Entri Populer

Jumat, 12 April 2013

PSIKONEUROSIS


BAB I
PENDAHULUAN
A.  LATAR BELAKANG
Psikoneurosa atau dengan singkat dapat disebutkan neurosa saja adalah gangguan yang terjadi hanya pada sebagian dari pada kepribadian, sehingga orang-orang yang mengalaminya masih bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan biasa atau masih bisa belajar dan jarang memerlukan perawatan khusus di rumah sakit. Permasalahan seperti ini sering terjadi pada orang yang memendam permasalahan sendiri, sehingga menimbulkan permasalahn pada diri pribadinya, sebagai akibat dari apa yang dia pikirkan.
Akibatnya, kegaiatan yang dijalani oleh orang yang mederita neurosa ini, tidak bisa menjalankan kehidupan sehari-harinya dengan efektif. Untuk lebih mengetahui karakteristiknya, maka akan dibahas melalui penjelasan berikut ini. Dengan judul             “ Gangguan Mental Psikoneurisis”.

B.  RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang dapat diambil dari latar belakang diatas adalah:
1.      Apa yang dimaksud dengan psikoneurisis?
2.      Apa karakteristik dari psikoneurosis ?
3.      Apa jenis-jenis dari psikoneurosis ?
4.      Bagaimana cara penanggulangan gangguan psikoneurosis ?

C.  TUJUAN PENULISAN
Makalah ini bertujuan untuk:
1.      Mengetahui pengertian psikoneurosis
2.      Mengetahui karakteristik dari psikoneurosis
3.      Mengetahui jenis-jenis psikoneurosis
4.      Mengetahui penanggulangan bagi penderia psikoneurosis.



BAB II
GANGGUAN MENTAL PSIKONEUROSIS

A.  Pengertian Psikoneurosis
Psikoneurosis atau yang lebih singkat disebut neurosis merupakan satu penyakit mental yag lunak, dicirikan dengan tanda – tanda wawasan yang tidak lengkap mengenai sifat – sifat dari kesukarannya, konflik, reaksi kecemasan, kerusakan parsial atau sebagian dari kepribadiannya dan seringkali tetapi tidak selalu perlu ada, disertai fobia, gagguan pencernaan, dan tingkah laku obsesif-kompulsif (Chaplin, 2009: 327)
Menurut Andi Mappiare ( 2006: 221) neurosis adalah mengacu pada kekacauan pribadi ringan disebabkan oleh konflik dan disertai pula perilaku tidak rasional, hambatan, dan kecemasan, dalam pandangan teori behavior, neurosis adalah perilaku tidak adaptif yang dipelajari.
Neurosis adalah suatu kelainan mental, hanya memberi pengaruh pada sebagian kepribadian, lebih ringan dari psikosis, dan seringkali ditandai dengan keadaan cemas yang kronis, gangguan – gangguan pada indera dan motorik, hambatan emosi, kurang perhatian terhadap lingkungan, dan kurang memiliki energi fisik (Dali Gulo, dalam Deekece, 2012).
Psikoneurosis adalah gangguan yang terjadi hanya pada sebagian kepribadian.  Karena gangguan hanya pada sebagian kepribadian, maka yang bersangkutan masih bisa melakukan pekerjaan/aktivitas sehai-hari. Sebenarnya psikoneurosis bukanah suatu penyakit, yang bersangkutan masih dapat kita sebut normal.Psikoneurosis pada hakikatnya bukanlah suatu penyakit. Orang-orang yang menderita psikoneurosis pada umumnya dapat kita golongkan sebagai orang yang normal. Yang diderita oleh psikoneurosis adalah ketegangan pribadi yang terus menerus. Orang tersebut tidak dapat mengatasi konfliknya sehingga ketegangan tidak kunjung reda dan akhirnya menjadi neurosis. Psikoneurosis dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang datang dari luar maupun yang datang dari dalam diri sendiri.
Jadi, psikoneurosis merupakan gangguan yang terjadi hanya pada sebagian dari kepribadian, sehingga orang yang mengalaminya masih bisa melakuka pekerjaan – pekerjaan biasa sehari – hari atau masih bisa belajar dan jarang memerlukan perawatan khusus di rumah sakit atau di tempat – tempat tertentu.

B.  Karakteristik Umum Perilaku Psikoneurosis
Menurut Chaplin (2009: 82) yang menjadi karakteristik neurosis adalah (1) satu bentuk neurosa yang sudah berlanjut lama, atau gangguan jiwa yag muncul pada masa kanak – kanak dan (2) satu gangguan psikologis yang ditandai dengan kebimbingan dalam kemauan.
Chaplin (2009: 465) juga menyebutkan bahwa suatu gangguan neurosis disebabkan oleh satu situasi yang sangat traumatis sifatnya, misalnya satu pertempuran, sebagai lawan dari neurosa karakter, yang diakibatkan oleh gangguan kepribadian yang parah pada masa kanak – kanak.
Sedangkan Kartini Kartono (dalam Deekece, 2012) berpendapat sebab – sebab dari  timbulnya psikoneurosis adalah:
1.    Tekanan – tekanan sosial yang berat dan tekana kultural yang sangat kuat, yang menyebabkan ketakutan – kecemasan dan ketegangan – ketegangan dalam batin sendiri yag kronis dan berat, sehingga individu yang bersangkutan mengalami kepatahan mental
2.    Individu mengalami banyak frustasi, konflik – konflik emosional, dan konflik internal yang serius, yang sudah dimulai sejak masa kanak – kanak
3.    Individu pada umumnya menjadi tidak rasional sebab sering memakai defence mekanisme yang negatif dan lemahlah pertahanan diri secara fisik dan mental
4.    Pribadinya sangat labil, tidak imbang, dan kemauannya sangat lemah.
Dari pernyataan diatas jelaslah bahwasanya penyebab dari psikoneurosis adalah ketidakmampuan individu dalam menghadapi masalah – masalah yang dialaminya disebabkan karena pribadi individu tidak terintegrasi.

C.  Jenis – jenis Psikoneurosis
Kelainan jiwa yang disebut neurosis ditandai dengan bermacam-macam gejala. Dan berdasarkan gejala yang paling menonjol, sebutan atau nama untuk jenis neurosis diberikan. Dengan demikian pada setiap jenis neurosis terdapat ciri-ciri dari jenis neurosis yang lain, bahkan kadang-kadang ada pasien yang menunjukkan begitu banyak gejala sehingga gangguan jiwa yang dideritanya sukar untuk dimasukkan pada jenis neurosis tertentu (W.F. Maramis, dalam Deekece, 2012)
Bahwa nama atau sebutan untuk neurosis diberikan berdasarkan gejala yang paling menonjol atau paling kuat. Atas dasar kriteria ini para ahli mengemukakan jenis-jenis neurosis sebagai berikut (W.F. Maramis, dalam Deekece,2012)
1.    Neurosis cemas (anxiety neurosis atau anxiety state)
a.    Gejala-gejala neurosis cemas
Tidak ada rangsang yang spesifik yang menyebabkan kecemasan, tetapi bersifat mengambang bebas, apa saja dapat menyebabkan gejala tersebut. Bila kecemasan yang dialami sangat hebat maka terjadi kepanikan.
1)   Gejala somatis dapat berupa sesak nafas, dada tertekan, kepala ringan seperti mengambang, lekas lelah, keringat dingan, dst.
2)   Gejala psikologis berupa kecemasan, ketegangan, panik, depresi, perasaan tidak mampu, dst.
b.    Faktor penyeban neurosis cemas
Menurut Maramis (dalam Deekece, 2012), faktor pencetus neurosis cemas sering jelas dan secara psikodinamik berhubungan dengan faktor-faktor yang menahun seperti kemarahan yang dipendam.
c.    Terapi untuk penderita neurosis cemas
Terapi untuk penederita neurosis cemas dilakukan dengan menemukan sumber ketakutan atau kekuatiran dan mencari penyesuaian yang lebih baik terhadap permasalahan. Mudah tidaknya upaya ini pada umumnya dipengaruhi oleh kepribadian penderita.
 Ada beberapa jenis terapi yang dapat dipilih untuk menyembuhkan neurosis cemas, yaitu :
 1) psikoterapi individual
 2) psikoterapi kelompok
 3) psikoterapi analitik
 4) sosioterapi
 5) terapi seni kreatif
 6) terapi kerja
 7) terapi perilaku dan farmakoterapi.

2.    Histeria
a.    Gejala-gejala histeria
Histeria merupakan neurosis yang ditandai dengan reaksi-reaksi emosional yang tidak terkendali sebagai cara untuk mempertahankan diri dari kepekaannya terhadap rangsang-rangsang emosional. Pada neurosis jenis ini fungsi mental dan jasmaniah dapat hilang tanpa dikehendaki oleh penderita. Gejala-gejala sering timbul dan hilang secara tiba-tiba, terutama bila penderita menghadapi situasi yang menimbulkan reaksi emosional yang hebat.
b.    Jenis-jenis Histeria
Histeria digolongkan menjadi 2, yaitu reaksi konversi atau histeria minor dan reaksi disosiasi atau histeria mayor.
1)   Histeria minor atau reaksi konversi
Pada histeria minor kecemasan diubah atau dikonversikan (sehingga disebut reaksi konversi) menjadi gangguan fungsional susunan saraf somatomotorik atau somatosensorik, dengan gejala: lumpuh, kejang-kejang, mati raba, buta, tuli, dst.
2)   Histeria mayor atau reaksi disosiasi
Histeria jenis ini dapat terjadi bila kecemasan yang yang alami penderita demikian hebat, sehingga dapat memisahkan beberapa fungsi kepribadian satu dengan lainnya sehingga bagian yang terpisah tersebut berfungsi secara otonom, sehingga timbul gejala-gejala : amnesia, somnabulisme, fugue dan kepribadian ganda.
c.    Faktor penyebab histeria
Menurut Sigmund Freud, histeria terjadi karena pengalaman traumatis (pengalaman menyakitkan) yang kemudian direpresi atau ditekan ke dalam alam tidak sadar. Maksudnya adalah untuk melupakan atau menghilangkan pengalaman tersebut. Namun pengalaman traumatis tersebut tidak dapat dihilangkan begitu saja, melainkan ada dalam alam tidak sadar (uncociousness) dan suatu saat muncul kedalam sadar tetapi dalam bentuk gannguan jiwa.
d.   Terapi terhadap penderita histeria
Ada beberapa teknik terapi yang dapat dilakukan untuk menyembuhkan hysteria yaitu:
a)    Teknik hipnosis (pernah diterapkan oleh dr. Joseph Breuer)
b)   Teknik asosiasi bebas (dikembangkan oleh Sigmund Freud)
c)    Psikoterapi suportif.
d)   Farmakoterapi.
3.    Neurosis fobik
a.    Gejala-gejala neurosis fobik
Neurosis fobik merupakan gangguang jiwa dengan gejala utamanya fobia, yaitu rasa takut yang hebat yang bersifat irasional terhadap suatu benda atau keadaan. Fobia dapat menyebabkan timbulnya perasaan seperti akan pingsan, rasa lelah, mual, panik, berkeringat dst.
Ada bermacam-macam fobia yang nama atau sebutannya menurut faktor yang menyebabkan ketakutan tersebut, misalnya :
a)      Hematophobia: takut melihat darah
b)      Hydrophobia: takut pada air
c)      Pyrophibia: takut pada api
d)     Acrophobia: takut berada di tempat yang tinggi
b.     Faktor penyebab neurosis fobik
Neurosis fobik terjadi karena penderita pernah mengalami ketakutan dan shock hebat berkenaan dengan situasi atau benda tertentu, yang disertai perasaan malu dan bersalah. Pengalaman traumastis ini kemudian direpresi (ditekan ke dalam ketidak sadarannya). Namun pengalaman tersebut tidak bisa hilang dan akan muncul bila ada rangsangan serupa.
c.    Terapi untuk penderita neurosis fobik
Menurut Maramis (dalam Deekece, 2012) neurosa fobik sulit untuk dihilangkan sama sekali bila gangguan tersebut telah lama diderita atau berdasarkan fobi pada masa kanak-kanak. Namun bila gangguan tersebut relatif baru dialami proses penyembuhannya lebih mudah. Teknik terapi yang dapat dilakukan untuk penderita neurosis fobik adalah :
a)      Psikoterapi suportif, upaya untuk mengajar penderita memahami apa yang sebenarnya dia alami beserta psikodinamikanya.
b)      Terapi perilaku dengan deconditioning, yaitu setiap kali penderita merasa takut dia diberi rangsang yang tidak menyenagkan.
c)      Terapi kelompok.
d)     Manipulasi lingkungan.
4.    Neurosis obsesif-kompulsif
a.    Gejala-gejala neurosis obsesif-kompulsif
Istilah obsesi menunjuk pada suatu ide yang mendesak ke dalam pikiran atau menguasai kesadaran dan istilah kompulsif menunjuk pada dorongan atau impuls yang tidak dapat ditahan untuk tidak dilakukan meskipun sebenarnya perbuatan tersebut tidak perlu dilakukan.
Contoh obsesif-kompulsif antara lain :
a)      Kleptomania : keinginan yang kuat untuk mencuri meskipun dia tidak membutuhkan barang yang ia curi.
b)      Pyromania : keinginan yang tidak bisa ditekan untuk membakar sesuatu.
c)      Wanderlust : keinginan yang tidak bisa ditahan untuk bepergian.
d)     Mania cuci tangan : keinginan untuk mencuci tangan secara terus menerus.
b.    Faktor penyebab neurosis obsesif-kompulsif
Neurosis jenis ini dapat terjadi karena faktor-faktor sebagai berikut (Yulia, dalam  Deekece, 2012):
a)      Konflik antara keinginan-keinginan yang ditekan atau dialihkan.
b)      Trauma mental emosional, yaitu represi pengalaman masa lalu (masa kecil).
c.    Terapi untuk penderita neurosis obsesif-kompulsif
a)    psikoterapi suportif;
b)   penjelasan dan pendidikan;
c)    terapi perilaku.
5.    Neurosis depresif
a.    Gejala-gejala neurosis depresif
Neurosis depresif merupakan neurosis dengan gangguan utama pada perasaan dengan ciri-ciri: kurang atau tidak bersemangat, rasa harga diri rendah, dan cenderung menyalahkan diri sendiri. Gejala-gejala utama gangguan jiwa ini adalah :
a)      gejala jasmaniah : senantiasa lelah.
b)      gejala psikologis : sedih, putus asa, cepat lupa, insomnia, anoreksia, ingin mengakhiri hidupnya, dst.

b.    Faktor penyebab neurosis depresif
Menurut hasil riset mutakhir sebagaimana dilakukan oleh David D. Burns, bahwa depresi tidak didasarkan pada persepsi akurat tentang kenyataan, tetapi merupakan produk “keterpelesetan mental, bahwa depresi bukanlah suatu gangguan emosional sama sekali, melainkan akibat dari adanya distorsi kognitif atau pemikiran yang negatif yang kemudian menciptakan suasana jiwa terutama perasaan yang negatif pula.
Burns berpendapat bahwa persepsi individu terhadap realitas tidak selalu bersifat objektif. Individu memahami realitas bukan bagaimana sebenarnya realitas tersebut melainkan bagaimana realitas tersebut ditafsirkan. Dan penafsiran ini bisa keliru bahkan bertentangan dengan realitas sebenarnya.
c.    Terapi untuk penderita neurosis depresif
Untuk menyembuhkan depresi, Burns telah mengembangkan teknik terapi dengan prinsip yang disebut terapi kognitif, yang dilakukan dengan prinsip sebagai berikut:
a)    Bahwa semua rasa murung disebabkan oleh kesadaran atau pemikiran yang bersangkutan.
b)   Jika depresi sedang terjadi maka berarti pemikiran telah dikuasai oleh kekeliruan yang mendalam.
c)    Bahwa pemikiran negative menyebabkan kekacauan emosional.
Terapi kognitif dilakukan dengan cara membetulkan pikiran yang salah, yang telah menyebabkan terjadinya kekacauan emosional. Selain terapi kognitif, bisa pula penderita depresi mendapatkan farmakoterapi.
6.    Neurasthenia
a.    Gejala-gejala neurasthenia
Neurasthenia disebut juga penyakit payah. Gejala utama gangguan ini adalah tidak bersemangat, cepat lelah meskipun hanya mengeluarkan tenaga yang sedikit, emosi labil dan kemampuan berpikir menurun.
Di samping gejala-gejala utama tersebut juga terdapat gejala-gejala tambahan, yaitu insomnia, kepala pusing, sering merasa dihinggapi bermacam-macam penyakit dsb.
b.    Faktor penyebab neurasthenia
Neurasthenia dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu sebagai berikut:
a)    Terlalu lama menekan perasaan, pertentangan batin, kecemasan.
b)      Terhalanginya keinginan-keinginan.
c)      Sering gagal dalam menghadapi persaingan-persaingan
c.    Terapi untuk penderita neurasthenia
Upaya membantu penyembuahn penderita neurasthenia dapat dilakukan dengan teknik terapi sebagai berikut:
a)      Psikoterapi supportif
b)      Terapi olah raga
c)      Farmakoterapi.

D.  Cara Penanggulangan Gangguan Psikoneurosis
Penderita Neurosis bisa ditolong dengan memberikan obat untuk menenangkan dirinya namun itu hanya langkah awal untuk melakukan pencegahan, hal berikutnya yang dilakukan dengan memberikan terapi kejiwaan kepada sipenderita melalui jasa psikiater. Namun tidak lupa diberikan bimbingan untuk melakukan pendekatan kepada sang pencipta dengan membiasakan beribadah.
Secara umum penanganannya meliputi 3 strategi (Sri,2013) yaitu:
1.    Membantu individu untuk membedakan antara pikiran dengan tindakan. Menerima segala sesuatu seperti pantangannya sebagaimana orang lainnya dan mengintegrasikannya kedalam struktur pribadi
2.    Membantu individu untuk membedakan antara bahaya yang memang real dengan bahaya yang hanya bersifat bayangan saja/pikiran dan berespon secara tepat terhadap bahaya yang dirasakan
3.    Memblock perilaku yang mengganggu dengan cara memberikan ganjaran yang setimpal bagi yang bersangkutan.
Keseluruhan strategi tersebut bertujuan untuk mengurangi gangguan psikoneurosis dan membantu individu untuk bertindak secara wajar dan normal. Namun, upaya ini membutuhkan waktu sampai dengan gangguan tersebut benar – benar hilang.




BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Neurosis adalah suatu kelainan mental, hanya memberi pengaruh pada sebagian kepribadian, lebih ringan dari psikosis, dan seringkali ditandai dengan keadaan cemas yang kronis, gangguan – gangguan pada indera dan motorik, hambatan emosi, kurang perhatian terhadap lingkungan, dan kurang memiliki energi fisik.
Psikoneurosis adalah gangguan yang terjadi hanya pada sebagian kepribadian.  Karena gangguan hanya pada sebagian kepribadian, maka yang bersangkutan masih bisa melakukan pekerjaan/aktivitas sehai-hari.
Psikoneurosis merupakan gangguan yang terjadi hanya pada sebagian dari kepribadian, sehingga orang yang mengalaminya masih bisa melakuka pekerjaan – pekerjaan biasa sehari – hari atau masih bisa belajar dan jarang memerlukan perawatan khusus di rumah sakit atau di tempat – tempat tertentu.

B.  Saran
Sebagai seorang calon konselor atau guru pembimbing disekolah, sudah layaknya kita membekali diri dengan pengetahuan dan wawasan yang luas mengenal bagaimana gangguan psikoneurosa yang dapat mengganggu mental siswa. Sehingga pada akhirnya dapat membantu siswa dalam mencegah dan menanggulangi masalah gangguan psikoneurosa yang mungkin dialami oleh siswa tersebut.









KEPUSTAKAAN

Chaplin, J. P., 2009. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Deekece. 2012. (online). (http://deekece.blogspot.com/2012_09_01_archive.html) Diakses kamis, 11 April 2013

Mappiare, Andi. 2006. Kamus Istilah Konseling & Terapi. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Sri. 2013. (online). (http://sri89.blogspot.com/2013/01/psikoneurosis.html) Diakses kamis, 10 April 2013