BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyelenggaraan pembelajaran merupakan
salah satu tugas utama guru, dimana pembelajaran dapat diartikan sebagai
kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan siswa. Untuk dapat membelajarkan
siswanya, salah satu cara yang ditempuh oleh guru ialah dengan menerapkan
pendekatan CBSA dan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP) dalam proses
pembelajaran. Baik CBSA atau PKP merupakan pendekatan pembelajaran yang
tersurat da tersirat dalam kurikulum yang berlaku.
Dalam pembahasan yang terdapat dalam makalah ini
yaitu lebih memfokuskan terhadap pendekatn pembelajaran CBSA. Yang mana, konsep
CBSA bukanlah suatu hal yang baru dalam proses pendidikan dan pengajara. Dalam
proses pembelajaran keaktifa siswa berada dalam kadar atau derajat yang berbeda
– beda. Kehadiran CBSA nampaknya mengandung maksud mendorong guru – guru untuk
bersungguh – sungguh menyelenggarakan proses pengajaran yang memungkinkan
peserta didik terlibat dalam kadar keaktifan belajar yang tinggi. Oleh sebab
itu, penulis akan membahas “ Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)” sebagai topik pembahasan dalam makalah ini.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Belajar Pembelajaran
2. Untuk
mengetahui dan memahami apa itu CBSA
3. Untuk
mengetahui dan memahami yang menjadi rasionalisasi CBSA
4. Untuk
mengetahui dan memahami mengenai prinsip – prinsip CBSA
5. Untuk
dapat memahami penerapan CBSA
C. Rumusan Masalah
Dalam
makalah ini, rumusan masalah dari pembahasan makalah ini adalah:
1. Apa
pengertian dari CBSA?
2. Bagaimana
rasionalisasi CBSA?
3. Apa
saja prinsip – prinsip CBSA?
4. Bagaimana
menerapkan CBSA?
BAB
II
Cara
Belajar Siswa Aktif (CBSA)
A. Pengertian
Cara belajar siswa akti (CBSA) merupakan
istilah yang bermakna sama dengan Student
Active Learning (SAL). CBSA bukan disiplin ilmu atau dalam bahasa populer
bukan “teori”, tapi merupakan cara atau sebuah teknik.
Menurut Ahmadi ( 2008: 206 ) hakikat
CBSA pada dasarnya adalah cara atau usaha mempertinggi atau mengoptimalkan
kegiatan belajar siswa dalam proses pengajaran. Sebagai konsep juga, Ahmadi
(2008:206) mengatakan CBSA adalah suatu proses kegiatan belajar mengajar yang
subjek didiknya terlibat secara intelektual dan emosional, sehingga subjek
didik betul – betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan
belajar.
Sedangkan menurut Dimyati (2006: 115)
pendekatan CBSA diartikan sebagai pembelajaran yag mengarah kepada
pengoptimalisasian pelibatan intelektual – emosional siswa dalam proses
pembelajaran, dengan pelibatan fisik siswa apabila diperlukan. Pelibatan
intelektual – emosional/ fisik siswa serta optimalisasi dalam pembelajaran,
diarahkan untuk membelajarkan siswa bagaimana belajar memperoleh dan memproses
perolehan belajarnya tentang pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai.
Secara konseptual, menurut tim penyusun
mata kuliah belajar pembelajaran (2004: 90) CBSA merupakan konsep dalam
mengembangkan keaktifan proses belajar mengajar, baik keaktifan guru maupun
keaktifan peserta didik. Untuk meningkatkan proses pengajaran ini, guru harus
membuat perencanaan dengan sebaik – baiknya dan melaksanakan pengajaran
tersebut berdasarkan yang telah dibuat itu. Dengan cara demikian, hasil belajar
peserta didik diharapkan menjadi lebih baik dibanding dengan pengajaran yang
semata – mata berpusat pada kemauan peserta didik saja.
Bertitik tolak dari uraian tersebut,
maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan CBSA adalah salah satu
cara strategi belajar mengajar yang menuntut keaktiaktifan dan partisipasi subjek
didik seoptimal mungkin, sehingga siswa mampu mengubah tingkah lakunya secara
lebih efektif dan efisien.
Raka Joni (dalam Dimyati, 2006 : 120)
mengungkapkan bahwa sekolah yang ber – CBSA dengan baik mempunyai karakteristik
berikut:
1. Pembelajaran
yang dilakukan lebih berpusat pada siswa, sehingga siswa berperan lebih aktif
dalam mengembangkan cara – cara belajar mandiri, siswa berperan serta pada
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian proses belajar, pengalaman siswa lebih
diutamakan dalam memutusakan titik tolak kegiatan
2. Guru
adalah pembimbing dalam terjadinya pengalaman belajar, guru bukan satu –
satunya sumber informasi, guru merupakan salah satu sumber belajar yang
memberikan peluang bagi siswa agar dapat memperoleh pengetahuan melalui usaha
sendiri, dapat mengembangkan motivasi dari dalam dirinya, dan dapat
mengembangkan pengalaman untuk membuat suatu karya.
3. Tujuan
kegiatan tidak hanya untuk sekedar mengejar standar akademis, selain pencapaian
standar akademis, kegiatan ditekankan untuk mengembangkan kemampuan siswa
secara utuh dan setimbang
4. Pengelolaan
kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada kreativitas siswa da memperhatikan
kemajuan siswa untuk menguasai konsep – konsep dengan mantap
5. Penilaian,
dilaksanakan untuk mengamati dan mengukur kegiatan dan kemajuan siswa, serta
mengukur berbagai keterampilan yang dikembangkan.
B. Rasionalisasi
Penerapan
dan pendayagunaan konsep CBSA dalam pembelajaran merupakan kebutuhan dan
sekaligus sebagai keharusan dalam kaitannya dengan upaya merealisasikan Sistem
Pendidikan Nasional untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang pada
gilirannya berimplikasi terhadap sistem pembelajaran yang efektif.
Siswa
peserta didik dipandang dari dua sisi yang berkaitan, yakni sebagai objek
pembelajaran dan sebagai subjek yang belajar. Siswa sebagai subjek dipandang
sebagai manusia yang potensial sedang berkembang, memiliki
keinginan-keinginan-harapan dan tujuan hidup, aspirasi dan motivasi dan
berbagai kemungkinan potensi lainnya. Siswa sebagai objek dipandan: sebagai
yang memiliki potensi yang perlu dibina, diarahkan dan dikembangkan melalui
proses pembelajaran. Karena itu proses pembelajaran harus dilaksanakan
berdasarkan prinsip-prinsip manusiawi (humanistik), misainya melalm suasana
kekeluargaan terbuka dan bergairah serta berpariasi sesuai dengan keadaan
perkembangan siswa bersangkutan.
Pelaksanaan
proses pembelajaran dititik beratkan pada keaktifan siswa belajar dan keaktifan
guru menciptakan lingkungan belajar yang serasi dan menantang. Penerapan CBSA
dilakukan dengan cara mengfungsionalisasikan seluruh potensi manusiawi siswa
melalui penyediaan lingkungan belajar yang meliputi aspek-aspek bahan
pelajaran, guru, media pembelajaran, suasana kelas dan sebagainya. Cara belajar
disesuaikan dengan minat, dimana pemberian kemudahan kepada siswa untuk
memperoleh pemahaman, pendalaman, dan pengendapan sehingga hasil belajar
berintemalisasi dengan pribadi siswa. Dalam kondisi ini semua unsur pribadi
siswa aktif seperti emosi, perasaan, intelektual, penginderan, fisik dan
sebagainya.
CBSA
dapat berlangsung dengan efektif, bila guru melaksanakan peran dan fungsinya
secara aktif dan kreatif, mendorong dan membantu serta berupaya mempenguruhi
siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan belajar yang telah ditentukan. Beberapa
kegiatan yang bisa dilakukan guru, diantaranya:
a.
Menyiapkan
lembaran kerja
b.
Menyusun
tugas bersama siswa
c.
Memberikan
informasi tentang kegiatan yang akan dilakukan
d.
Memberikan
bantuan dan pelayanan kepada siswa apabila siswa mendapat kesulitan
e.
Menyampaikan
pertanyaan yang bersifat asuhan
f.
Membantu
mengarahkan rumusan kesimpulan umum
g.
Memberikan
bantuan dan pelayanan khusus kepada siswa yang lambat
h.
Menyalurkan
bakat dan minat siswa
i.
Mengamati
setiap aktivitas siswa
j.
dan
sebagainya
Kegiatan-kegiatan
tersebut menunjukkan, bahwa pembelajaran berdasarkan pendekatan CBSA tidak
diartikan guru menjadi fasif, melainkan tetap harus aktif namun tidak bersikap
mendominasi siswa dan menghambat perkembangan potensinya Guru bertindak sebagai
guru inquiry, dan fasilitator.
C. Prinsip CBSA
Prinsip – prinsip CBSA yang diungkapkan
tim penyusun mata kuliah belajar pembelajaran (2004: 94) yaitu sebagai berikut:
1. Prinsip
– Prinsip CBSA secara umum
Secara umum prinsip – prinsip yang harus
diperhatikan dalam CBSA adalah:
· Hal
apapun yang dipelajari murid, maka ia harus mempelajari sendiri tidak ada
seorag pun dapat melakukan kegiatan belajar tersebut.
· Setiap
murid belajar menurut tempo
· Seorang
murid belajar lebih banyak bila pada setiap langkah segera diberi penguatan
· Penguasaan
secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih
berarti
· Apabila
murid diberikan tanggungjawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih
termotivasi untuk elajar, ia akan belajar dan mengingat secara lebih baik.
2. Prinsip
– prinsip CBSA pada dimensi peserta didik
Menyangkut dimensi peserta didik,
berbagai hal yang mesti diperhatikan antara lain:
· Keberanian
peserta didik untuk menunjukkan minat, keinginan, dan dorongan yang ada pada
dirinya
· Keinginan
dan keberanian untuk ikut dalam kegiatan belajar, yang mana ini menuntut
peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam kegiata belajar
· Usaha
dan kreativitas peserta didik
· Keinginan
yang kuat
· Rasa
lapang dan bebas
3. Prinsip
– prinsip CBSA pada dimensi guru
Dilihat dari dimensi guru, sejumlah
prinsp yang harus dipatuhi adalah:
· Usaha
guru membina dan mendorong peserta didik
· Guru
sebagai inovator dan fasilitator
· Sikap
tidak mendominasi
· Memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk belajar menuntut irama, cara, dan
kemampuannya
4. Prinsip
– prinsip CBSA pada dimensi perencanaan pengajaran
Dari dimensi program pengajaran, prinsip
– prinsip CBSA yang harus diperhatikan adalah:
· Tujuan
dan isi pelajaran memenuhi kebutuhan,minat serta kemampuan peserta didik
· Kemungkinan
terjadinya pengembangan konsep dan aktifitas peserta didik
· Penggunaan
dan pemilihan berbagai metode dan media
· Penentuan
metode dan media yang fleksibel
5. Prinsip
– prinsip CBSA pada dimensi situas belajar mengajar
Prinsip – prinsip CBSA yang penting
dipertimbangkan pada dimensi situasi belajar mengajar ini adalah:
· Komunikasi
guru – peserta didik yang intim dan hangat
· Terjadinya
kegairahan dan kegembiraan dalam belajar
· Guru
– guru hendaknya mempertimbangkan karakteristik peserta didik dan melakukan
penyesuaian atas situasi belajar mengajar yang dikondisikannya
Menurut Ahmadi (2008: 212) ada beberapa
prinsip belajar yang dapat menunjang tumbuhnya CBSA yakni stimulus belajar,
perhatian dan motivasi, respons yang dipelajari, penguatan dan umpan balik,
serta pemakaian dan pemindahan.
1. Stimulus
Belajar
Pesan yang diterima siswa dari guru
melalui informasi biasanya dalam bentuk stimulus. Stimulus tersebut dapat
berbentuk verbal/ non-verbal,visual, auditif, taktik, dll.
2. Perhatian
dan motivasi
Perhatian dan motivasi merupakan
prasyarat utama dalam proses belajar mengajar. Tanpa ada perhatian dan motivasi
hasil belajar yag dicapai siswa tidak akan optimal
3. Respons
yang dipelajari
Keterlibatan siswa atau respons siswa
terhadap stimulus guru bisa meliputi berbagai bentuk seperti perhatian, proses
internal terhadap informasi, tindakan nyata dalam bentuk partisipasi kegiatan
belajar seperti memecahkan masalah, mengerjakan tugas – tugas yang diberikan
guru, menilai kemampuan dirinya dalam menguasai informasi, melatih diri dalam
menguasai informasi yang diberikan, dll.
4. Penguatan
Penguat belajar yang berasal dari
seperti nilai, pengakuan prestasi siswa, persetujuan pendapat siswa, ganjaran,
hadiah, dll, merupakan cara untuk memperkuat respons siswa. Sedangkan penguat
dari dalam dirinya bisa terjadi apabila respon yag dilakukan siswa betul –
betul memuaskan dirinya dan sesuai dengan kebutuhannya.
5. Pemakaian
dan Pemindahan
Pikiran manusia mempunyai kesanggupan menyimpan
informasi yag tidak terbatas jumlahnya. Dalam hal penyimpanan informasi yang
tak terbatas ini penting sekali pengaturan dan penempatan informasi sehingga
dapat digunakan kembali apabila diperlukan.
D. Penerapan CBSA
Telah biasa dilakukan bahwa proses
belajar mengajar ditempuh dalam 2 tahap (Ahmadi, 2008 : 211) yaitu perencanaan
dan pelaksanaan termasul penilaian.
Perencanaan proses belajar mengajar
wujudnya dalam bentuk satuan pelajaran yang berisi rumusan tujuan pengajaran,
bahan pengajaran, kegiatan belajar siswa, metode dan alat bantu mengajar dan
penilaian. Sedangkan tahap pelaksanaan dari saat praktek pengajaran, yakni
pelaksanaan satuan pelajaran pada saat praktek pengajaran yakni interaksi guru
dengan siswa pada saat pengajaran itu berlangsung.
CBSA harus tercermin dalam kedua hal
tersebut, yakni dalam satuan pelajaran dan dalam praktek pengajaran (Ahmadi,
2008: 211). Dalam satuan pelajaran pemikiran CBSA tercermin dalam rumusan isi
satuan pelajaran sebab satuan pelajaran hakikatnya adalah rencana atau proyeksi
mengenai tindakan yang akan dilakuka guru pada waktu mengajar. Dengan demikian,
guru yang akan mengajar dengan penekanan kepada CBSA, harus memikirkan hal –
hal apa yang akan dilakukan serta menuangkan secara tertulis dalam satuan
pelajaran.
Dimulai dari merumuskan tujuan
instruksional khusus, merumuskan bahan pelajaran, kegiatan belajar diatur
secara sistemik, menempatkan posisi guru sebgagai pemimpin dan fasilitator
belajar bagi siswa. Guru hendaknya menyusun sejumlah pertanyaan yang
problematik, dengan begitu guru juga dapat melakukan penilaian.
Sudah barang tentu pemikiran – pemikiran
yang telah dituangkan dalam satuan pelajara, harus secara konsekuensi
dilaksanakan/ dipraktekka pada waktu guru mengajar, bukan sekedar rencana di
atas kertas.
Menurut Ahmadi (2008: 212) ada beberapa
ciri yag harus tampak dalam proses belajar tersebut, yaitu:
1. Situasi
kelas menantang siswa melakukan kegiatan belajar secara bebas tapi terkendali
2. Guru
tidak mendominasi pembicaraan tetapi lebih bayak memberikan rangsangan berpikir
kepada siswa untuk memecahkan masalah
3. Guru
menyediakan dan mengusahakan sumber belajar bagi siswa
4. Kegiatan
belajar siswa bervariasi
5. Hubungan
guru dengan siswa sifatnya harus mencerminkan hubungan manusia bagaikan
hubungan orangtua dengan anaknya
6. Situasi
dan kondisi kelas tidak kaku, terikat dengan suasana yang mati, tapi sewaktu –
waktu diubah sesuai dengan kebutuhan siswa
7. Belajar
tidak hanya dilihat dan diukur dari segi hasil tetapi juga dari proses belajar
yang dilakukan
8. Adanya
keberanian siswa mengajukan pendapatnya melalui pertanyaan atau pernyataan
9. Guru
senantiasa menghargai pendapat siswa terlepas dari benar atau salah
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
CBSA merupakan konsep dalam
mengembangkan keaktifan proses belajar mengajar, baik keaktifan guru maupun
keaktifan peserta didik. Untuk meningkatkan proses pengajaran ini, guru harus
membuat perencanaan dengan sebaik – baiknya dan melaksanakan pengajaran
tersebut berdasarkan yang telah dibuat itu. Dengan cara demikian, hasil belajar
peserta didik diharapkan menjadi lebih baik dibanding dengan pengajaran yang
semata – mata berpusat pada kemauan peserta didik saja.
CBSA adalah salah satu cara strategi belajar
mengajar yang menuntut keaktiaktifan dan partisipasi subjek didik seoptimal
mungkin, sehingga siswa mampu mengubah tingkah lakunya secara lebih efektif dan
efisien.
B. Saran
Sebagai calonseorang guru, harusnya dapat lebih
mepersiapka diri dengan penguasaan wawasan dan pengetahuan dalam melaksanakan
proses belajar mengajar di sekolah. Seorang guru harus sudah mantap dengan
segala sesuatunya baik itu dari strategi atau teknik pendekatan yang akan
digunakannya, seperti CBSA, maupun memantap mutu sebagai guru. Guru dituntut
kreatif dalam mentransferkan ilmunya kepada peserta didik, agar segala tujuan
yang telah direncanakan dapat tercapai.
KEPUSTAKAAN
Abu Ahmadi dan Widodo
Supriyono. 2008. Psikologi Belajar.
Jakarta : Rineka Cipta
Dimyati dan Mudjiono.
2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Tim
Penyusun Mata Kuliah BP. 2004. Bahan Ajar: Belajar dan Pembelajaran. Padang :
FIP UNP
Tidak ada komentar:
Posting Komentar