Entri Populer

Jumat, 07 November 2014

Analisis KOPSIN


ANALISIS KASUS
KONSELING PSIKOLOGI INDIVIDUAL (KOPSIN)



1.      IDENTITAS KLIEN
Nama                              : R
Jenis kelamin                  : Laki - laki
Agama                            : Islam
Alamat                           : Padang
Cita-cita                         : Koki / Chef Master
Hobi                               : Main game
Status dalam keluarga    : Anak kandung


2.      TOPIK PERMASALAHAN
Merasa diri sangat berbeda dengan teman yang lain karena kecacatan fisik yang dialaminya yaitu tunawicara.

3.      GAMBARAN MASALAH
R ada siswa di salah satu SMK di Kota Padang. R adalah siswa yang sangat ramah, suka menyapa orang dengan senyuman, rajin belajar. Namun, yang menjadi permasalahan dalam diri R yaitu ia sering merasa minder ketika bersama dengan teman – teman, berkumpul sambil mengobrol baik di kelas maupun di luar kelas. Ia dapat mendengar apa yang disampaikan orang lain dengan alat bantu dan mengerti apa yang diucapkan oleh orang lain. Namun, ia tidak bisa dengan lancar untuk menjawab kembali sapaan ataupun obrolan temannya. Karena merasa memiliki kekurangan pada salah satu anggota fisiknya, ia pun lebih sering memilih untuk bermain sendiri.
Di kelas, jika tidak ada guru atau tiak sedang jam belajar, teman – temannya sering mengobrol, tetapi ia lebih memilih untuk duduk menyudut dan tidak bergabung dengan teman – temannya.
R memanglah anak yang berasal dari keluarga yang cukup berada, sehingga saat sendiri, atau mengasingkan diri dari teman – temannya, ia pun hanya sibuk memainkan gadgetnya. Ia memfokuskan dirinya dengan teknologi digenggamanya ketimbang bergabung dengan teman – temannya. Ia sering merasa kurang PD karena kekurangan yang dimilikinya.
Meskipun temannya sering mengajak bergabung tetapi ia lebih sering menolak untuk bergabung. Teman – teman di kelasnya selalu mengerti dengan keadaan R. saat R susah, meskipun R tidak ingin dibantu, teman – temannya tetap memaksa R untuk menerima bantuan yang diberikan oleh teman – temannya. Namun, meskipun temanya tetap berusaha untuk mendekati dia, R tetap saja menarik dirinya dari hubungan sosial   terhadap temannya.
Ketika saya masuk kelas R untuk menemani guru junior BK masuk kelas, saya mencuri kesempatan untuk mendekati R beberapa kali, dan alhasil saat bertemu dengan saya R merasa nyaman. Suatu waktu pada saat itu, R minta waktu untuk konseling. Ia menceritakan perasaannya yang merasa tidak percaya diri dengan apa yang ada pada dirinya. Dia memiliki segala teknologi digenggamannya, kendaraan yang keren dan mahal disediakan oleh orang tuanya, akan tetapi dia selalu merasakan kurang. Ia merasa dirinya itu tidak berguna bagi orang lain. Dia hanya menyusahkan orang lain. Orangtuanya memberikan fasilitas mewah kepadanya sehingga ia tidak bisa untuk belajar mandiri. Ia juga merasa, bahwa ia tidak memiliki teman sama sekali. Meskipun banyak teman yang baik kepadanya, tetapi dia merasa bahwa orang lain seperti itu karena kekurangannya. Orang kasihan terhadap dirinya dan hal itu juga yang membuat dia tidak mau membuat orang disekitarnya menjadi susah karenanya. Selain itu, ia juga sebenarnya ingin bergabung dengan teman – teman, tetapi ia tidak percaya diri untuk dapat bergabung dengan teman – teman karena kekurangan fisiknya.

4.      SEBAB TLSS MENURUT KOPSIN
Berdasarkan analisa saya, R seperti demikian karena adanya ketidaknormalan terhadap dirinya yaitu cacat fisik yang dialaminya. Hal ini jelas seperti disebutkan dalam Taufik (2010) Inferiority feeling yang tidak ditanggulangi dengan baik atau sekedar dibesar – besarkan serta berlangsung secara tidak wajar akan dapat menimbulkan bibit – bibit ketidak normalan, apalagi dibarengi dengan (1) kecacatan fisik maupun mental, (2) perlakuan orang tua yang tidak wajar, dan (3) apabila anak diterlantarkan.
Apabila keluarganya mau menanamkan pemahaman dan rasa percaya diri serta mandiri didalam diri R, foi R pun mungkin tidak akan berkembang sampai ia duduk di bangku SMK.

5.      TUJUAN KONSELING
Tujuan konseling adalah membantu klien menstrukturkan kembali masalahnya dan menyadari life style (LS) serta mengurangi penilaian yang bersifat negatif terhadap dirinya serta perasaan-perasaan inferioritasnya. Kemudian membantu dan dalam mengoreksi persepsinya terhadap lingkungan, agar klien bisa mengarahkan tingkah laku serta mengembangkan kembali minat sosialnya. Hal ini dilakukan bertujuan membentuk gaya hidupnya yang lebih efektif.

6.      TEKNIK KONSELING YANG DIGUNAKAN

Menganalisis gaya hidup R :
a.       Konselor harus sampai pada kenyataan tentang faktor-faktor yang meyakinkan akan mempengaruhi persepsi diri R.
b.      Pemahaman yang sebenarnya tentang dirinya .
c.       Konselor harus bisa membandingkan perhatian yang diberikan oleh pihak keluarga terhadap R
d.      Konselor harus bisa menyampaikan penafsirannya tentang point a, b, dan c diatas kepada R.
e.       Dengan penafsiran tersebut diharapkan persepsi R berubah, sehingga kehidupan R dapat berjalan dengan normal dan dapat bersosialisasi dengan baik



Tidak ada komentar:

Posting Komentar