KONSELING SELF
A.
Pengantar
Konseling Self
Konseling
yang berpusat pada klien (client –
centreted) sering pula disebut dengan konseling teori diri (self theory), konseling non – direktif dan konseling
Rogerian. Konseling self (client –
centered) ini dipelopori oleh Rogers. Menurut Rogers konseling dan
psikoterapi tidak mempunyai perbedaan. Konseling yang berpusat pada klien
berkembang dengan pesat di Amerika Serikat dan diterima sebagai konsep dan alat
baru dalam terapi yang diterapkan tidak hanya bagi orang dewasa akan tetapi
juga bagi remaja dan anak – anak.
Rogers
menggunakan pendekatan humanistic dalam mempelajari kepribadian manusia. Rogers
optimis bahwa secara kodrati manusia itu baik, rasonal, dan memiliki
kecenderungan untuk berkembang secara penuh (human development). Untuk
mencapai pertumbuhan, secara optimal diperlukan kondisi :
a. Keaslian/
apa adanya (genuines)
b. Penghargaan
positif tanpa syarat (unconditional
positif regard)
c. Pemahaman
yang empati (emphatic understanding) (Taufik, 2012: 137)
Dalam
konseling diperlukan kondisi seperti itu, yaitu adanya kehangatan, keikhlasan,
pemberian penghargaan positif, dan penuh pengertian, yang dapat membantu klien
untuk menjalani struktur dirinya dalam hubungan dengan pengalamannya yang unik.
Klien dapat menghadapi dan menerima karakteristik dirinya tanpa perasaan
terancam. Dengan demikian individu dapat menuju arah penerimaan diri dan nilai
– nilai, serta dapat mengubah aspek dirinya sesuai dengan prinsip hidupnya.
Menurut
Rogers (dalam Taufik, 2012: 137) konstruk
inti konseling client centered adalah konsep tentang diri (self) yang terbentuk melalui atau karena
pengalaman yang datang dari luar dan dalam diri individu yang bersangkutan.
Adapun kepribadian manusia terdiri dari unsur – unsure organism yang merupan
keseluruhan dan kesatuan individu, serta memiliki sifat – sifat tertentu.
Lapangan fenomenal (fenomenal field)
adalah merupakan keseluruhan pengalaman individu yang sifatnya sadar dan atau
tidak sadar, serta dapat dipandang sebagai konfigurasi persepsi yang
terorganisasikan tentang diri yang membawa ke kesadaran. Hak itu terdiri dari
unsure – unsure persepsi terhadap karakteristik dan kecakapan seseorang,
pengamatan dan konsep diri dalam hubungan dengan orang lain dan lingkungan,
serta nilai – nilai dari aku sebagai obyek. Self merupakan inti dari
kepribadian. Di dalam self terdapat diri yang ideal dan diri mewujudkan
potensinya dalam bentuk aktualisasi diri. Sedangkan diri yang actual adalah
diri.
Orang
yang sehat menurut Rogers adalah orang yang mampu berkembang dengan penuh.
Adapun cirri- cirinya adalah : terbuka akan pengalaman, menghayati setiap
peristiwa dengan penuh kesadaran, dan mampu mengambil keputusan sendiri. Oleh
sebab itu, konsep terapi yang digunakan dalam konseling, adalah konselor
hendaklah mampu masuk dalam hubungan subyektif klien, bukan berbentuk hubungan
antara pasien dan dokter.
B.
Pandangan
tentang Manusia
Adapun
asumsu tentang manusia menurut Konseling Self ini adalah sebagai berikut:
1. Manusia
adalah rasional, tersosialisasikan dan dapat menentukan nasibnya sendiri
2. Dalam
kondisi yang memungkinkan, manusia akan mampu mengarahkan diri sendiri, maju
dan menjadi individu yang positif dan konstruktif
C.
Teori
Kepribadian
Kepribadian
merupakan hasil dari interaksi terus menerus antara organisme, lapangan
fenomenal, dan self, serta selalu dalam keadaan berkembang.
Struktur
kepribadian meliputi komponen OLS :
a. Organisme
· Merupakan
keseluruhan dari seseorang : keberadaan fikirannya, tingkah lakunya, dan
jasmaniahnya, organism bertindak sebagai suatu kesatuan dalam memenuhi
kebutuhannya.
· Kebutuhan
dasar adalah beraktualisasi diri, yaitu : dorongan untuk membesar, meluas,
berkembang, dan matang
· Organism
mendambahkan berkembang secara penuh dan terbebas dari control eksternal
· Organisme
bertindak dalam kesadaran
b. Lapangan fenomenal
Lapangan
Fenomena meliputi pengalaman internal (persepsi mengenai diri sendiri) dan
pengalaman eksternal (persepsi mengenai dunia luar). Lapangan fenomena juga
meliputi pengalaman yang disimbolkan (diamati dan disusun dalam kaitannya
dengan diri sendiri), disimbolkan tetapi diingkari/dikaburkan (karena tidak
konsisten dengan struktur dirinya), dan tidak disimbolkan atau diabaikan
(karena diamati tidak mempunyai hubungan dengan struktur diri). Pengalaman yang
disimbolkan disadari, sedangkan pengalaman yang diingkari dan diabaikan tidak
disadari. Semua persepsi bersifat subjektif, dengan kata lain benar menurutnya
sendiri. Medan fenomena seseorang tidak dapat diketahui oleh orang lain kecuali
melalui inferensi empirik, itupun pengetahuan yang diperoleh tidak bakal
sempurna.
c. Self
Self
merupakan satu-satunya struktur kepribadian yang sebenarnya. Dengan kata lain
self terbentuk melalui deferiensiasi medan fenomena dan melalui introjeksi
nilai-nilai orang tertentu serta dari distorsi pengalaman. Self bersifat
integral dan konsisten. Pengalaman yang tidak sesuai dengan struktur self
dianggap ancaman dan self dapat berubah sebagai akibat kematangan biologik dan
belajar. Konsep self menggambarkan konsepsi mengenai dirinya sendiri, ciri-ciri
yang dianggapnya menjadi bagian dari dirinya. Misalnya, orang mungkin memandang
dirinya sebagai; “saya cerdas, menyenangkan, jujur, baik hari, dan menarik”.
Sejalan
dengan uraian di atas, menurut Bischof (dalam Taufik, 2012: 142) Rogers
mendeskripsikan tingkah laku manusia melalui pemahaman prinsip – prinsip:
1. Tema Self
·
Manusia hidup dalam pengalamanya sendiri
, disadari maupun tidak
·
Reaksi – reaksi organism pada lapangan
tersebut disebut dengan lapangan persepsi, realitas berdasarkan pengetesan dan
penerimaan sistem perceptual sendiri
·
Reaksi – reaksi orgaismen di
organisasikan dalam lapangan phenomena secara keseluruhan, maju berdasarkan
tujuan
·
Organisme mempunyai upaya untuk
mengaktualisasikan, memelihara dan meningkatkan pengalamannya (organismenya)
·
Perilaku organism didasari upaya
organism untuk memuaskan kebutuhannya sebagai pengalaman,
·
Kepribadian selalu berusaha untuk
mengintegrasikan dua sifat dari emosi yaitu senang tak senang, tenang marah,.
·
Pemahaman perilaku individu adalah
kerangka piker internal individu itu sendiri
·
Self berkembang melalui usaha keras
dengan belajar
·
Struktur self dibentuk dan
diorganisasikan sesuai dengan sistem nilai dan konsep dirinya berdasarkan
interaksinya dengan lingkungan.
·
Pengalaman mempunyai nilai – nilai
yang secara langsung dapat dirasakan,
diambil, dirubah sesuai self nya
·
Self adalah dasar untuk membuka persepsi
atau untuk persepsi sesuatu di bawah kesadarannya.
·
Kebanyakan cara - ara yang diadopsi organism adalah yang
konsisten dengan konsep self-nya
·
Tingkah laku dipengaruhi oleh pengalaman
organism dan kebutuhan yang tak disimbolisasikan
·
Ketidaksesuaian psikologis terjadi bila
organism menolak menyadari sensori dengan pengalaman yang mendalam yang tidak
diorganisasikan dalam struktur self
·
Kesesuaian psikologis terjadi bila
keseluruhan sensori dan pengalaman diasimilasikan dalam symbol secara konsisten
dengan konsep self
·
Pengalaman yang tidak konsisten dengan
organisas struktur self, dirasakan sebagai ancaman terhadap struktur self yang telah
ada
·
Diperlukan penerimaan dan pemahaman yang
mendalam terhadap pengalaman yang dapat diintegrasikan dalam struktur self
·
Selama individu memperoleh kepercayaan
dalam menilai.
D. Perkembangan Kepribadian Salah Suai
a. Adanya ketidakseimbangan atau
ketidaksesuaian antara pengalaman organismik
dan self yang menyebabkan
individu merasa dirinya rapuh dan mengalami salah suai.
b. Karakteristik kepribadia salah
suai :
·
Estrangement : membenarkan apa yang sesunghunya oleh diri sendiri dirasakan
tidak mengenakkan.
·
Incongruity in behavior : ketidaksesuaian tingkah laku karena COW, hal ii
sering menimbulkan kecemasan.
·
Kecemasan : kondisi yang ditimbulkan oleh adanya ancaman terhadap kesadaran
tentang diri sendiri.
·
Defense mechanism (DM): tindakan yang diambil oleh individu agar tampak
konsisten terhadap struktur self (yang salah itu).
·
Gejala tingkah laku salah suai :
·
Kecemasan atau ketegangan terus menerus.
·
Tingkah laku yang rigid – tidak luwes.
·
Menolak situasi baru.
·
Salah dalam memperkirakan.
·
Menolak untuk menyadari pengalaman-pengalamannya sendiri.
·
Tingkah lakunya tidak terduga.
·
Sering tidak rasional.
·
Tidak mampu mengontrol dirinya sendiri.
E. Tujuan dan Proses Konseling
a. Tujuan
1. Pada dasarnya :
·
Klien sendiri yang menentukan tujuan konseling.
·
Membantu klien menjadi lebih matang dan kembali melakukan self-actualization (SA) dengan
menghilangkan hambatan-hambatannya.
2. Secara lebih khusus : membebaskan
klien dari lingkungan tingkah laku (yang dipelajarinya) selama ini, yang
semuanya itu membuat dirinya palsu dan terganggu dalam SA-nya .
b. Proses Konseling
·
Klien merasa nyaman berada bersama konselor, karena konselor tidak pernah
merespon negatif unconditional positif
regard (UPR).
·
Klien didorong untuk sebanyak mungkin menggunakan kata ganti “saya”.
·
Klien didorong untuk melihat pengalaman-pengalaman nya dari sudut yang
lebih realistic.
·
Klien mengekspresikan perasaan yang benar-benar ia rasakan.
·
Klien didorong untuk kembali menjadi dirinya sendiri.
F. Situasi Konseling
1. Kondisi yang diperlukan untuk
proses konseling :
·
Psychological
contact (secara minimum harus ada).
·
Minimum state
of anxiety (MSA) : apabila klien merasa tidak
enak dengan keadaannya sekarang maka ia cenderung berkehendak untuk mengubah
dirinya.
·
Conselor
genuiness : jujur, tulus, tanpa pamrih.
·
Unconditioned
positive regard and respect :
Penghargaan yang tulus kepada klien (KTPS).
·
Emphatic
understanding : konselor benar-benar memahami
kondisi internal klien, merasakan jika seandainya konselor sendiri yang menjadi
klien.
·
Client
perception : klien perlu merasakan bahwa kondisi-kondisi
diatas memang ada.
·
Concretness,
immediacy, and confrontation : ini
merupakan teknik-teknik khusus dalam proses konseling.
2. Pendekatan “jika-maka” (PJM)
·
Jika konselor mampu menciptakan kondisi-kondisi di atas, maka proses konseling dapat terjadi
·
Jika proses konseling dapat terjadi, maka
suatu hal nyata (yaitu perubahan pada diri klien) akan dapat diraih. Hasil ini
mengacu pada kembalinya klien ke jalan menuju SA.
3. Penerapan :
·
Konselor menjadi alter ego bagi klien.
·
Tanggung jawab dalam hubugan konseling diletakkan pada klien, bukan pada
konselor.
·
Waktu perlu dibatasi, hal ini disampaikan kepada klien.
·
Fokus kegiatan konseling adalah terhadap individu klien, bukan terhadap
masalah.
·
Menekankan asas kekinian: disini dan sekarang.
·
Diagnosis oleh konselor tidak perlu, klien mendiagnosis diri sendiri.
·
Lebih menekankan aspek-aspek emosional dari pada intelektual.
·
Konselor tidak perlu memberikan berbagai informasi kepada klien.
·
Tes dipergunakan dengan amat sangat terbatas.
G. Kekuatan dan Kelemahan
1. Kekuatan
·
Pemusatan pada klien bukan pada
konselor dalam konseling.
·
Identifikasi dan penekanan hubungan konseling sebagai wahana utama dalam
merubah kepribadian.
·
Lebih menekankan pada sikap konselor dari pada teknik.
·
Memberikan kemungkinan untuk melakukan penelitian dan penemuan kuantitatif.
·
Penekanan emosi, perasaan dan afektif dalam konseling.
2. Kelemahan
·
Terlalu menekankan pada aspek afektif, emosional, perasaan sebagai penentu
perilaku, tetapi merupakan faktor intelektif, kognitif dan rasional.
·
Penggunaan teori untuk membantu klien tidak sesuai dengan teori.
·
Tujuan untuk setiap klien yaitu memaksimalkan diri dirasa terlalu luas,
umum dan longgar sehingga sulit untuk menilai setiap individu.
·
Tujuan ditetapkan oleh klien, tetapi tujuan konseling kadang-kadang dibuat
tergantung lokasi konselor dan klien.
·
Meskipun terbukti bahwa konseling client centered diakui efektif, tapi
bukti-bkti tidak cukup sistematik dan lengkap terutama yang berkaitan dengan
klien yang kecil tanggung jawabnya.
·
Sulit bagi konselor untuk benar-benar bersifat netral dalam situasi
hubungan interpersonal.
Sumber :
Mohamad. Surya. 2003. Teori-Teori
Konseling. Bandung: Pustaka Bani Quraisy
Prayitno. 1998. Konseling
Pancawaskita. Padang: UNP
Taufik. 2012. Model – model Konseling. Padang : UNP
http://fauzizdeslav.blogspot.com/2013/10/konseling-self-konself.html
, diakses [ada 23 April 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar