BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Psikoneurosa atau dengan singkat dapat disebutkan neurosa
saja adalah gangguan yang terjadi hanya pada sebagian dari pada kepribadian,
sehingga orang-orang yang mengalaminya masih bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan
biasa atau masih bisa belajar dan jarang memerlukan perawatan khusus di rumah
sakit. Permasalahan seperti ini sering terjadi pada orang yang memendam
permasalahan sendiri, sehingga menimbulkan permasalahn pada diri pribadinya,
sebagai akibat dari apa yang dia pikirkan.
Akibatnya, kegaiatan yang dijalani oleh orang yang mederita
neurosa ini, tidak bisa menjalankan kehidupan sehari-harinya dengan efektif.
Untuk lebih mengetahui karakteristiknya, maka akan dibahas melalui penjelasan
berikut ini. Dengan judul “
Gangguan Mental Psikoneurisis”.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Rumusan masalah
yang dapat diambil dari latar belakang diatas adalah:
1. Apa
yang dimaksud dengan psikoneurisis?
2. Apa
karakteristik dari psikoneurosis ?
3. Apa
jenis-jenis dari psikoneurosis ?
4. Bagaimana cara penanggulangan gangguan psikoneurosis ?
C.
TUJUAN
PENULISAN
Makalah ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui
pengertian psikoneurosis
2. Mengetahui
karakteristik dari psikoneurosis
3. Mengetahui
jenis-jenis psikoneurosis
4. Mengetahui
penanggulangan bagi penderia psikoneurosis.
BAB II
GANGGUAN MENTAL PSIKONEUROSIS
A.
Pengertian Psikoneurosis
Psikoneurosis atau yang lebih singkat disebut neurosis
merupakan satu penyakit mental yag lunak, dicirikan dengan tanda – tanda
wawasan yang tidak lengkap mengenai sifat – sifat dari kesukarannya, konflik,
reaksi kecemasan, kerusakan parsial atau sebagian dari kepribadiannya dan
seringkali tetapi tidak selalu perlu ada, disertai fobia, gagguan pencernaan,
dan tingkah laku obsesif-kompulsif (Chaplin, 2009: 327)
Menurut Andi Mappiare ( 2006: 221) neurosis adalah
mengacu pada kekacauan pribadi ringan disebabkan oleh konflik dan disertai pula
perilaku tidak rasional, hambatan, dan kecemasan, dalam pandangan teori
behavior, neurosis adalah perilaku tidak adaptif yang dipelajari.
Neurosis adalah suatu kelainan mental, hanya memberi
pengaruh pada sebagian kepribadian, lebih ringan dari psikosis, dan seringkali
ditandai dengan keadaan cemas yang kronis, gangguan – gangguan pada indera dan
motorik, hambatan emosi, kurang perhatian terhadap lingkungan, dan kurang
memiliki energi fisik (Dali Gulo, dalam Deekece, 2012).
Psikoneurosis adalah gangguan yang terjadi hanya pada
sebagian kepribadian. Karena gangguan hanya pada sebagian
kepribadian, maka yang bersangkutan masih bisa melakukan pekerjaan/aktivitas
sehai-hari. Sebenarnya psikoneurosis bukanah suatu penyakit, yang bersangkutan
masih dapat kita sebut normal.Psikoneurosis pada hakikatnya bukanlah suatu
penyakit. Orang-orang yang menderita
psikoneurosis pada umumnya dapat kita golongkan sebagai orang yang normal. Yang diderita oleh psikoneurosis
adalah ketegangan pribadi yang terus menerus. Orang tersebut tidak dapat mengatasi
konfliknya sehingga ketegangan tidak kunjung reda dan akhirnya menjadi neurosis. Psikoneurosis dapat disebabkan oleh
faktor-faktor yang datang dari luar maupun yang datang dari dalam diri sendiri.
Jadi, psikoneurosis merupakan gangguan
yang terjadi hanya pada sebagian dari kepribadian, sehingga orang yang
mengalaminya masih bisa melakuka pekerjaan – pekerjaan biasa sehari – hari atau
masih bisa belajar dan jarang memerlukan perawatan khusus di rumah sakit atau
di tempat – tempat tertentu.
B.
Karakteristik
Umum Perilaku Psikoneurosis
Menurut Chaplin (2009: 82) yang menjadi
karakteristik neurosis adalah (1) satu bentuk neurosa yang sudah berlanjut
lama, atau gangguan jiwa yag muncul pada masa kanak – kanak dan (2) satu
gangguan psikologis yang ditandai dengan kebimbingan dalam kemauan.
Chaplin (2009: 465) juga menyebutkan
bahwa suatu gangguan neurosis disebabkan oleh satu situasi yang sangat
traumatis sifatnya, misalnya satu pertempuran, sebagai lawan dari neurosa
karakter, yang diakibatkan oleh gangguan kepribadian yang parah pada masa kanak
– kanak.
Sedangkan Kartini Kartono (dalam
Deekece, 2012) berpendapat sebab – sebab dari timbulnya psikoneurosis adalah:
1.
Tekanan – tekanan sosial yang berat dan tekana kultural
yang sangat kuat, yang menyebabkan ketakutan – kecemasan dan ketegangan –
ketegangan dalam batin sendiri yag kronis dan berat, sehingga individu yang
bersangkutan mengalami kepatahan mental
2.
Individu mengalami banyak frustasi, konflik – konflik
emosional, dan konflik internal yang serius, yang sudah dimulai sejak masa
kanak – kanak
3.
Individu pada umumnya menjadi tidak rasional sebab sering
memakai defence mekanisme yang negatif dan lemahlah pertahanan diri secara
fisik dan mental
4.
Pribadinya sangat labil, tidak imbang, dan kemauannya
sangat lemah.
Dari pernyataan diatas jelaslah
bahwasanya penyebab dari psikoneurosis adalah ketidakmampuan individu dalam
menghadapi masalah – masalah yang dialaminya disebabkan karena pribadi individu
tidak terintegrasi.
C.
Jenis – jenis
Psikoneurosis
Kelainan jiwa yang disebut neurosis ditandai dengan
bermacam-macam gejala. Dan berdasarkan gejala yang paling menonjol, sebutan
atau nama untuk jenis neurosis diberikan. Dengan demikian pada setiap jenis
neurosis terdapat ciri-ciri dari jenis neurosis yang lain, bahkan kadang-kadang
ada pasien yang menunjukkan begitu banyak gejala sehingga gangguan jiwa yang
dideritanya sukar untuk dimasukkan pada jenis neurosis tertentu (W.F. Maramis, dalam Deekece,
2012)
Bahwa nama atau sebutan untuk neurosis diberikan berdasarkan
gejala yang paling menonjol atau paling kuat. Atas dasar kriteria ini para ahli
mengemukakan jenis-jenis neurosis sebagai berikut (W.F. Maramis, dalam
Deekece,2012)
1.
Neurosis cemas (anxiety
neurosis atau anxiety state)
a. Gejala-gejala neurosis cemas
Tidak ada rangsang yang spesifik yang menyebabkan kecemasan,
tetapi bersifat mengambang bebas, apa saja dapat menyebabkan gejala tersebut.
Bila kecemasan yang dialami sangat hebat maka
terjadi kepanikan.
1) Gejala somatis dapat berupa sesak
nafas, dada tertekan, kepala ringan seperti mengambang, lekas lelah, keringat
dingan, dst.
2) Gejala psikologis berupa kecemasan,
ketegangan, panik, depresi, perasaan tidak mampu, dst.
b. Faktor penyeban neurosis cemas
Menurut Maramis (dalam Deekece, 2012), faktor pencetus neurosis cemas
sering jelas dan secara psikodinamik berhubungan dengan faktor-faktor yang
menahun seperti kemarahan yang dipendam.
c. Terapi untuk penderita neurosis
cemas
Terapi untuk penederita neurosis cemas dilakukan dengan
menemukan sumber ketakutan atau kekuatiran dan mencari penyesuaian yang lebih
baik terhadap permasalahan. Mudah tidaknya upaya ini pada umumnya dipengaruhi
oleh kepribadian penderita.
Ada beberapa jenis terapi yang dapat dipilih untuk
menyembuhkan neurosis cemas, yaitu :
1) psikoterapi individual
2) psikoterapi kelompok
3) psikoterapi analitik
4) sosioterapi
5) terapi seni kreatif
6) terapi kerja
7) terapi perilaku dan farmakoterapi.
2.
Histeria
a. Gejala-gejala histeria
Histeria merupakan neurosis yang ditandai dengan
reaksi-reaksi emosional yang tidak terkendali sebagai cara untuk mempertahankan
diri dari kepekaannya terhadap rangsang-rangsang emosional. Pada neurosis jenis
ini fungsi mental dan jasmaniah dapat hilang tanpa dikehendaki oleh penderita.
Gejala-gejala sering timbul dan hilang secara tiba-tiba, terutama bila penderita menghadapi situasi
yang menimbulkan reaksi emosional yang hebat.
b. Jenis-jenis Histeria
Histeria digolongkan menjadi 2, yaitu reaksi konversi atau
histeria minor dan reaksi disosiasi atau histeria mayor.
1) Histeria minor atau reaksi konversi
Pada histeria minor kecemasan diubah
atau dikonversikan (sehingga disebut reaksi konversi) menjadi gangguan
fungsional susunan saraf somatomotorik atau somatosensorik, dengan gejala:
lumpuh, kejang-kejang, mati raba, buta, tuli, dst.
2) Histeria mayor atau reaksi disosiasi
Histeria jenis ini dapat terjadi
bila kecemasan yang yang alami penderita demikian hebat, sehingga dapat
memisahkan beberapa fungsi kepribadian satu dengan lainnya sehingga bagian yang
terpisah tersebut berfungsi secara otonom, sehingga timbul gejala-gejala :
amnesia, somnabulisme, fugue dan kepribadian ganda.
c. Faktor penyebab histeria
Menurut Sigmund Freud, histeria terjadi karena pengalaman
traumatis (pengalaman menyakitkan) yang kemudian direpresi atau ditekan ke
dalam alam tidak sadar. Maksudnya adalah untuk melupakan atau menghilangkan
pengalaman tersebut. Namun pengalaman traumatis tersebut tidak dapat
dihilangkan begitu saja, melainkan ada dalam alam tidak sadar (uncociousness)
dan suatu saat muncul kedalam sadar tetapi dalam bentuk gannguan jiwa.
d. Terapi terhadap penderita histeria
Ada beberapa teknik terapi yang
dapat dilakukan untuk menyembuhkan hysteria yaitu:
a)
Teknik hipnosis (pernah diterapkan oleh dr. Joseph Breuer)
b)
Teknik asosiasi bebas (dikembangkan oleh Sigmund Freud)
c)
Psikoterapi suportif.
d)
Farmakoterapi.
3.
Neurosis
fobik
a. Gejala-gejala
neurosis fobik
Neurosis fobik merupakan gangguang
jiwa dengan gejala utamanya fobia, yaitu rasa takut yang hebat yang bersifat
irasional terhadap suatu benda atau keadaan. Fobia dapat menyebabkan timbulnya
perasaan seperti akan pingsan, rasa lelah, mual, panik, berkeringat dst.
Ada bermacam-macam fobia yang nama
atau sebutannya menurut faktor yang menyebabkan ketakutan tersebut, misalnya :
a) Hematophobia: takut melihat darah
b) Hydrophobia: takut pada air
c) Pyrophibia: takut pada api
d) Acrophobia: takut berada di tempat yang tinggi
b. Faktor penyebab neurosis fobik
Neurosis fobik terjadi karena
penderita pernah mengalami ketakutan dan shock hebat berkenaan dengan situasi
atau benda tertentu, yang disertai perasaan malu dan bersalah. Pengalaman
traumastis ini kemudian direpresi (ditekan ke dalam ketidak sadarannya). Namun
pengalaman tersebut tidak bisa hilang dan akan muncul bila ada rangsangan serupa.
c. Terapi
untuk penderita neurosis fobik
Menurut Maramis (dalam
Deekece, 2012)
neurosa fobik sulit untuk dihilangkan sama sekali bila gangguan tersebut telah
lama diderita atau berdasarkan fobi pada masa kanak-kanak. Namun bila gangguan
tersebut relatif baru dialami proses penyembuhannya lebih mudah. Teknik terapi
yang dapat dilakukan untuk penderita neurosis fobik adalah :
a) Psikoterapi suportif, upaya untuk
mengajar penderita memahami apa yang sebenarnya dia alami beserta
psikodinamikanya.
b) Terapi perilaku dengan deconditioning,
yaitu setiap kali penderita merasa takut dia diberi rangsang yang tidak
menyenagkan.
c) Terapi kelompok.
d) Manipulasi lingkungan.
4.
Neurosis
obsesif-kompulsif
a. Gejala-gejala
neurosis obsesif-kompulsif
Istilah obsesi menunjuk pada suatu
ide yang mendesak ke dalam pikiran atau menguasai kesadaran dan istilah
kompulsif menunjuk pada dorongan atau impuls
yang tidak dapat ditahan untuk tidak dilakukan meskipun sebenarnya perbuatan
tersebut tidak perlu dilakukan.
Contoh obsesif-kompulsif antara lain
:
a) Kleptomania : keinginan yang kuat untuk
mencuri meskipun dia tidak membutuhkan barang yang ia curi.
b) Pyromania : keinginan yang tidak bisa
ditekan untuk membakar sesuatu.
c) Wanderlust : keinginan yang tidak bisa
ditahan untuk bepergian.
d) Mania cuci tangan : keinginan untuk mencuci
tangan secara terus menerus.
b. Faktor
penyebab neurosis obsesif-kompulsif
Neurosis jenis ini dapat terjadi
karena faktor-faktor sebagai berikut (Yulia, dalam
Deekece, 2012):
a) Konflik antara keinginan-keinginan
yang ditekan atau dialihkan.
b) Trauma mental emosional, yaitu
represi pengalaman masa lalu (masa kecil).
c. Terapi
untuk penderita neurosis obsesif-kompulsif
a) psikoterapi suportif;
b) penjelasan dan pendidikan;
c) terapi perilaku.
5.
Neurosis
depresif
a. Gejala-gejala
neurosis depresif
Neurosis depresif merupakan neurosis dengan gangguan utama
pada perasaan dengan ciri-ciri: kurang atau tidak bersemangat, rasa harga diri
rendah, dan cenderung menyalahkan diri sendiri. Gejala-gejala utama gangguan
jiwa ini adalah :
a) gejala jasmaniah : senantiasa lelah.
b) gejala psikologis : sedih, putus asa, cepat lupa,
insomnia, anoreksia, ingin mengakhiri hidupnya, dst.
b. Faktor
penyebab neurosis depresif
Menurut hasil riset mutakhir
sebagaimana dilakukan oleh David D. Burns, bahwa depresi tidak didasarkan pada
persepsi akurat tentang kenyataan, tetapi merupakan produk “keterpelesetan” mental, bahwa depresi bukanlah
suatu gangguan emosional sama sekali, melainkan akibat dari adanya distorsi
kognitif atau pemikiran yang negatif yang kemudian menciptakan suasana jiwa
terutama perasaan yang negatif pula.
Burns berpendapat bahwa persepsi
individu terhadap realitas tidak selalu bersifat objektif. Individu memahami
realitas bukan bagaimana sebenarnya realitas tersebut melainkan bagaimana
realitas tersebut ditafsirkan. Dan penafsiran ini bisa keliru bahkan bertentangan
dengan realitas sebenarnya.
c. Terapi
untuk penderita neurosis depresif
Untuk menyembuhkan depresi, Burns telah mengembangkan
teknik terapi dengan prinsip yang disebut terapi kognitif, yang
dilakukan dengan prinsip sebagai berikut:
a) Bahwa semua rasa murung disebabkan
oleh kesadaran atau pemikiran yang bersangkutan.
b) Jika depresi sedang terjadi maka
berarti pemikiran telah dikuasai oleh kekeliruan yang mendalam.
c) Bahwa pemikiran negative menyebabkan
kekacauan emosional.
Terapi kognitif dilakukan dengan
cara membetulkan pikiran yang salah, yang telah menyebabkan terjadinya
kekacauan emosional. Selain terapi kognitif, bisa pula penderita depresi mendapatkan farmakoterapi.
6. Neurasthenia
a. Gejala-gejala
neurasthenia
Neurasthenia disebut juga penyakit payah. Gejala utama
gangguan ini adalah tidak bersemangat, cepat lelah meskipun hanya mengeluarkan
tenaga yang sedikit, emosi labil dan kemampuan berpikir menurun.
Di samping gejala-gejala utama tersebut juga terdapat
gejala-gejala tambahan, yaitu insomnia, kepala pusing, sering merasa dihinggapi
bermacam-macam penyakit dsb.
b. Faktor
penyebab neurasthenia
Neurasthenia dapat terjadi karena
beberapa faktor, yaitu sebagai berikut:
a) Terlalu lama menekan perasaan,
pertentangan batin, kecemasan.
b) Terhalanginya keinginan-keinginan.
c) Sering gagal dalam menghadapi
persaingan-persaingan
c. Terapi
untuk penderita neurasthenia
Upaya membantu penyembuahn penderita neurasthenia dapat
dilakukan dengan teknik terapi sebagai berikut:
a) Psikoterapi supportif
b) Terapi olah raga
c) Farmakoterapi.
D.
Cara Penanggulangan
Gangguan Psikoneurosis
Penderita
Neurosis bisa ditolong dengan memberikan obat untuk menenangkan dirinya namun
itu hanya langkah awal untuk melakukan pencegahan, hal berikutnya yang
dilakukan dengan memberikan terapi kejiwaan kepada sipenderita melalui jasa
psikiater. Namun tidak lupa diberikan bimbingan untuk melakukan pendekatan
kepada sang pencipta dengan membiasakan beribadah.
Secara umum penanganannya meliputi 3
strategi (Sri,2013) yaitu:
1.
Membantu individu untuk membedakan antara pikiran dengan
tindakan. Menerima segala sesuatu seperti pantangannya sebagaimana orang
lainnya dan mengintegrasikannya kedalam struktur pribadi
2.
Membantu individu untuk membedakan antara bahaya yang
memang real dengan bahaya yang hanya bersifat bayangan saja/pikiran dan
berespon secara tepat terhadap bahaya yang dirasakan
3.
Memblock perilaku yang mengganggu dengan cara memberikan
ganjaran yang setimpal bagi yang bersangkutan.
Keseluruhan strategi tersebut bertujuan
untuk mengurangi gangguan psikoneurosis dan membantu individu untuk bertindak
secara wajar dan normal. Namun, upaya ini membutuhkan waktu sampai dengan
gangguan tersebut benar – benar hilang.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Neurosis
adalah suatu kelainan mental, hanya memberi pengaruh pada sebagian kepribadian,
lebih ringan dari psikosis, dan seringkali ditandai dengan keadaan cemas yang
kronis, gangguan – gangguan pada indera dan motorik, hambatan emosi, kurang
perhatian terhadap lingkungan, dan kurang memiliki energi fisik.
Psikoneurosis adalah gangguan yang terjadi hanya pada
sebagian kepribadian. Karena gangguan hanya pada sebagian
kepribadian, maka yang bersangkutan masih bisa melakukan pekerjaan/aktivitas
sehai-hari.
Psikoneurosis merupakan gangguan yang
terjadi hanya pada sebagian dari kepribadian, sehingga orang yang mengalaminya
masih bisa melakuka pekerjaan – pekerjaan biasa sehari – hari atau masih bisa
belajar dan jarang memerlukan perawatan khusus di rumah sakit atau di tempat –
tempat tertentu.
B.
Saran
Sebagai seorang calon konselor atau
guru pembimbing disekolah, sudah layaknya kita membekali diri dengan
pengetahuan dan wawasan yang luas mengenal bagaimana gangguan psikoneurosa yang
dapat mengganggu mental siswa. Sehingga pada akhirnya dapat membantu siswa
dalam mencegah dan menanggulangi masalah gangguan psikoneurosa yang mungkin
dialami oleh siswa tersebut.
KEPUSTAKAAN
Chaplin, J. P., 2009. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : Raja
Grafindo Persada
Deekece. 2012. (online). (http://deekece.blogspot.com/2012_09_01_archive.html) Diakses kamis, 11 April 2013
Mappiare, Andi. 2006. Kamus Istilah Konseling & Terapi.
Jakarta : Raja Grafindo Persada
Sri. 2013. (online). (http://sri89.blogspot.com/2013/01/psikoneurosis.html) Diakses kamis, 10 April 2013