ANALISIS KASUS
KONSELING PSIKOLOGI INDIVIDUAL (KOPSIN)
1. IDENTITAS KLIEN
Nama :
R
Jenis kelamin : Laki - laki
Agama :
Islam
Alamat :
Padang
Cita-cita : Koki
/ Chef Master
Hobi :
Main game
Status dalam keluarga : Anak
kandung
2. TOPIK PERMASALAHAN
Merasa diri
sangat berbeda dengan teman yang lain karena kecacatan fisik yang dialaminya
yaitu tunawicara.
3.
GAMBARAN
MASALAH
R ada siswa di salah
satu SMK di Kota Padang. R adalah siswa yang sangat ramah, suka menyapa orang
dengan senyuman, rajin belajar. Namun, yang menjadi permasalahan dalam diri R
yaitu ia sering merasa minder ketika bersama dengan teman – teman, berkumpul
sambil mengobrol baik di kelas maupun di luar kelas. Ia dapat mendengar apa
yang disampaikan orang lain dengan alat bantu dan mengerti apa yang diucapkan
oleh orang lain. Namun, ia tidak bisa dengan lancar untuk menjawab kembali
sapaan ataupun obrolan temannya. Karena merasa memiliki kekurangan pada salah
satu anggota fisiknya, ia pun lebih sering memilih untuk bermain sendiri.
Di
kelas, jika tidak ada guru atau tiak sedang jam belajar, teman – temannya
sering mengobrol, tetapi ia lebih memilih untuk duduk menyudut dan tidak
bergabung dengan teman – temannya.
R
memanglah anak yang berasal dari keluarga yang cukup berada, sehingga saat
sendiri, atau mengasingkan diri dari teman – temannya, ia pun hanya sibuk
memainkan gadgetnya. Ia memfokuskan dirinya dengan teknologi digenggamanya
ketimbang bergabung dengan teman – temannya. Ia sering merasa kurang PD karena
kekurangan yang dimilikinya.
Meskipun
temannya sering mengajak bergabung tetapi ia lebih sering menolak untuk
bergabung. Teman – teman di kelasnya selalu mengerti dengan keadaan R. saat R
susah, meskipun R tidak ingin dibantu, teman – temannya tetap memaksa R untuk
menerima bantuan yang diberikan oleh teman – temannya. Namun, meskipun temanya
tetap berusaha untuk mendekati dia, R tetap saja menarik dirinya dari hubungan
sosial terhadap temannya.
Ketika saya masuk kelas
R untuk menemani guru junior BK masuk kelas, saya mencuri kesempatan untuk
mendekati R beberapa kali, dan alhasil saat bertemu dengan saya R merasa
nyaman. Suatu waktu pada saat itu, R minta waktu untuk konseling. Ia
menceritakan perasaannya yang merasa tidak percaya diri dengan apa yang ada
pada dirinya. Dia memiliki segala teknologi digenggamannya, kendaraan yang
keren dan mahal disediakan oleh orang tuanya, akan tetapi dia selalu merasakan
kurang. Ia merasa dirinya itu tidak berguna bagi orang lain. Dia hanya
menyusahkan orang lain. Orangtuanya memberikan fasilitas mewah kepadanya sehingga
ia tidak bisa untuk belajar mandiri. Ia juga merasa, bahwa ia tidak memiliki
teman sama sekali. Meskipun banyak teman yang baik kepadanya, tetapi dia merasa
bahwa orang lain seperti itu karena kekurangannya. Orang kasihan terhadap
dirinya dan hal itu juga yang membuat dia tidak mau membuat orang disekitarnya
menjadi susah karenanya. Selain itu, ia juga sebenarnya ingin bergabung dengan
teman – teman, tetapi ia tidak percaya diri untuk dapat bergabung dengan teman
– teman karena kekurangan fisiknya.
4.
SEBAB
TLSS MENURUT KOPSIN
Berdasarkan
analisa saya, R seperti demikian karena adanya ketidaknormalan terhadap dirinya
yaitu cacat fisik yang dialaminya. Hal ini jelas seperti disebutkan dalam
Taufik (2010) Inferiority feeling yang
tidak ditanggulangi dengan baik atau sekedar dibesar – besarkan serta
berlangsung secara tidak wajar akan dapat menimbulkan bibit – bibit ketidak
normalan, apalagi dibarengi dengan (1) kecacatan fisik maupun mental, (2)
perlakuan orang tua yang tidak wajar, dan (3) apabila anak diterlantarkan.
Apabila
keluarganya mau menanamkan pemahaman dan rasa percaya diri serta mandiri
didalam diri R, foi R pun mungkin tidak akan berkembang sampai ia duduk di
bangku SMK.
5.
TUJUAN
KONSELING
Tujuan konseling
adalah membantu klien menstrukturkan kembali masalahnya dan menyadari life
style (LS) serta mengurangi penilaian yang bersifat negatif terhadap dirinya
serta perasaan-perasaan inferioritasnya. Kemudian membantu dan dalam mengoreksi
persepsinya terhadap lingkungan, agar klien bisa mengarahkan tingkah laku serta
mengembangkan kembali minat sosialnya. Hal ini dilakukan bertujuan membentuk
gaya hidupnya yang lebih efektif.
6.
TEKNIK
KONSELING YANG DIGUNAKAN
Menganalisis gaya hidup
R :
a.
Konselor
harus sampai pada kenyataan tentang faktor-faktor yang meyakinkan akan
mempengaruhi persepsi diri R.
b.
Pemahaman
yang sebenarnya tentang dirinya .
c.
Konselor
harus bisa membandingkan perhatian yang diberikan oleh pihak keluarga terhadap
R
d.
Konselor
harus bisa menyampaikan penafsirannya tentang point a, b, dan c diatas kepada R.
e.
Dengan
penafsiran tersebut diharapkan persepsi R berubah, sehingga kehidupan R dapat berjalan dengan
normal dan dapat bersosialisasi dengan baik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar