BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang, diperoleh permasalahan sebagai berikut:
1. Apa
konsep-konsep dasar teori pengambilan keputusan karir (teori Tiedeman-Miller)?
2. Apa
karakteristik teori Tiedeman-Miller?
3. Apa
kekuatan dan kelemahan teori Tiedeman-Miller?
4. Bagaimana
penerapan teori Tiedeman Miller dalam layanan BK?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan
rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Konseling Karir
2. Mengetahui
dan memahami konsep dasar teori pengambilan keputusan karir (teori
Tiedeman-Miller)
3. Mengetahui
karakteristik teori Tiedeman-Miller
4. Mengetahui
kekuatan dan kelemahan teori Tiedeman-Miller
5. Mengetahui
penerapan teori Tiedeman-Miller dalam layanan BK.
BAB II
TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR
(TEORI TIEDEMAN – MILLER)
A.
Konsep-konsep
Dasar Teori Pengambilan Keputusan Karir (Teori Tiedeman – Miller)
David
V.Tiedeman
mengemukakan
bahwa: keputusan untuk memilih pekerjaan, jabatan atau karir tertentu merupakan
suatu rentetan akibat dari keputusan-keputusan yang diambil individu pada
tahap-tahap kehidupannya dimasa lampau (Sovia Bintang Aurora, 2012). Konsep kunci Tiedeman dalam
pendekatan konselingnya terhadap perkembangan karir adalah self-development atau
pengembangan diri dalam pengertian yang luas. Fokus utamanya adalah
perkembangan kognitif total individu dan proses pembuatan keputusan yang
dihasilkannya. Menurut Tiedeman, perkembangan karir terjadi dalam proses
perkembangan kognitif secara umum ketika individu mengatasi krisis egonya yang
relevan. Dia yakin bahwa perkembangan identitas ego merupakan faktor yang
sangat penting dalam proses perkembangan karir.
Dengan singkat, Tiedeman dan O’hara (Yanthy
Sameer, 2012) menyatakan bahwa perkembangan karir sebagai fungsi dari perkembangan karir itu sendiri, dapat
dibedakan dan secara komprehensif. Memunculkan gagasan yang kritis dari dalam
diri meliputi situasi dan factor social seperti halnya pemenuhan faktor biologis. Individu terlihat sebagai satu
kesatuan yang selalu mengalami perkembangan dan pengambilan keputusan berdasar
masa lalu, misalnya: lulusan/alumni dari sekolah/perguruan tinggi mana, sudah
menikah/belum dan waktu yang dimiliki.
Seperti halnya teori perkembangan
O’hara and Tiedeman (dalam Yanthy Sameer, 2012) “The decision-making process
involves anticipation, implementation, and adjustment. The system describes
anticipation in terms of the following sequence of events: exploration,
crystallization, choice, clarification, induction, reformation, and
incubation”. Artinya "Proses pengambilan keputusan melibatkan antisipasi, implementasi, dan penyesuaian.
Sistem ini menjelaskan antisipasi dalam hal urutan
peristiwa berikut: eksplorasi, kristalisasi,
pilihan, klarifikasi, induksi, reformasi, dan
inkubasi ".
Dari tahapan keseluruhan tersebut
termasuk karakteristik dalam pengambilan keputusan karir oleh individu tentang
lapangan pekerjaan, diikuti oleh peluang pekerjaan di lapangan, perusahaan yang
menjadi pekerja berdasarkan keuntungan, kerugian dan nilai-nilai hubungan.
Akhirnya dalam pengambilan keputusan karir, individu
mencapai suatu titik yang oleh Tiedeman disebut differentiation (diferensiasi)
dan integration (integrasi). Diferensiasi adalah proses mengevaluasi self atau
self-in-world melalui pengidentifikasian dan studi tentang berbagai aspek
okupasi. Proses ini kompleks dan unik untuk masing-masing individu, tergantung
pada potensi biologis dan struktur social lingkungannya. Pada saat struktur
kognitif individu berkembang, dorongan untuk mencapai diferensiasi pun
terbentuk, secara fisiologis ataupun psikologis. Aktivitas dalam lingkungan
individu, termasuk pendidikan formal, memberikan stimulasi eksternal.
Menurut Erikson pada tahun 1950
(dalam Yanthy Sameer, 2012) salah satu tujuan utama diferensiasi adalah untuk
mengatasi krisis trust-mistrust atau kepercayaan-ketidakpercayaan yang terkait
dengan dunia kerja. Tiedeman dan O’Hara pada tahun 1963 (dalam Yanthy Sameer,
2012) berasumsi bahwa masyarakat dan individu senantiasa berusaha ke arah satu
tujuan yang sama untuk saling memberikan apa itu makna pada masing-masing
individu yang lain. Pada esensinya, individu berusaha untuk berintegrasi ke
dalam masyarakat khususnya di dalam suatu karir untuk mendapatkan penerimaan
oleh para anggota bidang karir tersebut namun tetap mempertahankan sebagian
dari individualitasnya. Jika keunikan individu memperoleh kesesuaian dengan
keunikan dunia kerja, integrasi, sintesis, keberhasilan, dan kepuasan akan
menyertainya. Menurut Tiedeman, teori pemilihan okupasi dan perkembangan
vokasional belum mengeksplorasi bagaimana proses evolusi diferensiasi dan
integrasi dapat diaplikasikan pada perkembangan karir. Oleh karena itu,
Tiedeman telah mengkonseptualisasikan sebuah pola atau paradigma problem solving
sebagai mekanisme pembuatan keputusan karir.
O’Hara pada tahun 1968 dan A. W.
Miller pada tahun 1968 (dalam Yanthy Sameer, 2012) menekankan prinsip-prinsip
belajar sebagai dasar untuk keputusan vokasional yang efektif. O’Hara
mengemukakan bahwa perkembangan karir pada dasarnya merupakan sebuah proses
belajar. Karena proses pembuatan keputusan melibatkan apa yang sudah dipelajari
oleh individu tentang karir, maka tingkat belajarnya itu akan menentukan
keefektifan pilihan-pilihannya. Menurut O’Hara, tujuan vokasional akan
terumuskan dengan baik apabila persyaratan-persyaratan pendidikan akademik
terkait erat dengan persyaratan vokasional.
Dalam hal-hal tertentu, individu
sebaiknya belajar mengeksplorasi dunia kerja dengan mempelajari kosa kata dan
symbol-simbol okupasional yang menandai produk-produk atau pekerjaan tertentu.
Dengan cara ini, individu dapat belajar membeda-bedakan dan mengintegrasikan
berbagai informasi okupasional. Menurut O’Hara, pengenalan terhadap terminology
dan orientasi okupasional akan lebih menjamin terbentuknya respon-respon
vokasional yang memadai.
B.
Karakteristik
Teori
Dalam teorinya David V. Tiedeman (Dewa Ketut Sukardi,
1987:89) mengemukakan bahwa keputusan untuk memilih pekerjaan, jabatan atau
karir tertentu merupakan suatu rentetan akibat dari keputusan-keputusan yang
dibuat individu pada tahap-tahap kehidupannya masa lalu. Ewin Tri (2012)
mengemukakan bahwa pembuatan keputusan menurut David V. Tiedeman dibagi menjadi
dua periode, yaitu periode antisipasi (anticipation) dan periode implementasi
(implementation). Kedua periode ini merupakan inti dari suatu perkembangan
karir. Perkembangan pekerjaan itu diorientasikan dari keputusan mengenai
sekolah, kerja, dan kehidupannya.
1. Periode
Antisipasi (The Period of Anticipation)
Richard
S. Sharf (1992:307) membagi antisipasi dalam membuat keputusan karir menjadi
empat proses, yaitu eksplorasi, kristalisasi, pemilihan, dan klarifikasi.
Miller dan Tiedeman pada tahun 1989 menegaskan bahwa tahapan tersebut sebagai
panduan
(guideline) dalam
mengantisipasi suatu keputusan.
a. Eksplorasi
Eksplorasi
yang dimaksud adalah penjelajahan terhadap kemungkinan alternative keputusan
yang akan diambil. Melalui eksplorasi ini, individu mengetahui dengan jelas
konsekuensi apa yang akan dialami jika mengambil keputusannya tersebut.
b. Kristalisasi
Tiedeman
dan O’Hara (Richard S. Sharf, 1992:308) berasumsi bahwa kristalisasi merupakan
sebuah stabilisasi dari representasi berpikir. Pada tahap ini, pemikiran dan
perasaan mulai terpadu dan teratur. Keyakinan atas pilihan yang akan diambil
menguat. Definisi tentang alternatif pilihan semakin jelas.
c. Pemilihan
Sama
halnya dengan perkembangan kristalisasi, proses pemilihan pun terjadi.
Masalah-masalah individu berorientasi kepada tujuan yang relevan, yaitu individu
mulai mengorganisir dalam melengkapi dan menyesuaikan terhadap berbagai pilihan
karir masa depan. Sehingga pada tahap ini individu percaya atas pilihannya.
d. Klarifikasi
Ketika
seorang individu membuat keputusan lalu melakukannya, mungkin dalam perjalanannya
ada yang lancar mungkin ada yang mempertanyakan seharusnya individu tersebut
melakukan eksplorasi kembali, kristalisasi, lalu melakukan pemilihan alternatif
kembali dan seterusnya.
2. Periode
Implementasi dan Penyesuaian (The Period of Implementation and Adjusment)
Periode
implementasi dan penyesuaian ini oleh David V. Tiedeman digolongkan menjadi
tiga tahap, yaitu tahap induksi (induction), tahap transisi (trantition), dan
tahap mempertahankan (maintenance).
a. Tahap
Induksi
Tahap
ini dimulai dari pengalaman dan kesimpulan yang diteliti. Individu
mengorganisir karir dari tujuan individu ke dalam interaksi yang berhubungan
dengan masyarakat (misalnya melanjutkan sekolah atau pekerjaan). Selama tahap
ini, individu mengutamakan hal-hal yang berkaitan dengan tujuan yang telah
dicapainya. Akhirnya pada tahap ini tujuan dan sejumlah alternative menjadi
suatu bagian. Dalam arti lain, tujuan individu dan dunia kerja bersimilasi
dengan posisinya sebagai salah satu aspek yang memungkinkan mendorongnya untuk
berhasil.
b. Tahap
Transisi
Dalam
tahap ini, orientasi yang diutamakan adalah disesuaikan kepada penetapan tujuan
karir yang diambilnya. Walaupun telah diperoleh kepercayaan bahwa seseorang
akan berhasil terhadap pembuatan keputusan karirnya, akan tetapi seorang individu
masih mengalami tahap transisi berbagai keputusan yang telah diambilnya, yaitu
adanya berbagai kemungkinan bahwa individu akan menyimpang arah.
c. Tahap
Mempertahankan
Pada
tahap mempertahankan, individu memelihara keputusan karir yang telah diambilnya.
Prospek terhadap segala usahanya telah menuju kepada status di masa mendatang
dan seterusnya akan berkembang menjadi pembinaan karir.
Tabel 1. Aspek Antisipasi,
Preokupasi, Implementasi, dan Penyesuaian (dalam Yanthy Sameer, 2012).
Aspek
Antisipasi atau Preokupasi
|
Karakteristik
|
Aspek
Implementasi
|
Karakteristik
|
Eksplorasi
|
1.
Berpikir
agak temporer dan induktif.
2. Kemungkinan tindakan dipertimbangkan berulang-ulang.
3.
Melalui
imaginasi, individu mengalami berbagai aktivitas dengan mengaitkan perasaan
self dalam struktur atau premis tertentu.
4.
Melalui
proyeksi, individu mencari tujuan-tujuan tentatif.
5.
Terdapat
fokus pada perilaku masa depan dengan beberapa alternatif tindakan.
6.
Merefleksikan
aspirasi, kemampuan, minat, dan implikasi sosial di masa depan yang terkait dengan
pilihan karir.
|
Induksi
|
1.
Dalam
periode ini dimulai pengalaman interaksi sosial dan identifikasi karir.
2.
Lebih
jauh mengidentifikasi self dan mempertahankan self dalam sistem sosial karir.
3.
Pada
saat mengalami penerimaan dalam karir, bagian dari self berpadu dengan
kelompok penerima.
4.
Terdapat
kemajuan dalam pencapaian tujuan individu tetapi dalam kerangka totalitas
karir dengan tujuan sosialnya.
|
Kristalisasi
|
1.
Asesmen
terhadap berbagai alternatif terus dilakukan.
2.
Mempertimbangkan
beberapa alternatif.
3.
Muncul
beberapa alternatif pilihan.
4.
Pilihan-pilihan
tentatif mungkin direevaluasi dalam proses penilaian dan pengurutan.
5.
Tujuan menjadi lebih pasti dan terbentuk
tetapi ada kemungkinan untuk diubah.
6.
Terdapat
langkah yang pasti menuju stabilitas pemikiran.
|
Reformasi
|
1.
Kelompok
karir memberikan pengakuan dan penerimaan sebagai anggota kelompok.
2.
Terdapat
ketegasan di pihak individu di dalam maupun di luar kelompok karir, yang
diperkuat oleh kondisi baru.
3.
Terdapat
tindakan asertif dalam bentuk upaya meyakinkan orang lain agar menyesuaikan
dengan pandangan diri individu dan ke arah penerimaan yang lebih baik
terhadap tujuan yang sudah dimodifikasi.
|
Pilihan
|
1.
Memilih
satu tujuan yang pasti.
2.
Terfokus
pada perilaku tertentu yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan.
|
Integrasi
|
1.
Kompromi
dalam tujuan dapat dicapai oleh individu pada saat dia berinteraksi dengan
kelompok karir.
2.
Objektivitas self dan kelompok karir
diperoleh.
3.
Terjadi identifikasi
terhadap seorang anggota kelompok karir.
4.
Kepuasan
dengan suatu tindakan tercapai, sekurang-kurangnya untuk sementara.
|
Klarifikasi
|
1.
Periode
ini ditandai dengan klarifikasi lebih lanjut tentang self dalam posisi yang
dipilih.
2.
Pertimbangan
lebih lanjut tentang posisi yang diantisipasi mengurangi keraguan terhadap
keputusan karir.
3.
Keyakinan
yang lebih kuat terhadap keputusan karir dikembangkan.
4.
Ini
mengakhiri tahap antisipasi atau preokupasi.
|
-
|
-
|
Adapted
from Tiedeman and O’hara, 1963
Dari table diatas dijelaskan bahwa
Dalam teorinya D.Tiedeman mengemukakan suatu keputusan untuk memilih suatu
pekerjaan tertentu, merupakan suatu proses yang berkesinambungan, terjadi
titik-titik keputusan penting bila individu-individu menghadapi seleksi masuk
pekerjaan untuk pertama kalinya perubahan dalam pekerjaan-pekerjaan atau
perubahan dalam rencana-rencana pendidikan akibat dari keputusan-keputusan yang
diambil individu pada tahap-tahap kehidupannya terdahulu (Yanthy Sameer, 2012).
Pengambilan keputusan sangat erat kaitannya dengan periode antisipasi dan
periode implementasi, dan kedua periode ini merupakan inti dari suatu
perkembangan pekerjaan. Keputusan yang telah ditetapkan individu terhadap suatu
lapangan kerja memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap keharmonisan
hidupnya baik sebagai individu maupun anggota masyarakat. Menurut D.Tiedeman
(dalam Yanthy Sameer, 2012) pengambilan keputusan dibagi menjadi dua periode,
yaitu periode antisipasi dan implementasi.
1. Periode Antisipasi
Dalam periode antisipasi ini adalah terdiri dari beberapa
tahapan, yaitu tahap eksplorasi, kristalisasi
a. Tahap eksplorasi
1) Berpikir agak temporer dan induktif.
2) Kemungkinan tindakan dipertimbangkan
berulang-ulang.
3) Melalui imaginasi, individu
mengalami berbagai aktivitas dengan mengaitkan perasaan self dalam struktur
atau premis tertentu.
4) Melalui proyeksi, individu mencari
tujuan-tujuan tentatif.
5) Terdapat fokus pada perilaku masa
depan dengan beberapa alternative tindakan.
6) Merefleksikan aspirasi, kemampuan,
minat, dan implikasi sosial di masa depan yang terkait dengan pilihan karir.
Dalam tahap eksplorasi sejumlah perbedaan alternatif atau
kemungkinan tujuan dipertimbangkan. Berbagai kemungkinan yang akan dicapai
digabung-gabungkan dan dipertimbangkan untuk menetapkan atau memutuskan suatu
pilihan. Sejumlah alternatif tujuan dijadikan suatu bidang untuk dipilih. Pada
tahap ini individu mencoba untuk mengadakan penilaian diri berkaitan dengan
berbagai alternatif yang diperkirakan bisa dicapai untuk mencapai tujuan. Pada
tahap ini merupakan penjelajahan untuk mencari dan mengumpulkan berbagai data
dan informasi. Contoh: Siswa Sekolah Menengah pertama termasuk remaja awal masa
9 sampai dengan 11 tahun dapat mengambil keputusan karir untuk menentukan
sekolah lanjutan Atas (SMA) atau Sekolah Kejuruan (SMK)
b. Tahap Kristalisasi
1) Asesmen terhadap berbagai alternatif
terus dilakukan.
2) Mempertimbangkan beberapa
alternatif.
3) Muncul beberapa alternatif pilihan.
4) Pilihan-pilihan tentatif mungkin
direevaluasi dalam proses penilaian dan pengurutan.
5) Tujuan menjadi lebih pasti dan terbentuk
tetapi ada kemungkinan untuk diubah.
6) Terdapat langkah yang pasti menuju stabilitas
pemikiran.
Stabilnya pemikiran yaitu dengan penilaian diri dari
berbagai kemungkinan, maka terjadilah suatu pola dalam bentuk alternatif dan
segala konsekwensinya disebut kristalisasi. Pertimbangan yang bermanfaat atau
tidak bermanfaat, kerugian dan nilai dari tiap-tiap alternative, mengakibatkan
timbulnya kristalisasi. Pada tahap ini segala alternative kemungkinan pekerjaan
yang dicapai sudah cukup jelas. Contoh: Pengambilan keputusan karir pada masa
awal remaja berumur 9 sampai dengan 11 tahun.
c. Tahap Pemilihan
1) Memilih satu tujuan yang pasti.
2) Terfokus pada perilaku tertentu yang
diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Tahap pemilihan akan berlangsung dengan stabilnya
kristalisasi. Masalah-asalah individu yang berorientasi ke tujuan yang relevan,
yaitu individu mulai mengorganisasi dalam melengkapi dan menyesuaikan terhadap
berbagai pilihan untuk masa datang. Tahap ini adalah tahap pilihan atau
keputusan akan datang lebih cepat.
Contoh:
pemilihan keputusan karir pada masa remaja akhir (berumur 16 sampai 17 tahun)
untuk menentukan karir masa depan individu.
d. Tahap Klarifikasi
1) Periode ini ditandai dengan
klarifikasi lebih lanjut tentang self dalam posisi yang dipilih.
2) Pertimbangan lebih lanjut tentang
posisi yang diantisipasi mengurangi keraguan terhadap keputusan karir.
3) Keyakinan yang lebih kuat terhadap
keputusan karir dikembangkan.
4) Ini mengakhiri tahap antisipasi atau
preokupasi.
Dalam tahap ini individu meneliti kesempatan yang lebih luas
dan mendalam, sehingga tahap ini mengemukakan sesuatu (dalam khayalan) yang
lebih baik dan sempurna untuk masa mendatang, sehingga menghasilkan kemampuan
bertindak yang nyata dan terarah.
Contoh:
siswa SMA sudah bisa mengambil keputusan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi
atau bekerja.
2. Periode Implementasi dan Penyesuaian
Periode implementasi dan penyesuaian ini digolongkan menjadi
tiga tahap, yaitu: tahap induksi, tahap transisi dan tahap mempertahankan atau
memelihara.
a. Tahap Induksi
1) Dalam periode ini dimulai pengalaman
interaksi sosial dan identifikasi karir.
2) Lebih jauh mengidentifikasi self dan
mempertahankan self dalam sistem sosial karir.
3) Pada saat mengalami penerimaan dalam
karir, bagian dari self berpadu dengan kelompok penerima.
4) Terdapat kemajuan dalam pencapaian
tujuan individu tetapi dalam kerangka totalitas karir dengan tujuan sosialnya.
Tahap ini dimulai dari pengalaman dan kesimpulan yang
diteliti. Individu mengorganisasi lapangan kerja yang bersumber dari
tujuan-tujuan tertentu kedalam interaksi dengan masyarakat. Selama tahap
induksi ini, seseorang mengutamakan hal-hal yang berkaitan dengan tujuan yang
telah dicapainya. Akhirnya pada tahap ini tujuan dan sejumlah alternative
menjadi satu bagian.
Contoh:
individu sudah mampu mengidentifikasi karir apa yang akan diambil/dijalaninya.
b. Tahap Reformasi
1) Kelompok karir memberikan pengakuan
dan penerimaan sebagai anggota kelompok.
2) Terdapat ketegasan di pihak individu
di dalam maupun di luar kelompok karir, yang diperkuat oleh kondisi baru.
3) Terdapat tindakan asertif dalam
bentuk upaya meyakinkan orang lain agar menyesuaikan dengan pandangan diri
individu dan ke arah penerimaan yang lebih baik terhadap tujuan yang sudah
dimodifikasi.
Dalam tahap ini, orientasi yang diutamakan disesuaikan
dengan penetapan tujuan yang diambilnya. Dalam tahap ini adanya kemungkinan
bahwa individu akan menyimpang arah. Contoh: keputusan karir bisa mengalami
perubahan dalam proses keputusan karir individu.
c. Tahap Integrasi
1) Kompromi dalam tujuan dapat dicapai
oleh individu pada saat dia berinteraksi dengan kelompok karir.
2) Objektivitas self dan kelompok karir
diperoleh.
3) Terjadi identifikasi terhadap
seorang anggota kelompok karir.
4) Kepuasan dengan suatu tindakan
tercapai, sekurang-kurangnya untuk sementara.
Dalam tahap ini, individu memelihara atau mempertahankan
keputusan yang telah diambilnya. Prospek terhadap usahanya telah menuju kepada
status dimasa mendatang dan untuk seterusnya akan berkembang menjadi pembinaan
karir. Contoh: individu melakukan kompromi untuk menentukan keputusan karir
yang akan diambil atau dijalani.
C. Kekuatan
dan Kelemahan
1. Kekuatan dari teori ini (Yanthy Sameer,
2012) antara lain:
a. Meningkatnya kesadaran diri
(self-awareness) sebagai faktor yang penting dan diperlukan dalam proses
pembuatan keputusan.
b. Perhatian diarahkan pada upaya
mempengaruhi perubahan dan pertumbuhan melalui penyesuaian terhadap kebiasaan-kebiasaan
yang berlaku di dalam sistem sosial sebuah karir.
c. Adaptasi dengan lingkungan kerja
untuk mendapatkan afiliasi yang bermakna dengan kelompok sebaya juga mendapat
penekanan.
d. Teori ini mempunyai dampak yang
penting terhadap proses pembuatan keputusan.
2. Kelemahan dari teori ini (Yanthy
Sameer, 2012) antara lain:
a. Dukungan data empiriknya masih
sangat terbatas
b. Ketiadaan instrument yang cukup
untuk teori ini.
D. Penerapan
dalam Layanan BK
Yanthy Sameer (2012) mengemukakan bahwa teori Tiedeman & O’hara dapat
diaplikasikan dalam bimbingan konseling melalui Proses pengambilan keputusan
karir peserta didik atau klien berdasarkan:
a. Merumuskan pilihan karir klien
yang sesuai dengan tujuan individu, merefleksikan kemampuan, minat dan
implikasi social untuk masa depannya
b. Membantu klien dalam memilih satu pilihan
karir yang pasti
c. Konselor memberikan strategi untuk
memfasilitasi perkembangan karir ataupun penjelasan tentang proses pemilihan
keputusan karir klien dan integrasi informasi karir tentang diri konselor sehingga
dapat membantu konseli untuk memahami diri konseli.
d. Melakukan studi mengenai
perkembangan karir.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
KEPUSTAKAAN
Dewa
Ketut Sukardi. 1987. Bimbingan Karier di
Sekolah-sekolah. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Ewin
Tri. 2012. “Teori-teori Pilihan Karir”. (Online) (http://ewintribengkulu.blogspot.com/2012
/11/teori-teori-karir.html, diakses 17 Mei 2013 Pukul 22:45 WIB).
Richard
S. Sharf. 1992. Applying Career
Development Theory To Counseling. California: Brooks Cole Publishing
Company).
Sovia
Bintang Aurora. 2012. “Teori Pilihan Jabatan atau Karir”. (Online) (http://soviabintangau
rora.blogspot.com/2012/12/teori-pilihan-jabatan-atau-karir.html, diakses 17 Mei
2013 Pukul 22:05 WIB).
Yanthy
Sameer. 2012. “Teori Perkembangan Karir Tiedeman dan O’hara”. (Online) (http://yan
thy-sameer.blogspot.com/2012/02/teori-perkembangan-karir-tiedeman.html, diakses 17 Mei
2013 Pukul 22:15 WIB).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar