KONSELING
PSIKOLOGI INDIVIDUAL (KOPSIN)
A.
Pengantar
Koseling Psikologi Individual
Model konseling
psikologi individual dipelopori oleh Alfred Addler. Model konseling psikologi
individual didasarkan atas pandangan holistic mengenai pribadi manusia. Kata individual
berarti bahwa manusia dipandang sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan. Karena itu manusia juga tidak terpisah menjadi bagian – bagian,
maka kepribadian itu, dipandang sebagai suatu kesatuan atau keseluruhan yang
tidak dapat dipisahkan .
Salah satu implikasi
dari pandangan tersebut adalah bahwa klien seyogyanya dipandang sebagai suatu
bagian terpadu dalam sistem sosial. Psikologi individual tertumpu pada
keyakinan pokok bahwa kebahagiaan dan keberhasilan seseorang pada umumya
berkaitan dengan keterkaitan sosial. Adler (dalam Fauziz, 2013) berpendapat
bahwa manusia mempunyai kebutuhan yang kuat untuk merasa bersatu dengan orang
lain.
Manusia memiliki
kebutuhan yang kuat untuk menempati dan menemukan tempat yang berarti dalam
masyarakat. Tiadanya perasaan untuk mendapatkan tempat dan diterima oleh orang
lain merupakan salah satu musibah yang paling hebat terhadap perasaan manusia.
Manusia itu tidak hanya membutuhkan orang lain, manusia juga mempunyai perasaan
untuk diterima oleh orang lain.
Menurut Adler (dalam
Taufik, 2012:78) masalah dalam kehidupan adalah yang menyangkut dengan sosial.
Bagi Freud, komponen yang paling esensi dari kehidupan manusia adalah kemampuan
untuk “bercinta” dan “bekerja”. Bagi Adler fungsi sehat tidak hanya cinta da
bekerja, tetapi perhatiannya lebih diarahkan bagi kesejahteraan bersama
(sosial).
Adler nampaknya tidak
memikirkan tentang struktur dan tahap – tahap perkembangan kepribadian. Seperti
konsep – ko sep tentang perasaannya, kecenderungan untuk reify atau berkonsentrasi,
tentang sesuatu yang abstrak. Dalam pandangannya, perasaan, pikiran dan karya
seseorang beroperasi pada phenomenological.
Pemikiran Adler adalah cikal bakal dari teori humanistic seperti yang
dikemukakan oleh Abraham Maslow, Carl Ransom Rogers, teori lapangan oleh Kurt
Lewin dan Kognitif Theory oleh George Kelly.
B.
Perkembangan
Kepribadian
Pada periode umur 4 – 5
tahun merupakan saat yang menjadi dasar yang sangat menentukan perkembanga
kepribadian seseorang. Adler meyakini bahwa setiap orang dilahirkan dengan
dilengkapi “feeling of inferiority”
(rasa rendah diri), namun dibalik itu ada dorongan untuk menjadi superiority (rasa diri lebih) (Taufik,
2012: 89)
Menurut Rochman
Natawidjaja (dalam Taufik, 2012: 90) perasaan rendah diri itu dapat merupakan
sumber kreativitas, tujuan hidup adalah kesempurnaan dan bukan kesenangan.
Selanjutnya Adler (dalam Taufik, 2012: 90) mengemukakan bahwa rasa rendah diri
yang secara khas dikaitkan dengan pengakuan masa kanak – kanak dengan
ketergantungan pada orang dewasa dan kepada alam semesta.
Taufik (2012: 90)
mengatakan tujuan hidup adalah kesempurnaan bukan kesenangan. Adler menekankan
bahwa setiap manusia memiliki perasaan rendah hati. Individu berusaha mengatasi
ketidakberdayaannya dengan berkompensasi yakni mengembangkan gaya hidup yang
memungkinkan tercapainya keberhasilan yang diinginkannya.
C.
Perkembangan
Kepribadian Salah Suai
Pada dasarnya
keabnormalan atau salah suai kepribadian seseorang disebabkan oleh inferiority feeling. Inferiority feeling yang
tidak ditanggulangi dengan baik atau sekedar dibesar – besarkan serta
berlangsung secara tidak wajar akan dapat menimbulkan bibit – bibit ketidak
normalan, apalagi dibarengi dengan (1) kecacatan fisik maupun mental, (2)
perlakuan orang tua yang tidak wajar, dan (3) apabila anak diterlantarkan.
Faktor utama penyebab
ketidakmampuan menyesuaikan diri adalah minat sosial yang tidak berkembang.
Selain faktor rendahnya minat sosial faktor lain yang menimbulka neurotic
adalah karena individu (1) cenderung menetapkan tujuan yang terlalu tinggi, (2)
hidup dalam dunianya sendiri, dan (3)
mempunyai gaya hidup yang kaku dan dogmatic.
Adler (dalam Taufik,
2012: 92) menyataka bahwa gaya hidup yang salah suai adalah hasil dari tiga
kondisi di masa kanak – kanak, kelemahan organic (cacat) pemanjaan dan
pengabaian. Anak – anak dengan cacat fisik akan kesulitan dalam tugas – tugas
kehidupannya. Melalui pemahaman orang tua dapat dikembangkan kekuatan untuk
berkompensasi dari kelemahannya tersebut di bidang lain.
D.
Tujuan
Konseling
1.
Mengubah konsep tentang diri klien
sendiri. Individu yang mengalami masalah sebetulnya disebabkan oleh karena
konsep diri yang dimilikinya bersifat negative, dalam arti dia sering melihat
dirinya tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
2.
Melalui perubahan konsep diri sendiri,
diharapkan akan dapat berubah pula fisiknya
3.
Dari perubahan fisiknya diharapkan akan
berubah pula gaya hidupa dan akhir dapat diubah tingkah lakunya.
E.
Proses
Konseling
Pada saat konseling
yang harus dilakukan oleh konselor yaitu mengumpulkan data - data dan informasi tentang kehidupan klien
pada masa balita. Menurut W.S. Winkel (dalam Taufik, 2012: 95) hal ini untuk
menemukan feeling of inferiority yang mungkin masih tertahan sampai sekarang
dan untuk menemukan usaha – usaha guna untuk menutupi rasa rendah dirinya
melalui berbagai bentuk kompensasi sehingga melalui tampak gaya hidup
perseorangannya.
Hansen (dalam Taufik,
2012: 96) merekomendasikan hal – hal yang harus diperhatikan konselor untuk
menganalisis tingkah laku kliennya:
1.
Tingkah laku holistic (tingkah laku yag
ada sangkut pautnya dan tidak berdiri sendiri)
2.
Dalam proses konseling tidak semuanya
harus diperhatikan tetapi konselor hanya mengungkapkan bagian yang penting saja
dari tingkah laku khususnya penyebab tingkah laku salah suai
3.
Sebagai makhluk sosial tingkah laku
individu itu hanya bisa dimengerti dalam kaitannya dengan hal – hal yang
bersifat sosial
4.
Motivasi individu hanya dapat dimengerti
dengan baik apabila dipandang dari bagaimana individu mencari pengakuan dari
orang lain akan tingkah laku yang ditampilkannya
5.
Rasa memiliki dan dimiliki adalah
sesuatu yang mendasar bagi keberadaan manusia
Melaksanakan proses
konsleing menurut psikologi konsleing individual, maka dari itu yang harus
diperhatikan konselor dalam proses konseling ialah:
1.
Harus ada perwujudan hubungan yang akrab
antara konselor dan klien
2.
Konselor mendengarkan dan memahami apa –
apa yang disampaikan oleh klien
3.
Tahapan dalam proses konseling:
a. Konselor
mencoba berusaha untuk mengerti tujuan hidup dan gaya hidup yag dianut klien
sampai proses konseling
b. Konselor
mencoba menganalisis dan menafsirkan tingkah laku klien. Kemudian konselor
berusaha menyampaikan kepada klien hasil analisis dan penafsirannya tersebut.
c. Menganalisis
permasalahan itu dalam kaitanya dengan minat sosial klien
F.
Teknik
konseling
Teknik
konseling yang digunakan oleh konselor adalah:
1. Teknik komparatif. Dalam teknik ini
konselor melakukan perbandingan dirinya dengan konselor. Dengan empati,
konselor mencoba membayangkan gaya hidup dan masalah klien dalam dirinya. Atas
dasar itu konselor kemudian membantu klien untuk memperbaiki gaya hidup dan
memecahkan masalah klien.
2. Teknik analisis mimpi. Menurut Adler, mimpi merupakan
refleksi gambaran tujuan hidup klien. Dengan menganalisis mimpi yang dialami
klien maka konselor dapat memperkirakan tujuan hidup klien. Atas dasar itu
kemudian konselor membantu klien.
Selain itu ada beberapa fase yang
dilakukan konselor dalam memberikan layanan konseling berdasarkan model ini,
yaitu menciptakan hubungan (fase I), menggali dinamika individual (fase II),
memberi semangat untuk pemahaman (fase III), menolong agar bisa berorientasi
ulang (fase IV) .
Fase membina hubungan akan sangat
menentukan proses konseling selanjutnya hingga menentukan fase selanjutnya
yaitu menggali dinamika individu. Dinamika individu harus digali untuk
mengetahui gaya hidup dan pemecahan masalah yang tepat bagi individu. Hal-hal
yang digali diantaranya adalah konstelasi keluarga berupa urut-urutan
kelahiran, karena hal itu mempunya pengaru yang besar dalam membentuk gaya
hidup individu. Selanjutnya pengalaman sewaktu usia antara empat hingga enam
tahun atau berbagai kenangan masa kecil. Mimpi yang sering dialami karena bagi
Adlerian hal itu menggambarkan prioritas dan keinginan. Mengenai prioritas itu
sendiri klien diarahkan untuk menilai mana prioritas yang lebih utama dalam
hidupnya.
Proses selanjutnya klien diberi
semangat, dorongan dan pemahaman untuk memupuk semangat dan kepercayaan dirinya
kembali, karena diri atau self membutuhkan hal itu. Terakhir adalah menolong
agar bisa berorientasi ulang yang difokuskan untuk mendorong klien agar bisa
melihat alternatif yang baru dan lebih fungsional. Klien didorong semangatnya
dan sekaligus ditantang untuk mengembangkan keberaniannya mengambil resiko dan
membuat perubahan yang baik dalam hidupnya.
1. Menganalisis
gaya hidup klien. Kegiatan yang termasuk dalam hal ini adalah:
a) Konselor
harus sampai pada kenyataan tentang factor-faktor yang meyakinkan akan
mempengaruhi kepribadian klien sampai dia mengalami masalah hingga saat
konseling berlangsung.
b) Pemahaman
yang sebenarnya tentang pola-pola tingkah lakunya selama ini secara nyata,
untuk menemukan kesenjangan.
c) Konselor
harus sampai dapat membandingkan konstelasi (keadaan) keluarga dimana klien
hidup dengan yang seharusnya, sebab semua itu akan mempengaruhitingkah laku
klien.
d) Konselor
harus bisa menyampaikan penafsirannya kepada klien, tentang hubungan apa yang
diperolehnya dari butir a, b, dan c tersebut.
2. Menginterpretasikan
ingatan-ingatan masa lampau yang lebih ada kaitannya dengan kondisi sekarang,
yaitu keadaan pada waktu berumur dibawah 10 tahun. Keadaan masa lampau itu
diperkirakan akan berpengaruh pada masa sekarang, khususnya pembentukan
kepribadian yang abnormal.
3. Dengan
penafsiran tersebut diharapkan persepsi klien berubah, dan pada akhirnya dia
dapat mengubah tingkah lakunya, sehingga sesuai dengan keadaan sekarang.
G.
Kekuatan
dan Kelemahan Konseling Psikologi Individual
1.
Kekuatan
a) Keyakinan yang optimistik bahwa setiap orang dapat berubah,
dapat mencapai sesuatu, arah evaluasi manusia bersifat positif
b) Penekanan hubungan konseling sebagai suatu media
untuk mengubah klien
c) Menekankan bahwa masyarakat tidak sakit atau salah,
akan tetapi manusianya yang sakit atau salah
d) Menekankan bahwa kekuatan sebagai pusat pendorong
perilaku
2.
Kelemahan
a) Terlalu banyak menekankan pada tilikan intelektual
dalam upaya perubahan
b) Penekanan yang berlebihan pada pengalaman, nilai,
dan minat subyektif sebagai penentu perilaku
c) Minimalkan faktor biologis dan riwayat masa lalu
d) Terlalu banyak menekankan tanggung jawab pada
keterampilan diagnostik konselor.
KEPUSTAKAAN
Fauziz Deslav.
2013. Konseling Psikologi Individual
KOPSIN. (online). (http://fauzizdeslav.blogspot.com/2013/09/konseling-psikologi-individual-kopsin.html,
diakses 1 maret 2014 pukul 9.42)
Taufik. 2002. Model-model Konseling. Padang: BK FIP UNP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar