifat tegar yang dimiliki kasus. Kasus sangat tegar dengan kondisi
kehidupannya sekarang. Kasus tinggal bersama dengan ibunya. Ibunya membiayai
hidup kasus dengan saudara – saudara laki – laki kasus seorang diri. Er
mengetahui bahwa kasus sangat membenci ayahnya yang menikah lagi. Namun, Er
menyebutkan bahwa sebenarnya kasus sangat iri dengan teman – tema yang memiliki
ayah kandung dan sangat dekat dengan ayahnya masing – masing. Er menyebutkan
bahwa, kasus sendiri menceritakan kepada Er, bahwa kasus rindu akan kehadiran
seorang ayah dirumahnya. Meskipun dulu masih kecil, namun ingatan tentang
kenangan bersama ayahnya, ternyata masih disimpan oleh kasus. Kasus masih
mengingat sewaktu masih sekolah di taman kanak – kanak dulu, kasus ditemani
oleh ayahnya, dan saat pulang selalu bersama ayahnya. Meskipun ada bus antar
jemput anak, kasus tidak mau pulang kalau bukan ayahnya yang menjemput kasus.
Kenangan – kenangan kecil yang seperti demikian menurut pernyataan Er, ternyata
masih melekat dipikiran kasus.
Namun,
jika mengingat apa yang telah ayah kasus lakukan terhadap ibu kasus, kasus
berusaha keras untuk menghapus ingatan tersebut dengan berbagai cara. Salah
satunya yaitu berpacaran dengan beberapa laki – laki. Pacara yang kasus lakukan
hanya sekedar untuk bersenang – senang saja, mengajak makan, nonton, jalan –
jalan, dan belanja, setelah itu kasus pun meninggalkan pasangannya tersebut.
Akan tetapi, Er yang merupakan sahabat kasus sangat mengetahui betul akan
kebiasaan kasus tersebut. Kasus melakukan hal demikian bukan karena kasus memiliki
kelainan ingin berpacaran dengan banyak lelaki, akan tetapi hanya untuk
bertujuan untuk membalas dendam akan sakit hati yang ibu kasus rasakan.
Er
mengatakan bahwa ia dan sahabat mereka 1 lagi, yaitu E, sudah sering kali
memberitahukan, mengingatkan, dan menasehati kasus untuk tidak melakukan hal
demikian. Namun, kasus hanya membiarkan begitu saja apa yang sahabat –
sahabatnya sampaikan. Masuk dari telinga kanan, keluar dari telinga kiri.
Er
tidak menyukai sifat kasus yang egois, tidak memiliki jiwa care atau empati, keras kepala, dan terlalu santai menjadi orang
dalam menghadapi masalah. Kasus hanya menganggap segala sesuatu yang ada dalam
hidupnya layaknya angin yang lalu lalang saja.
Seperti
yang Er sebutkan, bahwa pada saat penulis mewawancarai Er, hubungan kasus dan
Er memang sedang lagi tidak akur. Er mengatakan bahwa kasus tidak pernah mau
meminta maaf terebih dahulu meskipun sudah jelas bahwa kasus yang salah.
Selalu, Er yang memulai terlebih dahulu untuk meminta maaf. Er menuturkan bahwa
kasus itu terlalu “pedas moncongnya”. Er mengaku selalu berusaha sabar untuk
menghadapi kasus. Setiap kasus yang memulai untuk meminta maaf terlebih dahulu,
kasus pasti akan mengeluarkan argument yang sebenarnya tidak perlu diucapka
lagi jika sudah saling bermaafan. Kasus akan menyebutkan kepada orang lain
(berbicara keras sendiri tanpa ada lawan bicara, namun pada kondisi ditempat
umum) bahwa Er itu takut minta maaf kepada kasus karena takut tidak memiliki
teman lagi. Er lah yang sangat berharap agar bisa berteman dengan kasus dan E.
Er mengatakan bahwa ia cukup merasa sakit hati dengan apa yang disampaikan
kasus kepadanya, namun ia tetap sabar. Akan tetapi, untuk kali ini, Er tidak
mau memulai minta maaf terlebih dahulu lagi. Er mengutarakan kalau ia sudah
cukup sakit hati dengan kata – kata kasus yang sangat pedas itu.
Er
mengungkapkan bahwa, dirinya tidak akan mau meminta maaf terlebih dahulu kepada
kasus, karena kasus terlalu egois dank eras kepala. Namun, ia mengutarakan jauh
dari dalam lubuk hatinya, kasus sudah memaafkan kasus, akan tetapi untuk dapat
akrab seperti dahulu lagi, Er tidak bisa melanjutkan persahabatan mereka lagi.
Berdasarkan
wawancara dengan sahabat kasus ini, bisa
diperoleh berbagai informasi dan keterangan kasus itu sendiri. Keterangan dari
segi sifatnya dan cara berpikirnya.
Selain
Er, penulis juga mewawancarai salah satu sahabat kasus juga, yaitu E. Saat
wawancara dengan E, penulis tidak terlalu banyak mendapatkan informasi tentang
kasus, sebab pada saat mewawancarai kasus, kasus selalu berada di dekat E,
sehingga tidak ada ditemukan kesempatan atau waktu yang pas untuk mewawancarai
sahabat kasus yang lainnya.
Namun,
penulis akhirnya mendapatkan kesempatan untuk dapat mewawancarai sahabat kasus
yang lainnya, saat kasus tidak hadir ke sekolah. Pada saat itu, kasus sedang
sakit, sehingga penulis bisa mengatur waktu dengan E untuk melakuka wawancara.
E
mengaku sudah baru mengenal kasus sejak mereka baru memasuki sekolah ini yaitu
SMKN 6 Padang. Mereka sama – sama melakukan pendaftaran ulang, dan saat kasus
dengan sahabatnya melakukan registrasi ulang pendaftaran, dan disitulah kasus
mulai berkenalan dengan E.
E
mengatakan bahwa kasus ini sangatlah baik, hanya saja dia pendiam. Kasus dimata
E adalah anak yang pendiam, hal itu dikarenakan kasus lebih suka untuk
menyendiri daripada melakukan aktivitas – aktivitas yang tidak berguna. Sama
dengan yang diutarakan oleh sahabat kasus Er tadi, bahwa kasus adalah sahabat
yang baik. E juga menyebutkan bahwa kasus itu egois, keras kepala, dan lain
sebagainya. Akan tetapi, E sangat memahami betul sifat kasus ini. Kasus
memiliki sifat kedewasaan, cara berpikir yang sangat bijak sekali, dan sifat
tegar yang dimiliki kasus.
Kasus
sangatlah tegar dimata E, sebab melihat kondisi keluarga kasus yang berantaka
demikian. Meskipun keluarga E juga mengalami masalah, tapi menurut pengungkapan
dari E, kasus sebenarnya masih lebih menyakitkan dibandingkan dirinya. Kasus
harus ikut bekerja membantu ibunya berjualan di kafe, sampai – sampai kasus
harus ikut berjuala hingga larut malam dan malam harinya, kasus hanya akan
langsung beristirahat dan tidak sempat lagi untuk belajar.
E
mengatakan bahwa hal inilah yang sering menyebabkan kasus datang terlambat ke sekolah.
Kasus sering terlambat bangun karena kasus terlalu capek setelah bekerja di
kafe. Setiap pulang dari sekolah, kasus akan langsung pergi ke kafe ibunya,
untuk membantu ibunya berjualan. Namun, yang paling melelahkan baginya adalah
pada saat harus berjualan dari pagi hingga malam hari pada hari minggu. Pada
saat itulah, kasus mengalami rasa capek yang lebih dari hari – hari biasa.
Sehingga, karena kasus terlalu capek dengan terus – terus bekerja dikafe,
akhirnya kasuspun tidak memiliki semangat lagi untuk belajar. Menurut E, selain
karena itu, kasus juga sebenarnya tidak menginginkan jurusan tata busana.
Sebenarnya kasus tidak menyukai pilihan ibunya untuk masuk ke SMK, kasus
sebenarnya ingin masuk ke SMA, akan tetapi ibunya tidak setuju. Ibunya menginginkan
kalau kasus setelah tamat sekolah bisa langsung bekerja dan akhirnya dapat
sedikit membantu meringankan beban ibunya. (terlampir)
4) Wawancara
dengan Guru Mata Pelajaran
Hasil
wawancara dengan guru mata pelajaran ini membantu penulis memperoleh informasi
tentang kasus dalam belajar. Guru mata pelajaran yang dapat penulis jumpai
untuk wawancara adalah guru mata pelajaran matematika.
Dalam
hal ini, penulis kesulitan untuk dapat bertemu dengan guru mata pelajaran kasus
yang lainnya. Hal itu disebabkan karena guru – guru di sekolah tersebut sedang
sibuk mengurus sertifikasi, sehingga sangat sulit untuk diminta waktu sebentar,
untuk dapat wawancara seputar kondisi kasus.
Guru
mata pelajaran yang penulis wawancarai mengungkapkan bahwa sebenarnya kasus ini
jika dilatih dan diberikan perhatian khusus, dia pasti bisa melakukan dan
mengerjakan soal – soal dengan baik. Hanya saja, kasus menurut guru tersebut
memiliki kemampuan intelegensi yang kurang, sehingga kasus sedikit sulit untuk
memahami materi yang disampaikan. Kasus juga menurut guru kelas tersebut
gampang lupa dengan materi yang telah disampaikan.
Bapak
tersebut meminta kasus untuk mencoba menjawab mengerjakan soal matematika yang
bapak tersebut tuliskan di papan tulis. Untuk mengerjakan sendiri, kasus tidak
bisa mengerjakannya dengan baik, namun bila diberikan arahan atau diajari
bagaimana cara penyelesaian soal tersebut, kasus bisa mengerjakannya dengan
baik. Namun, bila besok diminta untuk mengerjakan soal yang sama namun berbeda
angkanya, kasus sudah tidak bisa lagi mengerjakan soal tersebut.
Bapak
tersebut memperkirakan bahwa kasus seperti demikian dikarenakan kasus tidak
mendapatkan motivasi belajar dari keluarganya, sehingga kasus tidak terlalu
begitu semangat untuk belajar dan menyebabkan nilai kasus di bidang akademik
dan non – akademik tidak begitu memuaskan. Selain itu juga, bapak tersebut
mengatakan bahwa kasus berperilaku seperti sekarang ini pasti karena ada pengaruh
masalah didalam keluarganya. (terlampir)
5) Wawancara
dengan Orangtua Kasus
Dalam
mengungkapkan permasalahan dari kasus ini, penulis juga melakukan wawancara
dengan orangtua kasus yaitu ibunya. Kasus menemui ibunya di kafe mereka tepatnya
di GOR Agus Salim.
Dari
hasil wawancara tersebut, penulis mendapatkan informasi kembali tentang kondisi
kasus. Berdasarkan berbagai data yang telah dikumpulkan di atas, kasus yang
ternyata memiliki hubungan yang cukup dekat dengan ibunya. Dari apa yang
diutarakan oleh orang tua kasus, kasus memang memiliki sifat yang cukup keras
kepala. Dia memiliki prinsip yang cukup kuat. Jika ia mengatakan A berarti A,
jika ia berkata B berarti B. Sulit untuk mengubah prinsip kasus menurut ibunya.
Ibu
kasus mengatakan bahwa kasus adalah anak yang tegar, ia dapat memahami apa yang
sedag terjadi di lingkungan keluarganya. Kasus dapat memahami bagaimana kondisi
ibunya. Menurut paparan dari ibu kasus, kasus tidak pernah meminta hal – hal
yang sulit untuk ibunya berikan. Kasus selalu menerima apa yang diberikan oleh
ibunya. Kasus tidak pernah meminta barang – barang, benda – benda atau apapun
itu yang sulit untuk ibunya belikan. Kasus tidak pernah mengeluh dengan apa
yang ibunya berikan kepadanya. Ibu kasus mengatakan bahwa kasus bukanlah anak
yang hanya menghabis – habiskan uang orang tua saja, akan tetapi, kasus dapat
memahami bagaimana kondisi dari orang tuanya.
Ibu
kasus bercerita bahwa pernah sekali ibu kasus dipanggil ke sekolah karena kasus
melanggar peraturan. Pada waktu itu, kasus sudah 3 hari berturut – turut tidak
hadir kesekolah tanpa keterangan ke sekolah. Dari rumah ia mengaku kalau ia
pergi ke sekolah, namun pada kenyataannya kasus tidak pergi ke sekolah,
melainkan pergi tidak tahu kemana.
Ternyata,
kasus pergi keliling – keliling kota Padang sendirian. Dari rumah ia pergi
seperti biasa, kemudian dia pergi keliling – keliling kota Padang, lalu pada
jam pulang sekolah kasus kembali ke kafe, seperti mana ia biasa lakukan sehari
– hari.
Menurut
orang tua kasus, setelah ibunya menanyakan kepada kasus mengapa melakukan hal
demikian, itu dikarenakan kasus merasa sangat jenuh pada saat itu. Ibu kasus
menyadari bahwa kasus kekurangan perhatian dari dirinya, dikarenakan terlalu
sibuk di kafe, sehingga waktu untuk kasus kurang.
Sehingga
pada saat itu, ibu kasus sudah mulai membagi waktu lagi dengan kasus untuk
masalah belajarnya dan kebutuhan sehari – harinya. Hanya saja, itu tidak
berlangsung lama, ibu kasus mengutarakan kalau ia jadi tidak fokus bekerja dan
hasil pekerjaannya kurang bagus. Dan ibunya kembali beraktivitas seperti biasa.
Penulis
tidak banyak bisa berbincang – bincang dengan ibu kasus pada saat itu. Memang,
pada saat penulis mendatangi tempat ibunya berjualan penulis dapat melihat
sendiri bagaimana kondisi ibunya yang begitu sibuk sampai – sampai kasus
sendiri tidak ada komunikasi sama sekali dengan orang tua kasus.(terlampir).
6) Wawancara
dengan Kasus
Kegiatan
wawancara berikutnya yaitu dengan kasus sendiri. Kasus yang sebelumnya belum
mengetahui tentang dirinya sedang dilakukan studi kasus, kemudia mengetahui dan
menyetujui hal tersebut. Hal ini bisa penulis dapatkan karena sebelum –
sebelumnya penulis sudah berusaha untuk melakukan pendekatan dengan kasus,
sehingga bisa meminta izin kepada kasus bahwa dirinya dipilih untuk distudi
kasuskan.
Penulis
memulai untuk menyakan kepada kasus tentang pemahamannya terhadap dirinya. Ia
mengatakan bahwa dirinya adalah orang yang biasa – biasa saja. Kasus juga
mengatakan, bahwa jika ada sesuatu hal yang tidak cocok baginya, maka dia akan
membiarkan begitu saja, akan tetapi jika hal itu cocom bagi dirinya maka ia
akan care dan perduli dengan suatu hal tersebut.
Kasus
mengatakan bahwa dirinya suka bicara banyak, tapi gampang merasa bosan, terlagi
apabila melihat orang – orang yang rewel dan cengeng. Kasus mengatakan bahwa
dia tidak menyukai hal tersebut.
Berdasarkan
wawancara yang telah dilakukan dengan kasus, sangat jelas terlihat bahwa kasus
memang memiliki sifat yang sangat keras dan berpendirian yang sangat kuat.
Terlihat dari jawaban kasus akan pertanyaan penulis kepada kasus, kasus
menjawab dengan penuh keyakinan dan pasti dalam mengemukakan pendapatnya. Baik
itu pertanyaan tentang dirinya atau pemahaman tentang dirinya maupun tentang
cara pandangnya keorang lain. Jawaban dari kasus terlihat sangat keras, dan
sulit untuk merubah pendiriannya.
Kasus
juga terlihat tidak begitu memiliki rasa peduli atau rasa saling memperhatikan
karena kasus mengatakan bahwa apabila ada sifat yang tidak kasus sukai dari sikap
orang lain, kasus akan biasa saja, dan tidak mengurusi masalah orang lain. Inti
dalam hidup kasus adalah santai saja. masalah apapun dilalui begitu saja, dan
dibiarkan begitu saja jika memang tidak sesuai menurut cara pandangnya.
Pada
wawancara berikutnya penulis menanyakan kepada kasus tentang kebiasaan kasus
yang sering terlambat. Kasus mengkui bahwa ia terlambat itu dikarenakan, tidur
terlalu larut malam. Pada malam hari ia tidak berada di rumah, melainkan berada
di kafe tempat ibunya yang berjualan di GOR Agus Salim. Kasus tidak diizinkan
untuk pulang terlebih dahulu ke rumah, dikarenakan ibunya khawatir jika kasus
pulang terlebih dahulu, kasus akan tinggal bersama dengan saudara laki –
lakinya. Ia hanya perempuan sendiri di rumah tersebut, dengan 2 saudara laki –
lakinya. Meskipun saudara, namun ibu kasus tidak mengizinkan kasus pulang
terlebih dahulu, karena khawatir dengan kondisi di rumah tersebut.
Kemudian
penulis juga menanyakan tentang mengapa kasus tidak bersemangat untuk mengikuti
kegiatan belajar di kelas. Kasus mengutarakan hal itu dikarenakan ia merasa
bosan dengan cara guru menerangkan di depan. Menurutnya, cara guru menerangkan
didepan itu tidak menarik, dan membuat dia semakin mengantuk. Selain itu, kasus
kecewa dengan guru – guru yang mengaja didepan kelas. Menurutnya, guru – guru
tersebut hanya mau memperhatikan siswa yang berada di depan saja, sementara
mereka yang dibelakang tidak diperhatikan oleh guru tersebut. Hal tersebut juga
menjadi alasan bagi kasus mengapa kasus lebih suka mendengarkan musik melalui
Ipodnya atau MP3-nya dari pada ia mendengarkan guru yang tidak
memperhatikannya. Kasus menganggap bahwa dengan mendengarkan musik tersebut, ia
juga tidak akan mengganggu teman – teman yang sedang belajar, justru dengan
mendengar musik ia akan diam, dan berpura – pura mendengarkan guru tersebut,
meskipun kenyataannya tidak seperti demikian.
Dalam
belajar, kasus mengutarakan bahwa ia tidak mendapatkan perhatian dari orang
tuanya tentag masalah belajarnya. Ibunya tidak pernah menanyakan apakah dia
sudah mengerjakan PR atau belum, bagaimana harinya di sekolah, hal – hal yang
seperti itu tidak pernah ia dapatkan dari ibunya di rumah. Namun, kasus
memahami kondis ibunya yang sangat sibuk, sehingga tidak punya waktu untuk
menanyakan hal – hal tersebut kepada dirinya. Karena itu, kasus pun sudah
terbiasa tidak merasakan kasih sayang seorang ibu atau pun motivasi dari
seorang ibu untuk dirinya bisa belajar lebih baik lagi.
Selain
dikarenakan tidak mendapat motivasi yang besar dari orang tuanya atau pun
keluarga terdekatnya, kasus merasakan bahwa ia sangat tidak bersemangat untuk
belajar di sekolah tersebut. Apalagi kasus yang sebenarnya tidak begitu
menyukai sekolah di sekolah tersebut, hal ini juga yang membuat kasus semakin
tidak ingin dan tidak memiliki minat belajar yang tinggi di sekolah.
Dalam
hubungan sosial, kasus mengutarakan bahwa ia hanya memiliki 2 orang sahabat
yaitu Er dan E. Akan tetapi, sekarang ia hanya mengakui 1 saja, yaitu E,
sementara Er sudah menjadi mantan sahabat. Menurutnya Er itu terlalu manja dan
kekanak – kanakan. Ia tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Seperti yang kasus utarakan tadi, jika kasus memang tidak suka, maka ia memang
tidak menyukai apapun itu, tapi jika kasus menyukai hal tersebut ia akan
menyukainya. Begitu juga dengan cara pandang kasus terhadap mantan sahabatnya
ini. Kasus sudah sangat jelas tidak menyukai anak – anak yang cengeng atau
kekanak – kanakan, sementara menurutnya Er itu teralu kekanak – kanakan,
sehingga kasus tidak mau lagi terlalu dekat dengan Er, bahkan hingga saat
penulis wawancara mereka masih belum saling bicara.(terlampir)
5.
Keterkaitan
Hasil Studi dengan Dimensi Sebab Akibat, Dimensi Fisik, Dimensi Psikologis, dan
Dimensi Nilai & Norma
a) Dimensi
Sebab Akibat
· Kemungkinan
Sebab:
- Kasus
kurang mendapat perhatian dari orangtuanya baik itu ayah, ibu, ataupun keluarga
terdekat lainnya
- Kasus
masih belum terima secara ikhlas ayah dan ibunya bercerai, dan ayahnya memilih
untuk menikahi perempuan lain
- Kasus
kurang mendapatkan tindakan tegas yang mendidik serta teguran dari orang tuanya
ketika melakukan kesalahan, sehingga kasus menunjukkan sikap kurang baik di
sekolah
- Kasus
juga kurang mendapatkan pendidikan tentang etika, baik etika dalam berbicara,
maupun bergaul, sehingga kasus bicara ceplas ceplos tanpa aturan.
- Kasus
kecewa dengan ayahnya karena telah menyakiti perasaan ibunya.
· Kemungkinan
Akibat:
- Kasus
memiliki perasaan ataupun sikap untuk membalaskan dendam ibunya terhadap apa
yang dilakukan ayahnya kepada ibunya
- Kasus
menjadi tidak bisa bersosialisasi atau bergaul yang baik dengan teman
dilingkungan sekitarnya.
- Kasus
menjadi anak yang keras kepala akibat kekecewaannya terhadap sikap ayahnya.
b) Dimensi
Fisik
Jika
kasus masih terus – terusan ikut ibunya pulang hingga larut malam dari kafe,
kemungkinan daya tahan tubuh kasus bisa saja akan menurun dan menyebabkan
munculnya penyakit seperti paru – paru basah pada diri kasus. Jika daya tahan
tubuh kasus sudah menurun, tentu akan mempengaruhi pada hasil belajar kasus di bidang
akademik.
c) Dimensi
Psikologis
Permasalahan
kasus dapat membuat kasus mengalami gangguan psikologis seperti tertekan dan
stress. Kasus yang tertekan dengan perasaan sakit hatinya terhadap sikap
ayahnya kepada ibunya bisa saja membuat kasus menjadi stress karena terlalu
memikirkan perasaannya tersebut.
d) Dimensi
Nilai dan Norma
Berdasarkan
dimensi nilai dan norma, kasus telah melanggar nilai dan norma, seperti
berbicara terlalu ceplas ceplos dan bisa menyakiti perasaan orang lain.
6.
Layanan
yang Diberikan
a) Jenis
Layanan
1) Layanan
Informasi
Menurut
Prayitno (2012: 50) bahwa layanan
informasi berusaha memenuhi kekurangan individu akan informasi yang mereka
perlukan. Dalam layanan ini, peserta layanan disampaikan berbagai informasi.
Informasi itu kemudia diolah dan digunakan oleh individu untuk kepentingan
hidup dan perkembangannya. Layanan informasi diselenggarakan oleh konselor yang
diikuti oleh seseorang atau lebih peserta.
2) Layanan
Konseling Perorangan
Prayitno
(2012: 105) mengatakan “konseling perorangan merupakan layanan konseling yang
diselenggarakan oleh seorang konselor terhadap seorang klien dalam rangka
pengertasan masalah pribadi klien”
b) Isi
atau materi layanan
1) Layanan
Informasi
·
Materi I : Menjadi Pribadi Yang
Menyenangkan
·
Materi II : Berbakti Kepada Kedua Orang
Tua
·
Materi III : Strategi Belajar
2) Layanan
Penguasaan Konten
·
Materi I : Etika berbicara
3) Layanan
Konseling Perorangan
Dalam pemberian
layanan konseling perorangan, permasalahan yang dibahas dalam konseling
tersebut adalah masalah yang berasal dari klien/ kasus sendiri.(terlampir)
B.
Kasus
di Luar Sekolah
1.
Pemilihan
Kasus
Dalam
dinamika kehidupan sosial pada masyarakat, banyak sekali berbagai masalah yang
timbul pada diri manusia baik secara inividu maupun kelompok. Dan itu selalu
berkaitan erat satu sama lainnya. Sehubungan dengan permasalahan yang dialami
oleh berbagai pihak tersebut, maka studi kasus dapat digunakan dalam rangkah
mengungkap fakta – fakta yang terkecil dengan permasalahan yang ada serta sebab
– sebab timbulnya masalah sampai akhirnya menetapkan langkah pengentasan
masalah.
Penulis
memilih kasus luar sekolah ini, dikarenakan beberapa alasan. Pertama, kasus
adalah bapak kos dari penulis, yang mana kasus bisa dengan mudah untuk ditemui
dan dimintai keterangan atau informasi.
Kedua,
selama penulis sudah mendapatkan
perintah dari dosen untuk mulai mencari kasus di luar sekolah, penulis sudah
lama memperhatikan permasalahan kasus di luar sekolah ini.
Dari
hasil pengamatan penulis, kasus itu terlihat tidak memperdulikan masalah yang
sebenarnya kasus tidak sadari. Kebiasaan kasus sehari – hari bila diperhatikan
oleh penulis cukup aneh. Kasus bekerja sebagai penjaga kos – kosan dan menjaga
warung di depan kos tersebut. Setiap hari kasus berada di tempat tersebut,
namun kasus tidak pernah tidak datang, kecuali hari minggu.
Kasus
terlihat tidak memiliki pekerjaan yang lain selain bekerja sebagai penjaga kos
– kosan. Setiap hari kasus hanya duduk santai di kedainya dan membersihkan
kedainya. Tidak ada aktivitas lain yang kasus kerjakan, hanya seperti itu
setiap hari.
Disamping
itu, istri kasus bekerja keras di sebuah kantor yaitu TASPEN di Padang. Padahal sepengetahuan penulis, istri
dari kasus sedang sakit – sakitan, akan tetapi kasus tetap saja bersantai menjaga
kosan dan membiarkan istrinya yang masih belum pulih betul pergi bekerja.
Kehidupan
kasus terlihat begitu mewah. Meskipun kasus hanya bekerja sebagai penjaga kos –
kosan, kasus bisa memiliki 1 buah mobil dan 3 buah unit sepeda motor.
Semua itu jika penulis perkirakan adalah
hasil kerja dari istrinya. Istrinya memang memiliki jabata yang cukup tinggi di
tempatnya bekerja. Sehingga memiliki gaji yang kemungkinan cukup besar.
Melihat
kondisi seperti itulah, kasus tertarik mencari tahu tentang permasalahan yang
sebenarnya terjadi. Mengapa justru terlihat kasus tidak bisa menjadi seorang
kepala keluarga yang menafkahi keluarganya dengan baik. Dilihat dari
situasinya, justru yang terjadi kebalikannya, yang menafkahi keluarga adalah
istri kasus. Untuk itu lah, penulis ingin mendalami permasalahan kasus ini.
Penulis memulai studi kasus ini dengan pertanyaan – pertanyaan yang ingin
didalami dari pernasalahan kasus ini. Adapun hal – hal yang ingin penulis studi
kasuskan adalah :
1. Apakah
kasus memang tidak memiliki pekerjaan yang lain selain menjaga kos – kosan dan
warung kecil di kosan tersebut?
2. Apakah
kasus tidak ada keinginan untuk mencari
kesibukan lain/ pekerjaan lain selain menjaga warung dan kos – kosan?
3. Mengapa
istri kasus yang bekerja keras sementara kasus hanya bekerja seperti demikian?
4. Bagaimana
pendapat keluarga kasus melihat kondisi yang terbalik seperti ini, istri kasus
yang bekerja lebih keras di bandingkan kasus sendiri sebagai pemimpin keluarga?
5. Bagaimana
bisa kasus tetap membiarkan istri kasus bekerja keras, sementara kondisi istri
kasus masih sakit – sakitan dan terlihat tidka begitu sehat seperti dulu lagi?
2.
Identitas
Kasus
Nama : AM
Tempat,
Tgl. Lahir : Pariaman, 5 Maret 1975
Umur : 39 Tahun
Jenis
Kelamin : Laki-laki
Alamat
: Jl. Patenggangan No. 10 A,
dekat asrama UNP
Pendidikan
Terakhir : SMA
Pekerjaan : Penjaga kos – kosan dan warung kecil
Nama
Orangtua
a. Ayah : Suparman
b. Ibu : Nurmi
Alamat
orang tua :
Pariaman
Pekerjaan Orangtua
a. Ayah : Wiraswasta
b. Ibu : Rumah tangga
(terlampir)
3.
Gambaran
Masalah
Kasus yang bekerja sebagai penjaga warung dan kos –
kosan ini adalah salah seorang warga masyarakat di sekitar tepi pantai, di
jalan patenggangan. Kasus yang memiliki 1 orang istri dan 2 orang puteri.
Kasus sebagai pemimpin keluarga adalah juga seorang
yang harus menafkahi kehidupan istrinya dan keluarganya. Namun, jika dilihat
pada kenyataannya, kasus tidak terlalu banyak memberikan nafkah kepada
keluarganya. Justru yang terlihat gigih membiayai kehidupan keluarga mereka
adalah istri kasus sendiri.
Berdasarkan informasi yang penulis dapatkan, kasus
sebelumnya sudah pernah bekerja di suatu perusahaan, akan tetapi kasus berhenti
akibat perusahaan tersebut bangkrut. Sehingga kasus yang dulunya bekerja di perusahaan
itu tidak memiliki pekerjaan yang lain lagi, dan alhasil menjadi pengangguran.
Kemudian, saudara laki – laki dari istri kasus
berencanakan mendirikan sebuat kos – kosan dekat rumah saudaranya itu, tepatnya
tempat tinggal penulis saat ini berada, masih belum ada yang menjaga kos
tersebut. kemudian, kasus ditawarkan untuk menjaga kos – kosan tersebut.
Dalam menjaga kos – kosan, penulis memperhatikan
kasus tidak ada melakukan aktivitas lain selain duduk di kedai itu, dan
terkadang melayani pembeli yang datang.
Kemudian, kebiasaan kasus yang penulis lihat adalah
sering menelpon dengan orang lain melalui handphone, namun penulis tidak
terlalu mengetahui pada siapa kasus menelpon. Namun, jika di dengar terkadang
menelpon teman kasus sambil berbicara yang mengarah kepolitik – politik.
Selain itu, sikap yang kasus tonjolkan ada cara
kasus mendidik kedua putrinya. Sesuai dengan fakta yang dilihat di lapangan,
kasus sangat memanjakan kedua putrinya. Kasus sepertinya selalu menuruti setiap
apa permintaan putri kasus. Kedua putri kasus terkadang ikut membantu kasus
menjaga kedai di kos – kosan tersebut. terkadang, saat kasus sedang menjemput
istri kasus pulang dari tempat bekerja, kasus pun akan meninggalkan warung atau
memanggil salah satu dari putrinya untuk menjagakan warung tersebut.
Kasus setiap hari aktivitasnya hanya melakukan hal –
hal yang sama. Pagi sebelum membuka kedai di kos – kosan, kasus harus
mengantarkan istrinya pergi bekerja dan juga mengantar putrinya pergi ke
sekolah. Kemudian, setelah mengatarkan istri kasus dan putri kasus, kasus pun
ke kosa dan membuka kedai yang ada di kos – kosan tersebut. pada sore harinya
lagi, kasus pun akan menutup kembali tokonya sebentar jika putrinya tidak
datang, dan kemudian pergi ke menjemput istri kasus di kantor. Setelah
menjemput terkadang istri kasus dibawa ke kedai yang ada di kos – kosa dan
terkadang langsung diantar ke rumah.
Begitu yang kasus lakukan setiap hari. Kasus hanya
berduduk diam diri di kedai, terkadang sambil menonton tv, dan terkadang ngobrol
dengan orang yang singgah di kedai
tersebut. jika dilihat dari segi tugas perkembangan sebagai orang dewasa
seharusnya kasus masih harus tetap bekerja dan menafkahi keluarganya, namun
kenyataannya kasus tidak pernah terlihat ada usaha untuk mencoba usaha lain.
Selain, sikap yang sangat ditonjolkan oleh kasus
adalah kurang memiliki sikap yang tegas. Kasus terlalu lemah dalam mengambil
sikap ataupun keputusan. Kasus hanya menganggap lalu lalang saja setiap
permasalahan yang kasus alami tidak ada usaha kasus untuk melakukan bersikap
tegas terhadap suatu permasalahan. Hal itu dapat penulis lihat dari cara kasus
menangani permasalahan anak – anak kasus di kos – kosan yang ia jaga. Kasus
tidak dapat mengambil sikap yang tegas terhadap konflik – konflik yang terjadi
di kosan tersebut. ia hanya membiarkan begitu saja, terjadi konflik di kos
tersebut,meskipun sebenarnya, konflik itu terjadi juga karena fasilitas di kos
tersebut yang kurang baik. Contohnya pada saat itu masalah air yang tidak ada
sama sekali. Segala sesuatu menjadi sulit akibat tidak adanya air. Air di kos
tersebut berasal dari sanyo yang dipasang di kos tersebut. air tersebut tidak
ada naik dikarenakan mesin sanyo untuk kos tersebut sudah rusak dan sudah tidak
bisa menarik air lagi.
Hal tersebut sudah jelas, seharusnya adalah
kebijakan dari pengurus kos dan pemiliki kosan, namun kasus tidak cepat
mengambil sikap dengan situasi tersebut. kasus justru membiarkan begitu saja,
dan memberikan alasan harus menunggu laporan dari atas (pemilik kos) untuk mencairkan
dana membeli mesin sanyo tersebut. Padahal, keuangan dari kos tersebut berada
di tangan kasus.
4.
Teknik
Pengungkapan Masalah
Untuk memahami permasalahan kasus dan mendalami
keadaan kasus secara lebih mendalam, maka dapat diungkapkan dengan menggunakan
beberapa instrument untuk mendapatkan keterangan, informasi, serta data yang
dapat mendukung dengan permasalahan kasus. Adapun instrument yang digunakan
untuk mengungkapkan dan mendalami permasalahan kasus adalah:
a) Wawancara
Untuk mengungkapkan masalah kasus
tersebut, penulis melakukan wawancara dengan beberapa sumber informasi, yang
bisa memberikan keterangan tentang kasus.
1) Wawancara
dengan Anak Kasus
Berdasarkan
hasil wawancara dengan salah seorang putri kasus, yaitu N, penulis mendapatkan
informasi tentang kasus tersebut. Yang mana, menurut putri kasus, kasus adalah
sosok orang tua yag sangat baik. Kasus memberikan perhatian yang lebih terhadap
keluarga, anak – anak, istri, dan bahkan dengan nenek kami, ayah dari istri
kasus. Nenek tersebut ikut tinggal bersama dengan keluarga kasus, karena di
pariaman sudah tidak ada lagi yang mengurusi nenek tersebut, sehingga kasus
mengajak nenek ikut tinggal bersama dengan kasus.
Menurut
pengakuan puteri kasus, ayahnya jarang di rumah semenjak ayahnya kerja menjaga
kos – kosan. Hampir satu harian, kasus menghabiskan waktu di kos – kosan
tersebut. N mengatakan kalau kos yang dijaga oleh ayahnya adalah kos milik
om-nya yang tinggal di Jakarta. Sehingga kasus yang dimintai untuk menjaga kosn
tersebut.
N
mengutarakan bahwa kasus bisa lama berada di rumah hanya pada hari minggu saja,
atau tanggal – tanggal merah lainnya. Jika hari libur seperti itu, kasus
biasanya tidak membuka kedai di kos, dan memilih berada di rumah. Kasus menghabiskan
waktunya bersama dengan keluarganya.
Di
rumah, kasus menurut penuturan dari N adalah melakukan pekerjaan – pekerjaan di
rumah, sebab istri kasus yang sedang sakit.
Sehari – hari kasus membersihkan rumah, seperti mencuci baju, piring,
menyapu, beres – beres rumah lainnya, kasuslah yang melakukan hal tersebut.
Namun, itu terjadi ketika istri kasus sedang dalam keadaan parah sakitnya dan
tidak bisa bergerakataupun beraktivitas sama sekali. Kasus lah yang
menggantikan pekerjaan isrtinya.
N
mengatakan bahwa dahulu kasus bekerja yang bergerak di bidang bisnis, akan
tetapi ketika itu, perusahaan yang kasus masuki itu bangkrut, kasus pun
berhenti bekerja. Untuk itulah kasus menerima tawaran dari Om N untuk menjaga
kos – kosan ini. Sehingga, sejak saat itu, kasus lebih banyak menghabiskan waktu
untuk berada di kosan dibandingkan dengan rumah(terlampir)
2) Wawancara
dengan Tetangga Kasus
Penulis
mencoba untuk mewawancarai tetangga kasus yag tinggal tepat disebelah kasus
tinggal. Pada waktu itu, penulis mengetahui bahwa kasus beserta keluarga sedang
melakukan perjalanan liburan ke luar kota, sehingga penulis mencoba berpura –
pura seolah – olah tidk mengetahui hal tersebut dan bertanya kepada tetangga
sebelahnya. Kemudian, penulis menjelaskan dan tetangga kasus bersedia.
Menurut
pendapat tetangga kasus, kasus tersebut sangat tidak tegas. Kasus terlalu lemah
dalam memimpin keluarga. Dari kebiasaannya sehari – hari sangat tidak wajar
terlihat. Kasus memiliki 2 orang puteri yang sudah memasuki usia remaja, akan
tetapi tidak diajarkan untuk bisa menjadi remaja yag baik.
Kasus
justru lebih memilih memanjakan mereka, daripada memberikan pendidikan etika
dan tatakrama serta adat istiadat yang baik kepada kedua puteri kasus. Tetangga
kasus sangat mengesalka hal tersebut, karena tidak adanya ketergasan dari diri
kasus untuk mendidik kedua puterinya. Selain itu, kasus yang terbiasa
mengerjakan tugas pekerjaan rumah secara keseluruhan sangatlah tidak baik
sekali jika dipandang oleh orang sektar.
Dari
teras rumah pasti akan dilihat kasus yang sedang menjemur pakaian, menyiram
bunga, kemudia nantinya akan mengangkatnya kembali. Tetangga kasus mengatakan
bahwa dari segi luar saja sudah terlihat tidak begitu bagus jika dipandang,
bagaimana dengan keadaan di dalamnya.
Kebiasaannya
sehari – hari saat ini yang tetangganya ketahui hanyalah menjaga warung di kos
– kosan tersebut, selain itu kasus tidak memiliki kesibukan lainnya. Ksau hanya
berada dikosan, kemudia merapikan kedainya, membersihkan sampah – sampah dan
menyapu bersih setiap kotoran yang tertinggal di warungnya. Kemudia terkadang,
kasus terlihat asyik menelpon atau mengobrol dengan orang – orang yang duduk di
kedai kasus.
Namun,
tetangga kasus sangat heran meliha kondisi keluarga yang kasus yang terlihat
kurang baik. Situasi yang tetangga kasus lihat, status pekerjaan istri kasus
dengan kasus sangat jauh berbeda. Kasus justru terlihat sangat santai hanya
duduk di kedai tersebut, sementara itu istrinya yang sepengetahuan kasus baru
terkena sakit stroke dan belum bisa kembali sehat seperti semula, justru
bekerja di Taspen dengan posisi yang cukup bagus. Tetangga kasus cukup
mengherankan melihat cara berpandang kasus dengan hal tersebut. tetangga kasus mengatakan, jika dirinya
menjadi kasus, dia tidak akan bisa melihat istrinya bekerja seperti demikian,
sementara dia hanya duduk santai di kedai kecilnya.(terlampir)
3) Wawancara
dengan Anak Kos Kasus
Meskipun
penulis juga anak kos dari kosan yang kasus jaga, namun, penulis juga harus
tetap memilih teman – teman penulis yang akan diwawancarai tentang kasus
tersebut.
Dari
beberapa orang yang penulis wawancarai, penulis menarik kesimpulan bahwa hampir
semua anak kos kasus merasa kasus itu tidak tegas menjadi seorang pemimpin
keluarga. Apalagi melihat bagaimana kasus memanjakan anak – anak kasus. Kedua
puteri kasus diberikan masing – masingnya sebuah sepeda motor.
Kasus
tidak memikirkan hal baik buruknya jika kasus terlalu cepat membelikan
puterinya motor. Padahal, di sekolah puteri kasus, siswa tidak diizinkan
membawa sepeda motor ke sekolah. Dan menurut anak kos kasus, kasus tersebut
terlalu memanjakan puteri – puterinya.
Anak
kos kasus juga mengutarakan bahwa, untuk mengatasi permasalahan atau konflik
yang ada di kos tersebut saja, kasus tidak bisa menyelesaikan kasus tersebut
dengan baik. Justru kasus membiarkan begitu saja, dan yang akhirnya sesama anak
kos tersebut saling bertengkar dan tidak saling tegur sapa lagi akibat
permasalahan kosan yang sebenarnya harus ditangani oleh pemilik kosan ataupun
yang menurus kos.
Sebab,
jika dipikirkan secara logika, anak kosan kasus sudah membayar kewajiban mereka
sebagai orang yang kos di rumah saudara kasus. Akan tetapi, apa yang didapat
anak kosa kasus tidak sesuai dengan apa yang telah mereka keluarkan di kos
tersebut.
Anak
kos kasus juga sering bertanya – tanya, mengapa kasus tidak pernah mencoba
untuk mencari pekerjaan lain selain menjaga kosan ini. Padahal, menurut anak
kos kasus, jika siang hari, kasus sebenarnya bisa mencari pekerjaan lain atau
kesibukan lain untuk mengisi waktu luangnya saja dan malam hari atau mulai pada
sore harinya, kasus baru mengunjungi kosan. (terlampir)
4) Wawancara
dengan Istri Kasus
Berdasarkan
hasil wawancara yang penulis lakukan dengan istri kasus langsung, penulis
mendapatkan gambaran tentang diri kasus.
Menurut
Istri kasus, kasus itu adalah sosok suami yang sangat bertanggungjawab,
perhatian, bijaksana, dan sangat menyayangi keluarga. Kasus tidak pernah
meyakiti perasaan istri atau pun orang tua istri yang ikut tinggal bersama
keluarga kasus. Kasus berusaha untuk adil dan bijaksana dengan ayah mertua
kasus yang sedang sakit juga.
Dimata
istri kasus, kasus sangatlah pengertian sekali dengan kondisi keluarga pada
saat itu. Ayah dari istri kasus tinggal bersama dengan mereka di rumah
tersebut. ayah mertua kasus sudah tua dan sakit – sakitan. Ayah mertua kasus
tersebut, hanya bisa rebahan di tempat tidur dan menghabiskan waktu di atas
tempat tidur tersebut. segala sesuatu yang diperlukan oleh ayah mertua kasus,
kasus yang menyediakan dan melayani ayah mertua kasus dengan sabar. Tidak hanya
mengurusi ayah mertua kasus saja, kasus juga harus merawat istri kasus yang
pada waktu itu, terkena penyakit stroke di tubuhnya. Yang mana, kondisi tubuh
istri kasus tersebtu semakin lama semakin melemah, sehingga kasus harus benar –
benar sabar dan telaten untuk mengurus keduanya sekaligus.
Untuk
itulah, istri kasus merasa bahwa ia sangat bangga dan sangat beruntung
mendapatkan suami seperti kasus tersebut. kasus mau meninggalkan pekerjaannya
demi mengurusi istri kasus dan ayah mertua kasus. Kasus juga mau mengurusi
tentang semua kebutuhan keluarga kasus. Mulai dari makan, kebutuhan rumah
tangga yang lain, mengurusi rumah, hingga mencuci baju dan menyetrika pakaian
pun kasus lakukan. Sehingga, kasus di mata istri kasus itu sangatlah sempurna,
dan sangat luar biasa sekali.
Istri
kasus mengungkapkan, kalau sebenarnya dirinya ingin kalau kasus itu memiliki
pekerjaan yang lebih lagi dari yang sekarang. Akan tetapi, istri kasus juga
memiliki rasa takut, jika nantinya perhatian dan kasih sayang kasus akan
berkurang kepadanya dan keluarganya.
Istri
kasus mengungkapkan bahwa mereka memang memiliki komitmen untuk tidak tetap
membiarkan kasus tetap bekerja di sebagai penjaga kosan dan penjaga warung yang
berada di depan kos tersebut.
Selain
itu, istri kasus juga mengutarakan bahwa, kasus itu juga sangat perhatian
kepada kedua puteri kasus. Kasus selalu memberikan perhatian yang lebih kepada kedua puterinya. Kasus sangat
memperhatikan setiap kebutuhan dari kedua puteri mereka, yang mana apa yang
kedua puterinya inginkan, pasti akan kasus usahakan dan kasus berikan.
5) Wawancara
dengan Kasus
Berdasarkan
hasil wawawancara yang dilakukan oleh penulis dengan kasus, penulis mendapatkan
berbagai gambaran informasi tentang kebenaran informasi yang selama ini
didapat.
Kasus
menceritakan bahwa dirinya sudah sejak tahun 2009 bekerja sebagai penjaga kos –
kosan dan warung/ kedai kecil di depan kos tersebut. Kasus bukanlah pemilik kos
yang sebenarnya, akan tetapi kasus hanya menjaga kos-an milik abang dari istri
kasus.
Kasus
dulu bekerja sebagai pebisnis disebuah usaha swasta, yang mana, kasus memiliki
posisi penting di perusahaan tersebut. namun, dikarenakan istri kasus pada masa
itu sedang terkena sakit cukup parah, yaitu hampir stroke, maka kasus lebih
fokus untuk mengurusi masalah istrinya. Sehingga kasus tidak lagi fokus untuk
bekerja di usahanya tersebut. Namun, kasus tidak terlalu begitu rugi untuk
berhenti dari perusahaan tersebut karena ketika kasus akan meninggalkan
perusahaan tersebut, perusahaan tersebut sedang
masa gulung tikar.
Abang
istri kasus yang tinggal di Jakarta, memiliki rumah sebuah rumah di Padang.
Yang mana, tanah disekitar rumahnya
tersebut masih ada tanah tersisa, sehingga abang istri kasus tersebut berniat
untuk menggunakan tanah tersebut untuk mendirikan sebuah banguna kos – kosan
untuk puteri. Akan tetapi, dikarenakan abang istri kasus tersebut tidak dapat
tinggal di Padang, karena usahanya ada di Jakarta, maka abang istri kasus
tersebut yang mengetahui kondisi kasus, segera menawarkan kepada kasus untuk
menjaga kos – kosan tersebut.
Kasus
yang pada saat itu sedang tidak memiliki pekerjaan, mengutarakan kepada abang
istri kasus bahwa dirinya bersedia untuk bekerja disini. Kasus mengurusi
masalah sarana dan prasarana di kos tersebut. mulai dari air, listrik, reperasi
bangunan rumah atau penjagaan terhadap bangunan rumah. Selain itu, kasus juga
bertanggungjawab untuk mengawasi anak – anak kos yang tinggal di kos tersebut.
Kasus yang mengurusi masalah yang berkaitan dengan anak – anak kos tersebut.
Mulai dari pembayaran uang kos dan mengurusi barang -
barang di kos tersebut, kasuas yang mengurusi semua hal tersebut.
Kasus
mau bekerja di tempat ini, dikarenakan kasus merasa kasihan dengan istri kasus
yang tidak ada mengurusi istri kasus di rumah. Sehingga kasus, memilih untuk
mengorban pekerjaannya, dibandingkan dengan pekerjaan istrinya yang jauh lebih
tinggi jabatannya daripada dirinya.
Kasus
menyadari bahwa istri kasus tersebut memang belum seutuhnya pulih sembuh dari
sakit strokenya. Akan tetapi, kasus tidak bisa melarang keinginan istri kasus
yang ingin terus bekerja dan melanjutkan pekerjaannya.
Kasus
mengutarakan bahwa dirinya dengan istri kasus telah mengikat sebuah komitmen
bahwa dirinya setelah istri kasus kembali sehat, kasus akan tetap menjaga kos
dan warung yang ada di depan kos, dan istrinya akan kembali bekerja seperti
biasa di TASPEN. Hanya saja, mereka memiliki catatan, bahwa istrinya dapat
bekerja, dengan syarat, istrinya tetap harus mengikuti terapi guna untuk
memulihkan syaraf - syaraf kasus yang
terkena stroke sebelumnya.
Kemudian,
kasus juga mengutarakan tentang rencana kasus ke depan terhadap kelangsungan
keluarga kasus. Namun sebelumnya, kasus mengungkapkan bahwa dirinya sebenarnya
ingin mencari pekerjaan yang lain juga, akan tetapi melihat situasi dan kondisi
yang tidak memungkinkan, kasus pun tidak memiliki kesempatan untuk hal
tersebut. Sehingga untuk masa yang kedepannya, jika istri kasus sudah pensiun,
kasus mungkin akan mempersiapkan suatu hal terlebih dahulu sebelum istri kasus
pensiun. Kemungkinan, kasus akan menggunakan kemampuannya yang dahulu, yaitu
seorang pebisnis, dengan membuka suatu usaha yang mungkin dapat membantu untuk
menambah nafkah untuk keluarga mereka.
b) Observasi
1) Observasi
di Rumah
Berdasarkan
hasil observasi yang penulis lakukan saat berkunjung ke rumah kasus, kasus
tampak sangat perduli dengan lingkungan rumahnya. Kasus merapikan semua isi
rumah kasus, dan terjaga dengan baik. Meskipun rapi, namun tidak serapi
bagaimana seorang perempuan yang merapikan rumah, masih juga tetap terlihat
berantakan.
Meskipun
demikian, kasus tetap saja kurang tegas terhadap puterinya. Seharusnya, puteri
kasuslah yang membantu dirinya mengurusi rumah, akan tetapi pada kenyataannya,
kasus membiarkan puteri kasus bersantai sementara dirinya bekerja merapikan
rumah. Seharusnya anak gadis seusia puterinya haruslah merapikan rumah bukan
ayahnya yang merapikan (terlampir)
2) Observasi
di Tempat Bekerja
Berdasarkan
hasil observasi penulis di tempat kasus bekerja, yaitu di kos – kosan yang
kasus jaga, tepatnya di Jalan Tempua Raya No. 15, Air Tawar Barat, Padang.
Kasus
tidak bisa bersikap tegas dan kurang perduli dengan anak kosan kasus. Itu dapat
dilihat dari cara kasus yang menangani masalah di kos-an tersebut. Saat penulis
melakukan observasi, kos yag kasus jaga, ternyata sedang mengalami masalah,
yaitu kemalingan.
Salah
satu anak kosan kasus kemasukan maling pada subuh dini hari tanggal 13 Mei 2014
yang lalu. Kasus bukannya prihatin dan memberikan solusi kepada kasus,
melainkan membiarkannya begitu saja dan memberikan alasan yang kurang masuk
akal. Alasan yang tidak ada kaitannya dengan kejadian tersebut. kasus justru
lebih menyalahkan anak kosan yang kurang hati – hati dalam menjaga kunci kamar.
(terlampir)
5.
Keterkaitan
Hasil Studi dengan Dimensi Sebab Akibat, Dimensi Fisik, Dimensi Psikologis, dan
Dimensi Nilai & Norma
a)Dimensi Sebab Akibat
· Kemungkinan
Sebab:
-
Kasus terlalu menyayangi istri kasus
sehingga memilih untuk menggantikan istri kasus mengurusi keperluan rumah
mereka
-
Kesenjangan pendidikan kasus dengan
istri kasus
-
Pada dasarnya, keluarga kasus sendiri
berasal dari keluarga yang sederhana
· Kemungkinan
Akibat:
- Kasus
merasa minder dengan pekerjaan istrinya yang lebih tinggi daripada dirinya,
sehingga ia pasrah saja menerima situasi dimana ia hanya bekerja menjadi
seorang penjaga kos – kosan
- Kasus
tidak berani mengambil keputusan yang tegas terhadap permasalahan yang kasus
hadapi
- Kasus
tidak dapat menjalan tugas – tugas perkembangannya sebagai laki – laki dewasa
yang harus menafkahi keluarganya.
c) Dimensi
Fisik
Jika
kasus hanya beraktivitas begitu – begitu saja di kedai miliknya, kasus akan
gampang merasa lelah dengan segala aktivitas yang ada, sebab fisiknya tidak
pernah bahka jarang dilakukan kegiatan yang bisa menggerakkan otot – ototnya .
d) Dimensi
Psikologis
Permasalahan
kasus dapat membuat kasus mengalami gangguan – gangguan psikologis seperti rasa
malu yang mendalam, hingga nantinya kasus akan tertekan dengan kondisi
tersebut, dan nantinya kasus bisa menjadi stress akibat tekanan tersebut.
Jika
kasus, tidak berusaha merubah situasi atau memandang suatu pekerjaan itu dari
sudut pandang lain, kasus bisa saja nantinya akan mudah lupa dan pikun akibat
terlalu banyak memikirkan cara untuk membahagiakan orang sekitarnya akibat
ketidak berdayaannya sebagai pemimpin yang kurang tegas.
6.
Jenis Layanan yang Diberikan
a) Layanan
Informasi
·
Materi I : Menjadi Pribadi Yang
Menyenangkan
b) Layanan
Penguasaan Konten
·
Materi : Konsep diri
c) Layanan
Konseling Perorangan
Dalam
pemberian layanan konseling perorangan, permasalahan yang dibahas dalam
konseling tersebut adalah masalah yang berasal dari klien/ kasus sendiri.(terlampir)
7.
Keterbatasan Studi
a.
Studi
kasus ini belum komprehensif, integratif, intensif dan sistematis dikarenakan
keterbatasan kemampuan penulis dalam hal tersebut.
b.
Keterbatasan
waktu penulis untuk dapat melakukan studi kasus secara komprehensif,
integratif, intensif dan sistematis
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kasus
merupakan kesatuan kondisi yang didalamnya terkandung satu atau sejumlah
masalah yang dialami oleh seorang individu (anggota kelompok, keluarga,
lembaga). Masalah-masalah tersebut dapat berkenaan dengan berbagai aspek
perkembangan dan kehidupan individu dalam kaitannya dengan keempat dimensi
kemanusiaannya. Sedangkan studi kasus studi kasus dilakukan dengan tujuan untuk mengungkapkan
fakta-fakta yang terkait dengan permasalahan yang ada serta sebab-sebab timbulnya
masalah dan selanjutnya untuk dapat menetapkan langkah-langkah penanganan
masalah tersebut.
Konselor perlu memiliki wawasan pemahaman dan penyikapan
terhadap kasus pada umumnya serta pemahaman dan cara-cara penanganan
masalah-masalah yang terkandung dalam setiap kasus secara khusus. Oleh karena
itu, studi kasus yang dilakukan harus komprehensif, intensif, integratif dan
sistematis.
Komprehensif maksudnya adalah studi kasus memuat
diskripsi yang lengkap tentang keadaan seseorang, seperti identitas pribadi,
latar belakang keluarga, catatan masa kanak-kanak, kemampuan dasar, prestasi
yang dicapai, penyesuaian sosial personal, usaha-usaha yang telah dikerjakan
dan sebagainya. Intensif maksudnya adalah studi kasus harus bersifat mendalam.
Integratif maksudnya studi kasus mengintegrasikan beberapa metode pengumpulan
data sedangkan sistematis
B.
Saran-saran
1.
Melaksanakan
studi kasus dengan komprehensif, integratif, intensif dan sistematis.
2.
Perlunya
meningkatkan wawasan, pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap berkenaan
dengan studi kasus.
3.
Lebih
memahami dan mendalami layanan dan kegiatan pendukung BK agar kasus dapat
terbantu optimal.
KEPUSTAKAAN
Prayitno.
2012. Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung Konseling. Padang: PPPK BK FIP UNP
Langganan:
Postingan (Atom)