Entri Populer

Jumat, 07 November 2014

Konseling Psikoanalisis Klasik (lanjutan)


KONSELING PSIKOANALISIS KLASIK (KOPSAK)

A.    Perkembangan Kepribadian Salah Suai
Menurut teori KOPSAK (Budifilo, 2012) pribadi menyimpang berasal/ bermasalah adalah jika terdapat dinamika yang tidak efektif antara Id, Ego, dan Super Ego. Dimungkinkan ego selalu mengikuti dorongan – dorongannya dan mengabaikan tuntutan moral atau ego selalu mempertahankan kata hatinya menyalurkan keinginan atau kebutuhan dan juga proses belajar yang tidak benar pada masa kanak – kanak.
Sumber kepribadian yang abnormal, menurut Hansen JC Stevic RR dan Warner (dalam Taufik, 2012: 35) membagi atas dua bagian, yaitu:
1.      Ketidaksesuaian dan ketidakefektifan antara kerja id, ego, dan super ego
2.      Proses belajar pada masa kanak – kanak yang tidak sesuai atau tidak benar
Akibat dari ketidakefektifan kerja id ego, dan super ego akan menimbulkan kecemasan pada diri individu, karena mungkin ada yang direpresi, dan yang direpresi itu setiap kali ingin muncul kedalam kesadaran.
Proses belajar pada masa kanak – kanak atau yang tidak benar, misalnya anak terlalu banyak mendapat tekanan atau diindoktrinasi dengan nilai – nilai yang amat kaku, dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian, karena hal demikian konflik – konflik dalam diri sendiri (Taufik, 2012: 36).
Selanjutnya Hansen (dalam Taufik, 2013: 36) menjelaskan bahwa hakekat dari neurosis itu terletak pada awal dan mekanisme pertahanan diri yang dipakai untuk menahan dari ketegangan, terhadap perkembangan seksual dan tingkah laku yang agresif.
Taufik (2012: 36) mengatakan bahwa orang yang terlalu banyak menggunakan mekaisme pertahanan diri dalam kehidupannya tergolong memiliki kepribadian abnormal (salah suai). Pada lubuk hati orang tersebut sebetulnya apa yang dilakukannya tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

B.     Tujuan Konseling dan Teknik Konseling
1.      Tujuan Konseling
Tujuan konseling pendekatan psikoanalisis klasis adalah menjadikan hal – hal yang tidak disadari klien menjadi disadarinya. Rochman Natawidjaya (dalam Taufik: 2012: 36) menjelaskan lebih lanjut bahwa tujuan konseling itu adalah usaha menata kembali struktur watak dan kepribadian klien. Tujuan itu dicapai dengan membuat konflik – konflik yang tidak disadari dan dengan menguji dan menjajaki materi yang bersifat intra psikis.
Strategi pokok dari konseling psikoanalisis klasik ini adalah “khatarsis”, yaitu usaha melepas kesan – kesan yang selalu mendesak dari bawah sadar klien, yang selama ini tidak bisa dilepaskan atau selalu direpresi. Pelepasan kesan – kesan tersebut akan dapat membantu suasana perasaan klien menjadi lega. Untuk itu, suasana yang bebas ancaman amat diperlukan dalam kegiatan konseling.
2.      Teknik Konseling KOPSAK
a)      Asosiasi Bebas
Asosiasi bebas merupakan alat untuk mengungkapkan bahan – bahan yang terdesak atau yang berada dalam ketidaksaran klien. Apabila klien bersedia mengatakan apapun yang terlintas dalam ingatannya tentang orang lain, maka klien itu secara intuitif akan mampu menembus penolakannya dan akan menemukan sikap – sikap yang melandasi penolakannya itu.
Melalui asosiasi bebas menurut Taufik (2012: 19) dapat dipanggil kembali pengalaman – pengalaman masa lampau dan pelepasan emosi – emosi yang berkaitan dengan situasi traumatic di masa lampau. Pelepasan emosi – emosi yang tertahan selama ini disebut jugan dengan katarsis.
Tugas konselor selama proses asosiasi bebas berlangsung adalah mengenali bahan – bahan yang direpresi dan dikurung dalam ketidaksadaran klien. Dalam hal ini, konselor dapat menafsirkan bahan – bahan itu dan menyampaikannya pada klien serta membimbingnya untuk memahami.
Dalam situasi asosiasi bebas yang terpenting adalah bagaimana si konselor dapat menciptakan situasi yang benar – benar bebas, sehingga dengan kebebasannya itu, klien dapat mengingat masa lalu yang menimbulkan kesan negative pada dirinya dan itu merupakan sumber dari tingkah laku salah suainya dimasa sekarang. Penciptaan situasi bebas adalah dengan cara konselor berusaha meruntuti kejadian yang masih dapat diingat klien sewaktu mengikuti kegiatan konseling.
Cara melakukan asosiasi bebas menurut Rochman Natawijaya (dalam Taufik, 2012: 38) misalnya dengan mempersilahkan klien untuk tidur berbaring, kemudian diajak klien dan memberikan kesempatan sebebas – bebasnya untuk menceritakan tentang apa saja yang dirasakan, kemudian mengajak klien dan memberikan kesempatan sebebas – bebasnya untuk menceritakan tentang apa saja yang dirasakan, yang dialaminya dimasa lalu dan keinginan – keinginan yang direpresinya. Dalam hal ini reaksi konselor terus mengajak klien untuk mengemukakan lebih lanjut tentang apa yang dirasakannya.
b)      Analisis Mimpi
Bagi pendekatan psikoanalisis, mimpi dianggap penting karena mimpi selalu melalui mimpi dapat diungkapkan kesan – kesan yang direpresi dan mimpi merupakan pemuasan keinginan – keinginan yang tidak dapat dicapai dalam kenyataan.
Perlu diperhatikan bahwa menurut Rochman Natawijaya (dalam Taufik, 2012: 39) bahwa mimpi itu memilikiisi yang bersifat ternyatakan dan disadari, dan juga bersifat laten atau tersembunyi.isi yang dinyatakan adalah mimpi sebagai tampak pada diri orang yang mimpi itu, sedangkan yang laten terdiri dari motif – motif tersamar dan tidak disadari yang menunjukkan makna tersembunyi dari mimpi itu. Karena mimpi merupakan kunci yang membukakan apa – apa yang terkurung di dalam ketaksadaran, maka tujuan analisis mimpi itu adalah untuk mencari isi yang laten dibawah yang ternyatakan dan secara berangsung – angsur menemukan konflik – konflik terdesak.
Selanjutnya tugas konselor dalam aalisis mimpi adalah menyingkap makna – makna yang disamarkan dengan mempelajari symbol – symbol yang terdapat pada isi manifest mimpi. Setelah itu, konselor dapat menafsirkan isi mimpi yang dikemukakan klien terhadap kesan – kesasnnya pada seseorang dan dapat juga menghubungkan apa yang dialaminya dalam mimpi dengan yang pernah dialaminya dalam kehidupa masa kecilnya.
c)      Transferensi (Pengalihan)
Transferensi maksudnya adalah pengalihan objek perasaan pada orang lain, dalam hal ini klien mengarahkan apa yang dirasakan dan dimauinya kepada konselor, yang selama ini tidak dapat dilakukannya. Dalam proses transferensi ini, si klien menghayati kembali perasaan – perasaan tersebut pada konselor. Perasaan dimaksud bisa yang bersifat positif ataupun perasaan negative, misalnya cinta dan benci.
Melalui transferensi ini memungkinkan klien mampu memperoleh pemahaman atas sifat dari fiksasi – fiksasi dan depresi – depresinya, dan menyajikan pemahaman tentang pengaruh masa lampau terhadap kehidupannya sekarang.
d)     Penafsiran
Penafsiran digunakan oleh konselor menurut Taufik (2012: 42) agar klien mampu menggunakan fikiran dan memfungsikan kembali kerja ego dan super egonya. Penafsiran dirancang agar klien sedikit demi sedikit dapat menghadapi kenyataan.
Fungsi penafsiran adalah mendorong ego klien untuk mensimulasikan bahan – bahan baru dan mempercepat proses penyingkapan bahan tak sadar lebih lanjut. Penafsiran konselor menyebabkan pemahaman dan tidak terhalangnya bahan – bahan yang tidak disadari pihak klien

C.    Kelebihan dan Kelemahan Teori KOPSAK
1.      Kelebihan Teori KOPSAK
Kelebihan dari pendekatan teori ini adalah:
a.       Kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami, da dapat memahami sifat manusia untuk meredakan penderitaan manusia
b.      Pendekatan ini dapat mengatasu kecemasan melalui analisis mimpi – mimpi, resistensi – resistensi dan tranferensi – tranferensi
c.       Pendekatan ini memberikan kepada konselor suatu kerangka konseptual untuk melihat tingkah laku serta untuk memahami sumber – sumber dan fungsi simptomatologi
2.      Kelemahan Teori KOPSAK
Kelemahan dari pendekatan teori ini adalah:
a.       Pandangan yang terlalu deterministik dinilai terlalu merendahkan martabat kemanusiaan  
b.      Terlalu banyak menekankan kepada masa kanak – kanak dan menganggap kehidupan seolah – olah ditentukan oleh masa lalu.
c.       Cenderung meminimalka rasionalitas
d.      Data penelitian empiris kurang banyak mendukung sstem dan konsep psikoanalisis seperti konsep tentang energy psikis yang menentukan tingkah laku manusia



KEPUSTAKAAN

Budifilo. 2012. “Teori Konseling Psikoanalisis”. (online). (http://budifilo.wordpress.com/2012/11/28/teori-konseling-psikoanalisis, diakses pada 15 Februari 2014)

Taufik. 2012. Model – Model Konseling. Padang: Jurusan Bimbingan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar