Entri Populer

Jumat, 12 April 2013

CBSA


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Penyelenggaraan pembelajaran merupakan salah satu tugas utama guru, dimana pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan siswa. Untuk dapat membelajarkan siswanya, salah satu cara yang ditempuh oleh guru ialah dengan menerapkan pendekatan CBSA dan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP) dalam proses pembelajaran. Baik CBSA atau PKP merupakan pendekatan pembelajaran yang tersurat da tersirat dalam kurikulum yang berlaku.
Dalam pembahasan yang terdapat dalam makalah ini yaitu lebih memfokuskan terhadap pendekatn pembelajaran CBSA. Yang mana, konsep CBSA bukanlah suatu hal yang baru dalam proses pendidikan dan pengajara. Dalam proses pembelajaran keaktifa siswa berada dalam kadar atau derajat yang berbeda – beda. Kehadiran CBSA nampaknya mengandung maksud mendorong guru – guru untuk bersungguh – sungguh menyelenggarakan proses pengajaran yang memungkinkan peserta didik terlibat dalam kadar keaktifan belajar yang tinggi. Oleh sebab itu, penulis akan membahas “ Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)”  sebagai topik pembahasan dalam makalah ini.

B.  Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Belajar Pembelajaran
2.    Untuk mengetahui dan memahami apa itu CBSA
3.    Untuk mengetahui dan memahami yang menjadi rasionalisasi CBSA
4.    Untuk mengetahui dan memahami mengenai prinsip – prinsip CBSA
5.    Untuk dapat memahami penerapan CBSA
C.  Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, rumusan masalah dari pembahasan makalah ini adalah:
1.    Apa pengertian dari CBSA?
2.    Bagaimana rasionalisasi CBSA?
3.    Apa saja prinsip – prinsip CBSA?
4.    Bagaimana menerapkan CBSA?

BAB II
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)

A.  Pengertian
Cara belajar siswa akti (CBSA) merupakan istilah yang bermakna sama dengan Student Active Learning (SAL). CBSA bukan disiplin ilmu atau dalam bahasa populer bukan “teori”, tapi merupakan cara atau sebuah teknik.
Menurut Ahmadi ( 2008: 206 ) hakikat CBSA pada dasarnya adalah cara atau usaha mempertinggi atau mengoptimalkan kegiatan belajar siswa dalam proses pengajaran. Sebagai konsep juga, Ahmadi (2008:206) mengatakan CBSA adalah suatu proses kegiatan belajar mengajar yang subjek didiknya terlibat secara intelektual dan emosional, sehingga subjek didik betul – betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan belajar.
Sedangkan menurut Dimyati (2006: 115) pendekatan CBSA diartikan sebagai pembelajaran yag mengarah kepada pengoptimalisasian pelibatan intelektual – emosional siswa dalam proses pembelajaran, dengan pelibatan fisik siswa apabila diperlukan. Pelibatan intelektual – emosional/ fisik siswa serta optimalisasi dalam pembelajaran, diarahkan untuk membelajarkan siswa bagaimana belajar memperoleh dan memproses perolehan belajarnya tentang pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai.
Secara konseptual, menurut tim penyusun mata kuliah belajar pembelajaran (2004: 90) CBSA merupakan konsep dalam mengembangkan keaktifan proses belajar mengajar, baik keaktifan guru maupun keaktifan peserta didik. Untuk meningkatkan proses pengajaran ini, guru harus membuat perencanaan dengan sebaik – baiknya dan melaksanakan pengajaran tersebut berdasarkan yang telah dibuat itu. Dengan cara demikian, hasil belajar peserta didik diharapkan menjadi lebih baik dibanding dengan pengajaran yang semata – mata berpusat pada kemauan peserta didik saja.
Bertitik tolak dari uraian tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan CBSA adalah salah satu cara strategi belajar mengajar yang menuntut keaktiaktifan dan partisipasi subjek didik seoptimal mungkin, sehingga siswa mampu mengubah tingkah lakunya secara lebih efektif dan efisien.
Raka Joni (dalam Dimyati, 2006 : 120) mengungkapkan bahwa sekolah yang ber – CBSA dengan baik mempunyai karakteristik berikut:
1.    Pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa, sehingga siswa berperan lebih aktif dalam mengembangkan cara – cara belajar mandiri, siswa berperan serta pada perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian proses belajar, pengalaman siswa lebih diutamakan dalam memutusakan titik tolak kegiatan
2.    Guru adalah pembimbing dalam terjadinya pengalaman belajar, guru bukan satu – satunya sumber informasi, guru merupakan salah satu sumber belajar yang memberikan peluang bagi siswa agar dapat memperoleh pengetahuan melalui usaha sendiri, dapat mengembangkan motivasi dari dalam dirinya, dan dapat mengembangkan pengalaman untuk membuat suatu karya.
3.    Tujuan kegiatan tidak hanya untuk sekedar mengejar standar akademis, selain pencapaian standar akademis, kegiatan ditekankan untuk mengembangkan kemampuan siswa secara utuh dan setimbang
4.    Pengelolaan kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada kreativitas siswa da memperhatikan kemajuan siswa untuk menguasai konsep – konsep dengan mantap
5.    Penilaian, dilaksanakan untuk mengamati dan mengukur kegiatan dan kemajuan siswa, serta mengukur berbagai keterampilan yang dikembangkan.

B.  Rasionalisasi
Penerapan dan pendayagunaan konsep CBSA dalam pembelajaran merupakan kebutuhan dan sekaligus sebagai keharusan dalam kaitannya dengan upaya merealisasikan Sistem Pendidikan Nasional untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang pada gilirannya berimplikasi terhadap sistem pembelajaran yang efektif.
Siswa peserta didik dipandang dari dua sisi yang berkaitan, yakni sebagai objek pembelajaran dan sebagai subjek yang belajar. Siswa sebagai subjek dipandang sebagai manusia yang potensial sedang berkembang, memiliki keinginan-keinginan-harapan dan tujuan hidup, aspirasi dan motivasi dan berbagai kemungkinan potensi lainnya. Siswa sebagai objek dipandan: sebagai yang memiliki potensi yang perlu dibina, diarahkan dan dikembangkan melalui proses pembelajaran. Karena itu proses pembelajaran harus dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip manusiawi (humanistik), misainya melalm suasana kekeluargaan terbuka dan bergairah serta berpariasi sesuai dengan keadaan perkembangan siswa bersangkutan.
Pelaksanaan proses pembelajaran dititik beratkan pada keaktifan siswa belajar dan keaktifan guru menciptakan lingkungan belajar yang serasi dan menantang. Penerapan CBSA dilakukan dengan cara mengfungsionalisasikan seluruh potensi manusiawi siswa melalui penyediaan lingkungan belajar yang meliputi aspek-aspek bahan pelajaran, guru, media pembelajaran, suasana kelas dan sebagainya. Cara belajar disesuaikan dengan minat, dimana pemberian kemudahan kepada siswa untuk memperoleh pemahaman, pendalaman, dan pengendapan sehingga hasil belajar berintemalisasi dengan pribadi siswa. Dalam kondisi ini semua unsur pribadi siswa aktif seperti emosi, perasaan, intelektual, penginderan, fisik dan sebagainya.
CBSA dapat berlangsung dengan efektif, bila guru melaksanakan peran dan fungsinya secara aktif dan kreatif, mendorong dan membantu serta berupaya mempenguruhi siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan belajar yang telah ditentukan. Beberapa kegiatan yang bisa dilakukan guru, diantaranya:
a.         Menyiapkan lembaran kerja
b.        Menyusun tugas bersama siswa
c.         Memberikan informasi tentang kegiatan yang akan dilakukan
d.        Memberikan bantuan dan pelayanan kepada siswa apabila siswa mendapat kesulitan
e.         Menyampaikan pertanyaan yang bersifat asuhan
f.         Membantu mengarahkan rumusan kesimpulan umum
g.        Memberikan bantuan dan pelayanan khusus kepada siswa yang lambat
h.        Menyalurkan bakat dan minat siswa
i.          Mengamati setiap aktivitas siswa
j.          dan sebagainya

Kegiatan-kegiatan tersebut menunjukkan, bahwa pembelajaran berdasarkan pendekatan CBSA tidak diartikan guru menjadi fasif, melainkan tetap harus aktif namun tidak bersikap mendominasi siswa dan menghambat perkembangan potensinya Guru bertindak sebagai guru inquiry, dan fasilitator.

C.  Prinsip CBSA
Prinsip – prinsip CBSA yang diungkapkan tim penyusun mata kuliah belajar pembelajaran (2004: 94) yaitu sebagai berikut:
1.    Prinsip – Prinsip CBSA secara umum
Secara umum prinsip – prinsip yang harus diperhatikan dalam CBSA adalah:
·      Hal apapun yang dipelajari murid, maka ia harus mempelajari sendiri tidak ada seorag pun dapat melakukan kegiatan belajar tersebut.
·      Setiap murid belajar menurut tempo
·      Seorang murid belajar lebih banyak bila pada setiap langkah segera diberi penguatan
·      Penguasaan secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih berarti
·      Apabila murid diberikan tanggungjawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk elajar, ia akan belajar dan mengingat secara lebih baik.
2.    Prinsip – prinsip CBSA pada dimensi peserta didik
Menyangkut dimensi peserta didik, berbagai hal yang mesti diperhatikan antara lain:
·      Keberanian peserta didik untuk menunjukkan minat, keinginan, dan dorongan yang ada pada dirinya
·      Keinginan dan keberanian untuk ikut dalam kegiatan belajar, yang mana ini menuntut peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam kegiata belajar
·      Usaha dan kreativitas peserta didik
·      Keinginan yang kuat
·      Rasa lapang dan bebas
3.    Prinsip – prinsip CBSA pada dimensi guru
Dilihat dari dimensi guru, sejumlah prinsp yang harus dipatuhi adalah:
·      Usaha guru membina dan mendorong peserta didik
·      Guru sebagai inovator dan fasilitator
·      Sikap tidak mendominasi
·      Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar menuntut irama, cara, dan kemampuannya
4.    Prinsip – prinsip CBSA pada dimensi perencanaan pengajaran
Dari dimensi program pengajaran, prinsip – prinsip CBSA yang harus diperhatikan adalah:
·      Tujuan dan isi pelajaran memenuhi kebutuhan,minat serta kemampuan peserta didik
·      Kemungkinan terjadinya pengembangan konsep dan aktifitas peserta didik
·      Penggunaan dan pemilihan berbagai metode dan media
·      Penentuan metode dan media yang fleksibel
5.    Prinsip – prinsip CBSA pada dimensi situas belajar mengajar
Prinsip – prinsip CBSA yang penting dipertimbangkan pada dimensi situasi belajar mengajar ini adalah:
·      Komunikasi guru – peserta didik yang intim dan hangat
·      Terjadinya kegairahan dan kegembiraan dalam belajar
·      Guru – guru hendaknya mempertimbangkan karakteristik peserta didik dan melakukan penyesuaian atas situasi belajar mengajar yang dikondisikannya
Menurut Ahmadi (2008: 212) ada beberapa prinsip belajar yang dapat menunjang tumbuhnya CBSA yakni stimulus belajar, perhatian dan motivasi, respons yang dipelajari, penguatan dan umpan balik, serta pemakaian dan pemindahan.
1.    Stimulus Belajar
Pesan yang diterima siswa dari guru melalui informasi biasanya dalam bentuk stimulus. Stimulus tersebut dapat berbentuk verbal/ non-verbal,visual, auditif, taktik, dll.
2.    Perhatian dan motivasi
Perhatian dan motivasi merupakan prasyarat utama dalam proses belajar mengajar. Tanpa ada perhatian dan motivasi hasil belajar yag dicapai siswa tidak akan optimal
3.    Respons yang dipelajari
Keterlibatan siswa atau respons siswa terhadap stimulus guru bisa meliputi berbagai bentuk seperti perhatian, proses internal terhadap informasi, tindakan nyata dalam bentuk partisipasi kegiatan belajar seperti memecahkan masalah, mengerjakan tugas – tugas yang diberikan guru, menilai kemampuan dirinya dalam menguasai informasi, melatih diri dalam menguasai informasi yang diberikan, dll.
4.    Penguatan
Penguat belajar yang berasal dari seperti nilai, pengakuan prestasi siswa, persetujuan pendapat siswa, ganjaran, hadiah, dll, merupakan cara untuk memperkuat respons siswa. Sedangkan penguat dari dalam dirinya bisa terjadi apabila respon yag dilakukan siswa betul – betul memuaskan dirinya dan sesuai dengan kebutuhannya.
5.    Pemakaian dan Pemindahan
Pikiran manusia mempunyai kesanggupan menyimpan informasi yag tidak terbatas jumlahnya. Dalam hal penyimpanan informasi yang tak terbatas ini penting sekali pengaturan dan penempatan informasi sehingga dapat digunakan kembali apabila diperlukan.

D.  Penerapan CBSA
Telah biasa dilakukan bahwa proses belajar mengajar ditempuh dalam 2 tahap (Ahmadi, 2008 : 211) yaitu perencanaan dan pelaksanaan termasul penilaian.
Perencanaan proses belajar mengajar wujudnya dalam bentuk satuan pelajaran yang berisi rumusan tujuan pengajaran, bahan pengajaran, kegiatan belajar siswa, metode dan alat bantu mengajar dan penilaian. Sedangkan tahap pelaksanaan dari saat praktek pengajaran, yakni pelaksanaan satuan pelajaran pada saat praktek pengajaran yakni interaksi guru dengan siswa pada saat pengajaran itu berlangsung.
CBSA harus tercermin dalam kedua hal tersebut, yakni dalam satuan pelajaran dan dalam praktek pengajaran (Ahmadi, 2008: 211). Dalam satuan pelajaran pemikiran CBSA tercermin dalam rumusan isi satuan pelajaran sebab satuan pelajaran hakikatnya adalah rencana atau proyeksi mengenai tindakan yang akan dilakuka guru pada waktu mengajar. Dengan demikian, guru yang akan mengajar dengan penekanan kepada CBSA, harus memikirkan hal – hal apa yang akan dilakukan serta menuangkan secara tertulis dalam satuan pelajaran.
Dimulai dari merumuskan tujuan instruksional khusus, merumuskan bahan pelajaran, kegiatan belajar diatur secara sistemik, menempatkan posisi guru sebgagai pemimpin dan fasilitator belajar bagi siswa. Guru hendaknya menyusun sejumlah pertanyaan yang problematik, dengan begitu guru juga dapat melakukan penilaian.
Sudah barang tentu pemikiran – pemikiran yang telah dituangkan dalam satuan pelajara, harus secara konsekuensi dilaksanakan/ dipraktekka pada waktu guru mengajar, bukan sekedar rencana di atas kertas.
Menurut Ahmadi (2008: 212) ada beberapa ciri yag harus tampak dalam proses belajar tersebut, yaitu:
1.    Situasi kelas menantang siswa melakukan kegiatan belajar secara bebas tapi terkendali
2.    Guru tidak mendominasi pembicaraan tetapi lebih bayak memberikan rangsangan berpikir kepada siswa untuk memecahkan masalah
3.    Guru menyediakan dan mengusahakan sumber belajar bagi siswa
4.    Kegiatan belajar siswa bervariasi
5.    Hubungan guru dengan siswa sifatnya harus mencerminkan hubungan manusia bagaikan hubungan orangtua dengan anaknya
6.    Situasi dan kondisi kelas tidak kaku, terikat dengan suasana yang mati, tapi sewaktu – waktu diubah sesuai dengan kebutuhan siswa
7.    Belajar tidak hanya dilihat dan diukur dari segi hasil tetapi juga dari proses belajar yang dilakukan
8.    Adanya keberanian siswa mengajukan pendapatnya melalui pertanyaan atau pernyataan
9.    Guru senantiasa menghargai pendapat siswa terlepas dari benar atau salah
BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
CBSA merupakan konsep dalam mengembangkan keaktifan proses belajar mengajar, baik keaktifan guru maupun keaktifan peserta didik. Untuk meningkatkan proses pengajaran ini, guru harus membuat perencanaan dengan sebaik – baiknya dan melaksanakan pengajaran tersebut berdasarkan yang telah dibuat itu. Dengan cara demikian, hasil belajar peserta didik diharapkan menjadi lebih baik dibanding dengan pengajaran yang semata – mata berpusat pada kemauan peserta didik saja.
CBSA adalah salah satu cara strategi belajar mengajar yang menuntut keaktiaktifan dan partisipasi subjek didik seoptimal mungkin, sehingga siswa mampu mengubah tingkah lakunya secara lebih efektif dan efisien.

B.  Saran
Sebagai calonseorang guru, harusnya dapat lebih mepersiapka diri dengan penguasaan wawasan dan pengetahuan dalam melaksanakan proses belajar mengajar di sekolah. Seorang guru harus sudah mantap dengan segala sesuatunya baik itu dari strategi atau teknik pendekatan yang akan digunakannya, seperti CBSA, maupun memantap mutu sebagai guru. Guru dituntut kreatif dalam mentransferkan ilmunya kepada peserta didik, agar segala tujuan yang telah direncanakan dapat tercapai.













KEPUSTAKAAN

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Tim Penyusun Mata Kuliah BP. 2004. Bahan Ajar: Belajar dan Pembelajaran. Padang : FIP UNP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar