Entri Populer

Minggu, 28 September 2014

Teori Tiedeman-Miller



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, diperoleh permasalahan sebagai berikut:
1.      Apa konsep-konsep dasar teori pengambilan keputusan karir (teori Tiedeman-Miller)?
2.      Apa karakteristik teori Tiedeman-Miller?
3.      Apa kekuatan dan kelemahan teori Tiedeman-Miller?
4.      Bagaimana penerapan teori Tiedeman Miller dalam layanan BK?

C.    Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Konseling Karir
2.      Mengetahui dan memahami konsep dasar teori pengambilan keputusan karir (teori Tiedeman-Miller)
3.      Mengetahui karakteristik teori Tiedeman-Miller
4.      Mengetahui kekuatan dan kelemahan teori Tiedeman-Miller
5.      Mengetahui penerapan teori Tiedeman-Miller dalam layanan BK.





BAB II
TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR (TEORI TIEDEMAN – MILLER)
A.    Konsep-konsep Dasar Teori Pengambilan Keputusan Karir (Teori Tiedeman – Miller)
David V.Tiedeman mengemukakan bahwa: keputusan untuk memilih pekerjaan, jabatan atau karir tertentu merupakan suatu rentetan akibat dari keputusan-keputusan yang diambil individu pada tahap-tahap kehidupannya dimasa lampau (Sovia Bintang Aurora, 2012). Konsep kunci Tiedeman dalam pendekatan konselingnya terhadap perkembangan karir adalah self-development atau pengembangan diri dalam pengertian yang luas. Fokus utamanya adalah perkembangan kognitif total individu dan proses pembuatan keputusan yang dihasilkannya. Menurut Tiedeman, perkembangan karir terjadi dalam proses perkembangan kognitif secara umum ketika individu mengatasi krisis egonya yang relevan. Dia yakin bahwa perkembangan identitas ego merupakan faktor yang sangat penting dalam proses perkembangan karir.
Dengan singkat, Tiedeman dan O’hara (Yanthy Sameer, 2012) menyatakan bahwa perkembangan karir sebagai fungsi  dari perkembangan karir itu sendiri, dapat dibedakan dan secara komprehensif. Memunculkan gagasan yang kritis dari dalam diri meliputi situasi dan factor social seperti halnya pemenuhan faktor  biologis. Individu terlihat sebagai satu kesatuan yang selalu mengalami perkembangan dan pengambilan keputusan berdasar masa lalu, misalnya: lulusan/alumni dari sekolah/perguruan tinggi mana, sudah menikah/belum dan waktu yang dimiliki.
Seperti halnya teori perkembangan O’hara and Tiedeman (dalam Yanthy Sameer, 2012) “The decision-making process involves anticipation, implementation, and adjustment. The system describes anticipation in terms of the following sequence of events: exploration, crystallization, choice, clarification, induction, reformation, and incubation”. Artinya "Proses pengambilan keputusan melibatkan antisipasi, implementasi, dan penyesuaian. Sistem ini menjelaskan antisipasi dalam hal urutan peristiwa berikut: eksplorasi, kristalisasi, pilihan, klarifikasi, induksi, reformasi, dan inkubasi ". Dari tahapan keseluruhan tersebut termasuk karakteristik dalam pengambilan keputusan karir oleh individu tentang lapangan pekerjaan, diikuti oleh peluang pekerjaan di lapangan, perusahaan yang menjadi pekerja berdasarkan keuntungan, kerugian dan nilai-nilai hubungan.
Akhirnya  dalam pengambilan keputusan karir, individu mencapai suatu titik yang oleh Tiedeman disebut differentiation (diferensiasi) dan integration (integrasi). Diferensiasi adalah proses mengevaluasi self atau self-in-world melalui pengidentifikasian dan studi tentang berbagai aspek okupasi. Proses ini kompleks dan unik untuk masing-masing individu, tergantung pada potensi biologis dan struktur social lingkungannya. Pada saat struktur kognitif individu berkembang, dorongan untuk mencapai diferensiasi pun terbentuk, secara fisiologis ataupun psikologis. Aktivitas dalam lingkungan individu, termasuk pendidikan formal, memberikan stimulasi eksternal.
Menurut Erikson pada tahun 1950 (dalam Yanthy Sameer, 2012) salah satu tujuan utama diferensiasi adalah untuk mengatasi krisis trust-mistrust atau kepercayaan-ketidakpercayaan yang terkait dengan dunia kerja. Tiedeman dan O’Hara pada tahun 1963 (dalam Yanthy Sameer, 2012) berasumsi bahwa masyarakat dan individu senantiasa berusaha ke arah satu tujuan yang sama untuk saling memberikan apa itu makna pada masing-masing individu yang lain. Pada esensinya, individu berusaha untuk berintegrasi ke dalam masyarakat khususnya di dalam suatu karir untuk mendapatkan penerimaan oleh para anggota bidang karir tersebut namun tetap mempertahankan sebagian dari individualitasnya. Jika keunikan individu memperoleh kesesuaian dengan keunikan dunia kerja, integrasi, sintesis, keberhasilan, dan kepuasan akan menyertainya. Menurut Tiedeman, teori pemilihan okupasi dan perkembangan vokasional belum mengeksplorasi bagaimana proses evolusi diferensiasi dan integrasi dapat diaplikasikan pada perkembangan karir. Oleh karena itu, Tiedeman telah mengkonseptualisasikan sebuah pola atau paradigma problem solving sebagai mekanisme pembuatan keputusan karir.
O’Hara pada tahun 1968 dan A. W. Miller pada tahun 1968 (dalam Yanthy Sameer, 2012) menekankan prinsip-prinsip belajar sebagai dasar untuk keputusan vokasional yang efektif. O’Hara mengemukakan bahwa perkembangan karir pada dasarnya merupakan sebuah proses belajar. Karena proses pembuatan keputusan melibatkan apa yang sudah dipelajari oleh individu tentang karir, maka tingkat belajarnya itu akan menentukan keefektifan pilihan-pilihannya. Menurut O’Hara, tujuan vokasional akan terumuskan dengan baik apabila persyaratan-persyaratan pendidikan akademik terkait erat dengan persyaratan vokasional.
Dalam hal-hal tertentu, individu sebaiknya belajar mengeksplorasi dunia kerja dengan mempelajari kosa kata dan symbol-simbol okupasional yang menandai produk-produk atau pekerjaan tertentu. Dengan cara ini, individu dapat belajar membeda-bedakan dan mengintegrasikan berbagai informasi okupasional. Menurut O’Hara, pengenalan terhadap terminology dan orientasi okupasional akan lebih menjamin terbentuknya respon-respon vokasional yang memadai.

B.     Karakteristik Teori
Dalam teorinya David V. Tiedeman (Dewa Ketut Sukardi, 1987:89) mengemukakan bahwa keputusan untuk memilih pekerjaan, jabatan atau karir tertentu merupakan suatu rentetan akibat dari keputusan-keputusan yang dibuat individu pada tahap-tahap kehidupannya masa lalu. Ewin Tri (2012) mengemukakan bahwa pembuatan keputusan menurut David V. Tiedeman dibagi menjadi dua periode, yaitu periode antisipasi (anticipation) dan periode implementasi (implementation). Kedua periode ini merupakan inti dari suatu perkembangan karir. Perkembangan pekerjaan itu diorientasikan dari keputusan mengenai sekolah, kerja, dan kehidupannya.
1.      Periode Antisipasi (The Period of Anticipation)
Richard S. Sharf (1992:307) membagi antisipasi dalam membuat keputusan karir menjadi empat proses, yaitu eksplorasi, kristalisasi, pemilihan, dan klarifikasi. Miller dan Tiedeman pada tahun 1989 menegaskan bahwa tahapan tersebut sebagai panduan
(guideline) dalam mengantisipasi suatu keputusan.
a.       Eksplorasi
Eksplorasi yang dimaksud adalah penjelajahan terhadap kemungkinan alternative keputusan yang akan diambil. Melalui eksplorasi ini, individu mengetahui dengan jelas konsekuensi apa yang akan dialami jika mengambil keputusannya tersebut.


b.      Kristalisasi
Tiedeman dan O’Hara (Richard S. Sharf, 1992:308) berasumsi bahwa kristalisasi merupakan sebuah stabilisasi dari representasi berpikir. Pada tahap ini, pemikiran dan perasaan mulai terpadu dan teratur. Keyakinan atas pilihan yang akan diambil menguat. Definisi tentang alternatif pilihan semakin jelas.

c.       Pemilihan
Sama halnya dengan perkembangan kristalisasi, proses pemilihan pun terjadi. Masalah-masalah individu berorientasi kepada tujuan yang relevan, yaitu individu mulai mengorganisir dalam melengkapi dan menyesuaikan terhadap berbagai pilihan karir masa depan. Sehingga pada tahap ini individu percaya atas pilihannya.

d.      Klarifikasi
Ketika seorang individu membuat keputusan lalu melakukannya, mungkin dalam perjalanannya ada yang lancar mungkin ada yang mempertanyakan seharusnya individu tersebut melakukan eksplorasi kembali, kristalisasi, lalu melakukan pemilihan alternatif kembali dan seterusnya.

2.      Periode Implementasi dan Penyesuaian (The Period of Implementation and Adjusment)
Periode implementasi dan penyesuaian ini oleh David V. Tiedeman digolongkan menjadi tiga tahap, yaitu tahap induksi (induction), tahap transisi (trantition), dan tahap mempertahankan (maintenance).
a.       Tahap Induksi
Tahap ini dimulai dari pengalaman dan kesimpulan yang diteliti. Individu mengorganisir karir dari tujuan individu ke dalam interaksi yang berhubungan dengan masyarakat (misalnya melanjutkan sekolah atau pekerjaan). Selama tahap ini, individu mengutamakan hal-hal yang berkaitan dengan tujuan yang telah dicapainya. Akhirnya pada tahap ini tujuan dan sejumlah alternative menjadi suatu bagian. Dalam arti lain, tujuan individu dan dunia kerja bersimilasi dengan posisinya sebagai salah satu aspek yang memungkinkan mendorongnya untuk berhasil.

b.      Tahap Transisi
Dalam tahap ini, orientasi yang diutamakan adalah disesuaikan kepada penetapan tujuan karir yang diambilnya. Walaupun telah diperoleh kepercayaan bahwa seseorang akan berhasil terhadap pembuatan keputusan karirnya, akan tetapi seorang individu masih mengalami tahap transisi berbagai keputusan yang telah diambilnya, yaitu adanya berbagai kemungkinan bahwa individu akan menyimpang arah.

c.       Tahap Mempertahankan
Pada tahap mempertahankan, individu memelihara keputusan karir yang telah diambilnya. Prospek terhadap segala usahanya telah menuju kepada status di masa mendatang dan seterusnya akan berkembang menjadi pembinaan karir.

Tabel 1. Aspek Antisipasi, Preokupasi, Implementasi, dan Penyesuaian (dalam Yanthy Sameer, 2012).
Aspek Antisipasi atau Preokupasi
Karakteristik
Aspek Implementasi
Karakteristik
Eksplorasi
1.  Berpikir agak temporer dan induktif.

2.  Kemungkinan tindakan dipertimbangkan berulang-ulang.

3.  Melalui imaginasi, individu mengalami berbagai aktivitas dengan mengaitkan perasaan self dalam struktur atau premis tertentu.

4.  Melalui proyeksi, individu mencari tujuan-tujuan tentatif.

5.  Terdapat fokus pada perilaku masa depan dengan beberapa alternatif tindakan.

6.  Merefleksikan aspirasi, kemampuan, minat, dan implikasi sosial di masa depan yang terkait dengan pilihan karir.
Induksi
1.      Dalam periode ini dimulai pengalaman interaksi sosial dan identifikasi karir.

2.      Lebih jauh mengidentifikasi self dan mempertahankan self dalam sistem sosial karir.

3.      Pada saat mengalami penerimaan dalam karir, bagian dari self berpadu dengan kelompok penerima.

4.      Terdapat kemajuan dalam pencapaian tujuan individu tetapi dalam kerangka totalitas karir dengan tujuan sosialnya.
Kristalisasi
1.  Asesmen terhadap berbagai alternatif terus dilakukan.

2.  Mempertimbangkan beberapa alternatif.

3.  Muncul beberapa alternatif pilihan.

4.  Pilihan-pilihan tentatif mungkin direevaluasi dalam proses penilaian dan pengurutan.

5.   Tujuan menjadi lebih pasti dan terbentuk tetapi ada kemungkinan untuk diubah.

6.  Terdapat langkah yang pasti menuju stabilitas pemikiran.
Reformasi
1.   Kelompok karir memberikan pengakuan dan penerimaan sebagai anggota kelompok.

2.   Terdapat ketegasan di pihak individu di dalam maupun di luar kelompok karir, yang diperkuat oleh kondisi baru.

3.   Terdapat tindakan asertif dalam bentuk upaya meyakinkan orang lain agar menyesuaikan dengan pandangan diri individu dan ke arah penerimaan yang lebih baik terhadap tujuan yang sudah dimodifikasi.
Pilihan
1.   Memilih satu tujuan yang pasti.

2.   Terfokus pada perilaku tertentu yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Integrasi
1.   Kompromi dalam tujuan dapat dicapai oleh individu pada saat dia berinteraksi dengan kelompok karir.

2.    Objektivitas self dan kelompok karir diperoleh.

3.   Terjadi identifikasi terhadap seorang anggota kelompok karir.

4.   Kepuasan dengan suatu tindakan tercapai, sekurang-kurangnya untuk sementara.
Klarifikasi
1.   Periode ini ditandai dengan klarifikasi lebih lanjut tentang self dalam posisi yang dipilih.

2.   Pertimbangan lebih lanjut tentang posisi yang diantisipasi mengurangi keraguan terhadap keputusan karir.

3.   Keyakinan yang lebih kuat terhadap keputusan karir dikembangkan.

4.   Ini mengakhiri tahap antisipasi atau preokupasi.
-
-
Adapted from Tiedeman and O’hara, 1963
Dari table diatas dijelaskan bahwa Dalam teorinya D.Tiedeman mengemukakan suatu keputusan untuk memilih suatu pekerjaan tertentu,  merupakan suatu proses yang berkesinambungan, terjadi titik-titik keputusan penting bila individu-individu menghadapi seleksi masuk pekerjaan untuk pertama kalinya perubahan dalam pekerjaan-pekerjaan atau perubahan dalam rencana-rencana pendidikan akibat dari keputusan-keputusan yang diambil individu pada tahap-tahap kehidupannya terdahulu (Yanthy Sameer, 2012). Pengambilan keputusan sangat erat kaitannya dengan periode antisipasi dan periode implementasi, dan kedua periode ini merupakan inti dari suatu perkembangan pekerjaan. Keputusan yang telah ditetapkan individu terhadap suatu lapangan kerja memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap keharmonisan hidupnya baik sebagai individu maupun anggota masyarakat. Menurut D.Tiedeman (dalam Yanthy Sameer, 2012) pengambilan keputusan dibagi menjadi dua periode, yaitu periode antisipasi dan implementasi.
1.      Periode Antisipasi
Dalam periode antisipasi ini adalah terdiri dari beberapa tahapan, yaitu tahap eksplorasi, kristalisasi
a.       Tahap eksplorasi
1)      Berpikir agak temporer dan induktif.
2)      Kemungkinan tindakan dipertimbangkan berulang-ulang.
3)      Melalui imaginasi, individu mengalami berbagai aktivitas dengan mengaitkan perasaan self dalam struktur atau premis tertentu.
4)      Melalui proyeksi, individu mencari tujuan-tujuan tentatif.
5)      Terdapat fokus pada perilaku masa depan dengan beberapa alternative  tindakan.
6)      Merefleksikan aspirasi, kemampuan, minat, dan implikasi sosial di masa depan yang terkait dengan pilihan karir.
Dalam tahap eksplorasi sejumlah perbedaan alternatif atau kemungkinan tujuan dipertimbangkan. Berbagai kemungkinan yang akan dicapai digabung-gabungkan dan dipertimbangkan untuk menetapkan atau memutuskan suatu pilihan. Sejumlah alternatif tujuan dijadikan suatu bidang untuk dipilih. Pada tahap ini individu mencoba untuk mengadakan penilaian diri berkaitan dengan berbagai alternatif yang diperkirakan bisa dicapai untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini merupakan penjelajahan untuk mencari dan mengumpulkan berbagai data dan informasi. Contoh: Siswa Sekolah Menengah pertama termasuk remaja awal masa 9 sampai dengan 11 tahun dapat mengambil keputusan karir untuk menentukan sekolah lanjutan Atas (SMA) atau Sekolah Kejuruan (SMK)

b.      Tahap Kristalisasi
1)      Asesmen terhadap berbagai alternatif terus dilakukan.
2)      Mempertimbangkan beberapa alternatif.
3)      Muncul beberapa alternatif pilihan.
4)      Pilihan-pilihan tentatif mungkin direevaluasi dalam proses penilaian dan pengurutan.
5)       Tujuan menjadi lebih pasti dan terbentuk tetapi ada kemungkinan untuk diubah.
6)       Terdapat langkah yang pasti menuju stabilitas pemikiran.

Stabilnya pemikiran yaitu dengan penilaian diri dari berbagai kemungkinan, maka terjadilah suatu pola dalam bentuk alternatif dan segala konsekwensinya disebut kristalisasi. Pertimbangan yang bermanfaat atau tidak bermanfaat, kerugian dan nilai dari tiap-tiap alternative, mengakibatkan timbulnya kristalisasi. Pada tahap ini segala alternative kemungkinan pekerjaan yang dicapai sudah cukup jelas. Contoh: Pengambilan keputusan karir pada masa awal remaja berumur 9 sampai dengan 11 tahun.

c.       Tahap Pemilihan
1)      Memilih satu tujuan yang pasti.
2)      Terfokus pada perilaku tertentu yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Tahap pemilihan akan berlangsung dengan stabilnya kristalisasi. Masalah-asalah individu yang berorientasi ke tujuan yang relevan, yaitu individu mulai mengorganisasi dalam melengkapi dan menyesuaikan terhadap berbagai pilihan untuk masa datang. Tahap ini adalah tahap pilihan atau keputusan akan datang lebih cepat.
Contoh: pemilihan keputusan karir pada masa remaja akhir (berumur 16 sampai 17 tahun) untuk menentukan karir masa depan individu.
d.      Tahap Klarifikasi
1)      Periode ini ditandai dengan klarifikasi lebih lanjut tentang self dalam posisi yang dipilih.
2)      Pertimbangan lebih lanjut tentang posisi yang diantisipasi mengurangi keraguan terhadap keputusan karir.
3)      Keyakinan yang lebih kuat terhadap keputusan karir dikembangkan.
4)      Ini mengakhiri tahap antisipasi atau preokupasi.
Dalam tahap ini individu meneliti kesempatan yang lebih luas dan mendalam, sehingga tahap ini mengemukakan sesuatu (dalam khayalan) yang lebih baik dan sempurna untuk masa mendatang, sehingga menghasilkan kemampuan bertindak yang nyata dan terarah.
Contoh: siswa SMA sudah bisa mengambil keputusan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi atau bekerja.

2.      Periode Implementasi dan Penyesuaian
Periode implementasi dan penyesuaian ini digolongkan menjadi tiga tahap, yaitu: tahap induksi, tahap transisi dan tahap mempertahankan atau memelihara.
a.       Tahap Induksi
1)      Dalam periode ini dimulai pengalaman interaksi sosial dan identifikasi karir.
2)      Lebih jauh mengidentifikasi self dan mempertahankan self dalam sistem sosial karir.
3)      Pada saat mengalami penerimaan dalam karir, bagian dari self berpadu dengan kelompok penerima.
4)      Terdapat kemajuan dalam pencapaian tujuan individu tetapi dalam kerangka totalitas karir dengan tujuan sosialnya.
Tahap ini dimulai dari pengalaman dan kesimpulan yang diteliti. Individu mengorganisasi lapangan kerja yang bersumber dari tujuan-tujuan tertentu kedalam interaksi dengan masyarakat. Selama tahap induksi ini, seseorang mengutamakan hal-hal yang berkaitan dengan tujuan yang telah dicapainya. Akhirnya pada tahap ini tujuan dan sejumlah alternative menjadi satu bagian.
Contoh: individu sudah mampu mengidentifikasi karir apa yang akan diambil/dijalaninya.

b.      Tahap Reformasi
1)      Kelompok karir memberikan pengakuan dan penerimaan sebagai anggota kelompok.
2)      Terdapat ketegasan di pihak individu di dalam maupun di luar kelompok karir, yang diperkuat oleh kondisi baru.
3)      Terdapat tindakan asertif dalam bentuk upaya meyakinkan orang lain agar menyesuaikan dengan pandangan diri individu dan ke arah penerimaan yang lebih baik terhadap tujuan yang sudah dimodifikasi.
Dalam tahap ini, orientasi yang diutamakan disesuaikan dengan penetapan tujuan yang diambilnya. Dalam tahap ini adanya kemungkinan bahwa individu akan menyimpang arah. Contoh: keputusan karir bisa mengalami perubahan dalam proses keputusan karir individu.


c.       Tahap Integrasi
1)      Kompromi dalam tujuan dapat dicapai oleh individu pada saat dia berinteraksi dengan kelompok karir.
2)      Objektivitas self dan kelompok karir diperoleh.
3)      Terjadi identifikasi terhadap seorang anggota kelompok karir.
4)      Kepuasan dengan suatu tindakan tercapai, sekurang-kurangnya untuk sementara.
Dalam tahap ini, individu memelihara atau mempertahankan keputusan yang telah diambilnya. Prospek terhadap usahanya telah menuju kepada status dimasa mendatang dan untuk seterusnya akan berkembang menjadi pembinaan karir. Contoh: individu melakukan kompromi untuk menentukan keputusan karir yang akan diambil atau dijalani.
C.     Kekuatan dan Kelemahan
1.      Kekuatan dari teori ini (Yanthy Sameer, 2012) antara lain:
a.       Meningkatnya  kesadaran diri (self-awareness) sebagai faktor yang penting dan diperlukan dalam proses pembuatan keputusan.
b.      Perhatian diarahkan pada upaya mempengaruhi perubahan dan pertumbuhan melalui penyesuaian terhadap kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di dalam sistem sosial sebuah karir.
c.       Adaptasi dengan lingkungan kerja untuk mendapatkan afiliasi yang bermakna dengan kelompok sebaya juga mendapat penekanan.
d.      Teori ini mempunyai dampak yang penting terhadap proses pembuatan keputusan.
2.      Kelemahan dari teori ini (Yanthy Sameer, 2012) antara lain:
a.       Dukungan data empiriknya masih sangat terbatas
b.      Ketiadaan instrument yang cukup untuk teori ini.
D.    Penerapan dalam Layanan BK
Yanthy Sameer (2012) mengemukakan bahwa teori Tiedeman & O’hara dapat diaplikasikan dalam bimbingan konseling melalui Proses pengambilan keputusan karir peserta didik atau klien berdasarkan:
a.       Merumuskan  pilihan karir klien yang sesuai dengan tujuan individu, merefleksikan kemampuan, minat dan implikasi social untuk masa depannya
b.       Membantu klien dalam memilih satu pilihan karir yang pasti
c.       Konselor memberikan strategi untuk memfasilitasi perkembangan karir ataupun penjelasan tentang proses pemilihan keputusan karir klien dan integrasi informasi karir tentang diri konselor sehingga dapat membantu konseli untuk memahami diri konseli.
d.      Melakukan studi mengenai perkembangan karir.




























BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

B.     Saran
















KEPUSTAKAAN

Dewa Ketut Sukardi. 1987. Bimbingan Karier di Sekolah-sekolah. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Ewin Tri. 2012. “Teori-teori Pilihan Karir”. (Online) (http://ewintribengkulu.blogspot.com/2012 /11/teori-teori-karir.html, diakses 17 Mei 2013 Pukul 22:45 WIB).

Richard S. Sharf. 1992. Applying Career Development Theory To Counseling. California: Brooks Cole Publishing Company).

Sovia Bintang Aurora. 2012. “Teori Pilihan Jabatan atau Karir”. (Online) (http://soviabintangau rora.blogspot.com/2012/12/teori-pilihan-jabatan-atau-karir.html, diakses 17 Mei 2013 Pukul 22:05 WIB).
Yanthy Sameer. 2012. “Teori Perkembangan Karir Tiedeman dan O’hara”. (Online) (http://yan thy-sameer.blogspot.com/2012/02/teori-perkembangan-karir-tiedeman.html, diakses 17 Mei 2013 Pukul 22:15 WIB).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar