Entri Populer

Selasa, 11 September 2012

Kiat Guru Pembimbing Mengentaskan Masalah Belajar Siswa di Sekolah


BAB  I
PENDAHULUAN


A.   Latar Belakang
Dalam hidup sering ditemukan adanya masalah. Masalah merupakan terjadinya kesenjangan antara harapan dan kenyataan sehingga terjadi kesulitan dalam mencapai suatu tujuan ( Siregar, 2005: 3). Apabila kenyataan yang dihadapi dalam hidup tidak sesuai dengan harapan, itu artinya terjadi sesuatu masalah.
Dalam pelaksanaan proses kegiatan belajar dan mengajar, beberapa diantara siswa mengalami permasalahan yang harus diselesaikan untuk mencapai kehidupan efektivitas sehari – sehari dan di sekolah. Prayitno ( 1997: 17) menyatakan bahwa:
Orang yang sedang mengalami masalah memperlihatkan kemandiriannya yang terganggu. Siswa tidak mengenal dan menerima diri dan lingkungan dengan baik, tidak mampu mengambil keputusan dengan tepat sehingga pengarahan dirinya terhambat, dan tidak mampu mewujudkan diri sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

Dalam keadaan tertentu, seringkali terjadi masalah yang dihadapi siswa di sekolah. Masalah siswa di sekolah dapat berupa masalah belajar, sehingga menghambat kelancaran proses belajar siswa. Keadaan tertentu itu dapat pula berupa kelemahan-kelemahan dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Menurut Prayitno (1997: 2) “masalah belajar pada siswa adalah menyangkut bidang prasyarat penguasaaan materi pelajaran, bidang keterampilan belajar, bidang sarana prasarana, bidang diri pribadi, dan bidang lingkungan belajar dan sosio – emosional”. Dalam hal ini masalah belajar yang dihadapi oleh siswa di sekolah itu cukup banyak.
Masalah belajar tidak hanya dialami oleh siswa yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat dialami oleh siswa yang pandai atau cerdas. Setiap siswa, mengalami masalah belajar yang berbeda-beda. Sehingga jenis-jenis masalah belajar itu dapat di kelompokkan berdasarkan faktor-faktor yang menyebabkannya. Segoe (dalam Widyastono, 2004) menunjukkan bahwa ciri – ciri tertentu dari siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa dapat mengkibatkan timbulnya masalah – masalah tertentu, misalnya: (1) kemampuan berpikir kritis dapat mengarah kepada sikap meragukan , baik terhadap diri sendiri maupun terhadap tugas – tugas yang rutin, (2) kemampuan kreatif dan minat untuk melakukan hal – hal yang baru, bisa menyebabkan mereka tidak menyukai atau lekas bosan terhadap tugas – tugas rutin, (3) perilaku yang ulet dan terarah pada tujuan, dapat menjurus kepada keinginan untuk memaksakan atau mempertahankan pendapatnya, (4) kepekaan yang tinggi dapat membuat mereka menjadi mudah tersinggung atau peka terhadap kritik, (5) semangat, kesiagaan mental dan inisiatifnya yang tinggi dapat membuat kurang sabar dan kurang tenggang rasa jika tidak ada kegiatan yang dinamis, (6) dengan kemampuan dan minatnya yang beraneka ragam, mereka membutuhkan keluwesan serta dukungan untuk dapat menjajaki dan mengembangkan minatnya, (7) keinginan mereka untuk mandiri dalam belajar dan bekerja kebutuhannya akan kebebasan, dapat mengakibatkan konflik karena tidak mudah menyesuaikan diri terhadap tekanan orang tua, sekolah atau teman – temannya, siswa juga bisa merasa ditolak atau kurang dimengerti oleh lingkungannya, (8) sikap acuh tak acuh dan malas dapat timbul karena pengajaran yang diberikan di sekolah kurang mengundang tantangan baginya.
Siswa mengharapkan adanya pengentasan masalah – masalah yang terjadi pada dirinya secara cepat dan tepat, namun mereka sering tidak dapat mengentaskan masalah tersebut sendiri sehingga membutuhkan orang lain. Dalam menyikapi masalah belajar siswa, pihak guru, baik itu guru pembimbing, maupun guru bidang studi, memiliki kiat - kiat atau cara – cara tersendiri dalam mengatasi hal tersebut, sehingga masalah belajar yang dialami oleh siswa dapat terentaskan. Dari permasalahan yang dikemukakan, maka diangkatlah sebuah judul “ Kiat Guru Pembimbing Mengentaskan Masalah Belajar Siswa di Sekolah” sebagai suatu permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini.

B.  Tujuan
Tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah :
1.    Untuk menyelesaikan salah satu tugas akhir semester II tahun ajaran 2012 pada mata kuliah Dasar Logika dan Penulisan Ilmiah
2.    Untuk mengetahui masalah – masalah belajar yang dialami siswa
3.    Untuk mengetahui kiat-kiat guru pembimbing dalam mengentaskan masalah belajar siswa


C.  Rumusan Masalah
1.    Apa saja jenis – jenis dan penyebab masalah belajar siswa di sekolah?
2.    Bagaimana kiat guru pembimbing dalam mengentaskan masalah belajar siswa?


























BAB  II
PENGENTASAN MASALAH BELAJAR SISWA di SEKOLAH

A.  Pengertian Masalah Belajar
Pengertian tentang belajar sudah banyak di kemukakan oleh para ahli, baik itu ahli psikologi maupun psikologi pendidikan. Menurut pengertian secara psikologi (dalam Slameto, 2010: 2), “belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.” Perubahan – perubahan tingkah laku yang diharapkan disini merupakan perubahan yang berasal dari lingkungannya akibat dari interaksi yang dilakukan sesama individu.
Slameto ( 2010: 2) menarik kesimpulan mengenai pengertian belajar yaitu “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.” Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali, baik itu perubahan sifat maupun jenis. Oleh karena itu,  perubahan yang terjadi dalam diri seseorang itu merupakan perubahan dalam arti belajar. Karena belajar yang diharapkan itu merupakan suatu perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik tentunya.
Berhubungan dengan pengertian belajar yang dikemukakan diatas, menurut James O. Whittaker (dalam Ahmadi, dkk, 2008: 126) mengemukakan bahwa “learning may be defined as the process by which behavior originates or is altered through training or experience”. Yang dimana maksud dari pernyataannya yaitu belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Bila dipahami maksud dari pengertian yang dikemukakan diatas perubahan tingkah laku yang diakibatkan pertumbuhan fisik atau kematangan, kelelahan, penyakit, atau pengaruh obat – obatan adalah tidak termasuk sebagai belajar, melainkan belajar yang dimaksudkan disini adalah suatu perubahan yang diakibatkan adanya suatu proses didalam hidup berupa pengalaman yang menjadi suatu perubahan yang baik bagi seorang individu.
Definisi yang tidak jauh berbeda dengan definisi tersebut dikemukakan oleh Cronbach dalam bukunya yang berjudul Education Psychology (dalam Ahmadi, dkk, 2008: 127) yaitu “learning is shown by change in behaviour as a result of experience”.  Belajar yang efektif adalah melalui pengalaman. Dalam proses belajar, seseorang berinteraksi langsung dengan objek belajar dengan menggunakan semua alat indranya. Dalam belajar seseorang membutuhkan alat berupa indranya yang memiliki fungsi tersendiri dalam proses belajar tersebut.
Masalah merupakan sesuatu yang tidak diinginkan dan tidak diharapkan menjadi hal yang memberatkan dan menyulitkan bagi individu dan lingkungannya. Hal ini sejalan dengan pengertian masalah yang dikemukakan Prayitno (1997) bahwa masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri atau orang lain, bahkan ingin atau perlu dihilangkan.
Dari pengertian masalah dan belajar yang telah dikemukakan dapat ditarik kesimpulan bahwa masalah belajar merupakan suatu keadaan yang menghambat kelancaran proses belajar siswa baik itu berupa tingkah laku  ataupun kekurangan – kekurangan yang dimiliki siswa tersebut dalam mencapai kesuksesan  siswa dalam belajarnya.
Pencapaian kesuksesan dalam belajar tidak terlepas dari masalah dan hambatan yang menuntut untuk diselesaikan tak terkecuali masalah dalam belajar yang akan menghambat kelancaran proses belajar siswa. Mudjiran (1993: 67) menerangkan bahwa:
Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami seorang murid dan penghambat kelancaran proses belajarnya. Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan dirinya yaitu berupa kelemahan – kelemahan yang dimiliki dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya.

Jadi berdasarkan pendapat diatas, masalah belajar yang merupakan kondisi tertentu yang dialami siswa juga mempengaruhi terhambat proses belajar. Selanjutnya, Prayitno (1997: 2) menyatakan:
Kesuksesan dan daya serap hasil belajar yang tinggi tidak hanya pada kegiatan belajar yang dikelola guru tetapi sebetulnya juga ditentukan oleh keadaan atau kondisi siswa itu sendiri yang disimpulkan pada lima unsur pokok yaitu prasyarat penguasaan materi pelajaran (P), keterampilan belajar (T), sarana dan prasarana (S), diri pribadi (D) dan lingkungan sosio emosional (L).

Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami siswa dan menghambat kelancaran proses belajarnya. Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan dirinya yaitu berupa kelemahan – kelemahan yang dimiliki dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Jadi, masalah belajar adalah keadaan siswa dalam kegiatan belajar yang mana tidak sesuai dengan tujuan sehingga mengganggu proses kelancaran dalam belajar dan berpengaruh dalam sikapnya dalam belajar, serta permasalahan yang dimiliki oleh siswa itu perlu dientaskan secara cepat dan tepat oleh orang yang dapat membantu menyelesaikannya, seperti guru pembimbingnya.

B.   Jenis – jenis Masalah Belajar
Tugas utama siswa di sekolah adalah belajar, dimana dia harus menguasai materi pelajaran dengan berbagai tuntutannya. Hasil belajar siswa idealnya adalah apabila mereka mampu menguasai sepenuhnya segenap materi pelajaran dengan berbagai tuntutan yang meliputi unsur – unsur atau ranah kognitif, afektif, dan psikomotoriknya. Hasil demikian itu ditentukan pada dua hal, yaitu proses belajar mengajar (PBM) yang terjadi dalam kelas dibawah pengelolaan belajar selama jam pelajaran tertentu dan kegiatan belajar siswa sendiri selama mengikuti PBM dan diluar PBM. Hasil belajar yang tinggi terutama ditentukan oleh keaktifan siswa itu sendiri. Sehebat – hebatnya guru mengajar di kelas apabila kegiatan belajar siswa sendiri lemah, maka hasil belajar yang diperoleh akan tidak memadai. Sebaliknya, selemah – lemahnya PBM di dalam kelas, apabila siswa melakukan kegiatan belajar sendiri dengan sehebat – hebatnya, hasil yang lebih tinggi akan tercapai (Prayitno, dkk, 1997: 2).
Dalam belajar siswa menghadapi masalah – masalah secara intern. Menurut Dimyati dan Mudjiono ( dalam Ahmadi 2008) faktor intern yang dialami oleh siswa berpengaruh pada proses belajar adalah sebagai berikut:
1)   Sikap terhadap belajar
Sikap adalah adanya penilaian terhadap sesuatu yang mempengaruhinya dalam memandang sesuatu itu. Sikap negatif seorang siswa terhadap belajar menjadikannya kurang berhasil dalam belajarnya.
2)   Motivasi belajar
Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Motivasi belajar pada siswa dapat menjadi lemah hingga dapat melemahkan kegiatan belajarnya.
3)   Konsentrasi belajar
Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Apabila siswa tidak konsentrasi dalam belajar maka dia akan kesulitan mendapatkan pelajaran dari yang diterangkan oleh guru di sekolah
4)   Mengolah bahan belajar
Mengolah bahan belajar, berupa pengetahuan, nilai kesusilaan, nilai agama, nilai kesenian, serta keterampilan mental dan jasmani merupakan kemampuan siswa untuk menerima isi dan cara perolehan ajaran sehingga bermakna bagi siswa.
5)   Menyimpan perolehan hasil belajar
 Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampun menyimpan isi dan pesan dan cara perolehan pesan. Kemampuan menyimpan dalam waktu lama berarti hasil belajar tetap dimiliki siswa, sementara kemamuan menyimpan dalam waktu pendek berarti hasil belajar cepat dilupakan.
6)   Menggali hasil belajar yang tersimpan
Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan proses mengaktifkan pesan yang telah diterima. Adakalanya siswa mengalami gangguan dalam menggali pesan dan kesan lama. Gangguan tersebut bukan hanya bersumber pada pemanggilan atau pembangkitannya sendiri. Gangguan tersebut dapat bersumber dari kesukaran penerimaan, pengolahan dan penyimpanan. Dengan demikian penggalian hasil yang tersimpan ada hubungannya dengan baik atau buruknya penerimaan, pengolahan dan penyimpanan pesan.
7)   Kemampuan berprestasi atau hasil belajar
Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar merupakan puncak proses belajar. Kemampuan berprestasi tersebut dipengaruhi oleh proses –proses penerimaan, pengaktifan, pra – pengolahan, pengolahan, penyimpanan serta pemanggilan untuk pembangkitan pesan dan pengalaman.
8)   Rasa percaya diri
Rasa percaya diri timbul dari mewujudukan diri bertindak dan berhasil. Rasa percaya diri bisa rendah karena siswa kurang berhasil dalam belajar dan kurangnya penerimaan dari lingkungan terutama dari dalam belajar dan kurangnya penerimaan dari lingkungan terutama dari guru. Apabila rendah diri sangat kuat maka diduga siswa akan menjadi takut belajar
9)   Intelegensi dan keberhasilan
Intelegensi adalah suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan dapat bertindak secara terarah, berpikir secara baik dan bergaul dengan lingkungan secara efisien. Intelegensi dianggap sebagai suatu norma umum dalam keberhasilan belajar. Yang menjadi masalah adalah siswa yang memiliki kecakapan di bawah normal.
10)  Kebiasaan belajar
Kebiasaan belajar yang buruk sering ditemukan dalam pembelajaran siswa. Kebiasaan buruk tersebut adalah belajar pada akhir semester, belajar tidak teratur, menyia – nyiakan kesempatan belajar, bersekolah hanya untuk bergengsi, datang terlambat bergaya pemimpin, bergaya jantan, seperti merokok, bergaya minta belas kasihan tanpa belajar.
11)  Cita – cita siswa
Dalam rangka tugas perkembangan pada umumnya setiap anak memiliki suatu cita – cita dalam kehidupan. Hal ini merupakan motivasi instrik baginya. Kadangkala siswa sebelum mempuyai cita – cita yang jelas, sehingga siswa tidak bisa mengarahkan dirinya sesuai dengan yang dicita – citakannya.
Prayitno (dalam tim MKDK, 2002: 190) mengemukakan bahwa jenis – jenis masalah belajar adalah:
1)      Keterampilan akademik, yaitu keadaan siswa yang diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak memanfaatkannya secara optimal
2)      Ketercepatan dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki IQ 130 atau lebih tetapi masih memerlukan tugas – tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajar yang amat tinggi
3)      Sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus.
4)      Kurang motivasi dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang kurang bersemangat daam belajar mereka seolah – olah tampak jera dan malas.
5)      Bersikap dan berkebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi siswa yang kegiatan atau perbuatan belajar sehari –harinya antagonistik dengan yang seharusnya, seperti suka menunda – nunda tugas, mengulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal – hal yang tidak diketahuinya dan sebagainya.
Yeni Karneli ( dalam Ramana 2010: 32) mengemukakan bahwa jenis – jenis masalah yang dihadapi inividu terutama yang dihadapi oleh siswa – siswa di sekolah, sekurang – kurangnya dapat digolongkan menjadi beberapa jenis masalah, yaitu:
1)      Masalah pengajaran atau belajar, misalnya dalam cara membagi waktu belajar, memberi pelajaran di sekolah, menyusun catatan, mengerjakan tugas – tugas dan lain – lain
2)      Masalah pendidikan, misalnya masa akhir pendidikan siswa akan berhadapan dengan penilaian situasi selanjutnya, perencanaan pendidikan lanjutan, pemilihan pendidikan tertentu untuk pekerjaan tertentu, dan lain – lain.
3)      Masalah pekerjaan, seperti pemilihan jenis – jenis pekerjaan yang cocok dengan dirinya, mendapatkan penjelasan tentang jenis – jenis pekerjaan dan lain – lain
4)      Penggunaan waktu senggang, masalahnya bagaimana cara mengisi waktu – waktu senggang dengan kegiatan – kegiatan yang bermanfaat baik bagi dirinya maupun orang lain.
5)      Masalah – masalah pribadi, masalah – masalah ini timbul karena individu merasa kurang berhasil dalam menghadapi dan menyesuaikan diri dengan hal – hal dari dalam dirinya sendiri. Misalnya konflik yang berlarut – larut, gejala – gejala frustasi dan sebagainya.
Dikemukakan lagi oleh Prayitno, dkk ( 1997: 2) bahwa:
“Kegiatan siswa dalam belajar terbagi kedalam lima bagian yang menjadi kelompok dalam pengidentifikasiaan masalah siswa, yaitu sebagai berikut:
1)   Prasyarat penguasaan materi pelajaran yang disingkat P
2)   Keterampilan belajar yang disingkat T
3)   Sarana belajar yang disingkat S
4)   Diri pribadi yang disingkat D
5)   Lingkungan belajar dan sosio – emosional yang disingkat L”

Dalam masalah belajar siswa, ada beberapa siswa yang keadaannya kurang mendukung sehingga mereka terlihat kurang bersemangat dan lebih senang di luar kelas. Keadaan demikian dapat mengganggu kelangsungan siswa dalam menerima yang diberikan oleh guru. Marjohan (dalam Ramana 2010: 15) berpendapat bahwa:
Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami seorang murid dan menghambat kelancaran proses belajarnya. Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan dirinya yaitu berupa kelemahan – kelemahan yang dimiliki dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya.

Berdasarkan pendapat tersebut, masalah belajar pada siswa adalah kondisi siswa dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Dan dikatakan bermasalah jika kondisi siswa tersebut menghambat proses kelancaran belajarnya.
Jadi, masalah belajar yang dialami siswa dapat diperlihatkan pada tingkah lakunya di sekolah dan masalah belajar tersebut harus diselesaikan sehingga tidak berkelanjutan dan berakibatkan pada hasil belajar siswa. Masalah belajar yang dialami siswa sebaiknya dapat segera diberikan bantuan atau perbaikan dalam mengatasi permasalahannya tersebut dan disini jugalah peran guru pembimbing dalam membantu siswa yang mengalami masalah belajar di sekolah.

C.  Peran Guru Pembimbing dalam Mengentaskan Masalah Belajar Siswa di Sekolah
Pada kegiatan belajar siswa di sekolah, siswa menjalankan kegiatan belajar dengan aktif dan dibimbing oleh guru bidang studi dibantu juga oleh guru pembimbingnya. Dalam penyelenggaraan belajar tersebut akan ditemukan siswa yang mengalami masalah belajar. Dan dalam hal ini pula guru pembimbing pun berperan aktif didalamnya.
Dalam hubungan ini guru bidang studi dan guru pembimbing mempunyai fungsi sebagai motivator dalam keseluruhan belajar mengajar. Menurut Ahmadi ( 2008: 106) mengemukakan bahwa:
Ada empat hal yang dapat dikerjakan guru dalam memberikan motivasi kepada muridnya yaitu: (a) membangkitkan dorongan kepada siswa untuk belajar, (b) menjelaskan secara konkret kepada siswa apa saja yang dapat dilakukan pada akhir pengajatan, (c) memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai sehingga dapat merangsang untuk mencapai prestasi yag lebih baik dikemudian hari, dan (d) membentuk kebiasaan belajar yang baik.

Namun sebelum memberikan motivasi belajar kepada siswa, sorang guru pembimbing harus  mengetahui kebutuhan – kebutuhan siswa dalam belajar, yaitu:
1)   Memiliki kondisi fisik yang tetap sehat
2)   Memiliki jadwal belajar dirumah, yang disusun dengan baik dan teratur
3)   Memiliki disiplin terhadap diri sendiri, patuh, dan taat dengan rencana belajar yang telah dijadwalkan
4)   Memiliki kamar/ tempat belajar yang sesuai dengan seleranya sendiri dan mendorong kegiatan belajarnya
5)   Menyiapkan peralatan sekolah dengan baik sebelum belajar
6)   Menerangi dalam kamar/ tempat belajar yang sesuai dan tidak mengganggu kesehatan mata
7)   Harus bisa memusatkan perhatian dan berkonsentrasi dalam belajar
8)   Memiliki kepercayaan terhadap kemampuan sendiri dalam belajar
Menurut Ahmadi ( 2008: 107) disamping mengetahui kebutuhan – kebutuhan yang harus diketahui oleh guru pembimbing, guru pembimbing juga harus mampu untuk:
1.    Mengenal dan memahami setiap siswa baik secara individual maupun kelompok
2.    Memberikan penerangan kepada siswa mengenai hal – hal yang diperlukan dalam proses belajar
3.    Memberikan kesempatan yang memadai agar setiap siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan pribadinya
4.    Membantu setiap siswa dalam mengatasi masalah – masalah pribadi yang dihadapinya
5.    Menilai keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah dilakukannya

Selain itu menurut Ahmadi ( 2008: 116) sebagai guru pembimbing diharapkan mampu untuk:
1.    Memberikan berbagai informasi yang diperlukan dalam proses belajar
2.    Membantu setiap siswa dalam mengatasi masalah – masalah pribadi yang dihadapinya
3.    Mengevaluasi hasil setiap langkah kegiatan yang telah dilakukannya
4.    Memberikan kesempatan yang memadai agar setiap siswa dapat belajar sesuai dengan karakteristik pribadinya
5.    Mengenal dan memahami setiap siswa baik secara individual maupun secara kelompok

Bertitik tolak dari kebutuhan – kebutuhan yang harus dipenuhi dalam belajar, baik secara individual maupun kelompok ada beberapa hal yang wajib dilakukan guru pembimbing membantu siswanya. Menurut Ahmadi ( 2008: 113), mengemukakan bahwa:
“Beberapa kewajiban guru pembimbing atau konselor dalam membantu  siswanya:
1.      Agar siswa dapat menjadikan kondisi fisiknya tetap sehat
2.      Agar siswa dapat menyusun jadwal belajar dengan sebaik – baiknya sesuai dengan situasi dan kondisnya
3.      Agar siswa  dapat menyadari bahwa dalam belajar diperlukan self – diciplin
4.      Agar siswa dapat memilih tempat/ kamar belajar yang ideal, memungkinkan siswa dapat belajar dengan sebaik – baiknya
5.      Agar siswa memiih dan menggunakan peralatan belajar sesuai dengan apa yang ditekuninya
6.      Agar murid – murid dapat memilih dan menempatkan alat penerangan, sesuai dengan kebutuhan belajar
7.      Agar siswa memelihara konsentrasinya dengan tepat, dan menggunakannya dengan baik pada saat siswa sedang belajar
8.      Agar siswa tetap memiliki keyakinan dan kepercayaan terhadap potensi – potensi, kemampuan, bakat yang ada pada dirinya sendiri dengan kesadaran, bahwa siswa mampu menghadapi semua permasalahan yang dijumpai dalam pelajarannya.”

Menurut Ahmadi ( 2008: 113) mengemukakan bahwa untuk dapat memberikan bantuan kepada siswa – siswa seoptimal mungkin dalam kegiatan belajarnya, guru pembimbing sekolah harus dapat:
1)   Berhubungan dan memelihara hubungan dengan siswa – siswa secara terus menerus
2)   Memahami siswa dan membantunya agar kebutuhan sosialnya terpenuhi
3)   Memahami siswa dan membantunya untuk mendapat keseimbangan psikis dan fisiknya
4)   Memenuhi siswa dan mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar yang mengarah kepada tingkah laku yang baik, dan selaras dengan norma – norma kehidupan yang berlaku
5)   Membantu siswa untuk mengatasi dan menghilangkan rasa rendah diri, rasa takut atau cemas, rasa diri lebih superior
6)   Memahami siswa dan membantunya untuk menanamkan kepercayaan pada diri sendiri
7)   Membantu siswa untuk mengatasi dan menghilangkan rasa cemas, rasa ragu – ragu terhadap pemecahan masalah yang sedang dihadapinya
8)   Membantu siswa untuk mengenal dan memahami secara mandalam tujuan pelajaran yang sedang dipelajarinya dalam mengembangkan kariernya di masa depan
9)   Memahami siswa – siswa serta membantunya untuk menggunakan dan mengatur waktu yang ada di dalam kegiatan belajar dengan secara tertib, teratur, dan efektif
10)    Memahami siswa dan membantunya untuk mengembangkan serta meningkatkan kualitas pribadinya secara menyeluruh
11)    Memahami siswa dan membantunya agar dapat mengadakan hubungan yang baik dengan teman – temannya.
Berdasarkan yang telah dikemukakan di atas, jelas bahwa untuk dapat memberikan bantuan pelayanan bimbingan terhadap siswa dengan sebaik – baiknya, guru pembimbing perlu memahami siswanya secara individual maupun secara kelompok.
Guru pembimbing melakukan berbagai  upaya untuk mengungkapkan masalah yang dihadapi siswa sehingga siswa mengalami masalah belajar. Prayitno dalam Tim MKDK, 2002 (dalam Siregar, 2005: 38) mengemukakan bahwa ada beberapa upaya pengentasan masalah belajar, yaitu:
1)      Pengajaran perbaikan
2)      Kegiatan pengayaan
3)      Peningkatan motivasi belajar
4)      Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik
5)      Layanan konseling individual
Masalah belajar siswa sebelum diberikan bantuan tentunya diungkapkan dan cari tahu penyebabnya lalu dibantu dalam penyelesaiannya. Siswa yang mengalami masalah belajar tidak dapat belajar secara wajar karena mengalami masalah dalam belajar itu sendiri, sehingga masalah belajar siswa hendaknya diungkapkan dimana letak permasalahannya.
Munculnya masalah belajar pada siswa juga harus diperhatikan dari segi faktor – faktor yang mempengaruhi belajar siswa tersebut. Menurut Slameto ( 2010: 54) bahwa “faktor – faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.” 
Dalam faktor intern dibagi lagi menjadi tiga faktor, yaitu:
1.    Faktor Jasmaniah
a)    Faktor Kesehatan
Menurut Ahmadi ( 2008: 79) mengatakan “seorang yang sakit akan mengalami kelemahan fisiknya, sehingga saraf sensoris dan motorisnya lemah”. Karena itu sangat perlu menjaga kesehatan agar tidak sampai sakita, sebab kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Ahmadi ( 2008: 79) mengemukakan kembali “ rangsangan yang diterima melalui indranya tidak dapat diteruskan ke otak”. Oleh sebab itu, proses belajar seseorang akan terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan – gangguan kelainan – kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya. Karena hal – hal ini maka penerimaan dan respons pelajaran berkurang, saraf otak tidak mampu bekerja secara optimal memproses, mengelola, menginterpretasi dan mengorganisasi bahan pelajaran melalui indranya.
Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan – ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi, dan ibadah serta hal penting yang perlu diperhatikan adalah suplai gizi bagi pertumbuhan siswa tersebut.
b)      Cacat Tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Cacat itu berupa buta, setengah buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, dan patah tangan, lumpuh, dan lain – lain.
Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecatatannya itu.
2.    Faktor Psikologis
a)      Intelegensi
Menurut Prayitno ( 2006: 57) mengemukakan bahwa “ intelegensi merupakan kemampuan potensial yang dibawa semenjak lahir atau disebut bakat umum”. Kemampuan yang dimiliki itu dibawa sejak lahir dan dikembangkan setelah lahir melalui proses belajar.
Sedangkan menurut Slameto ( 2010: 56) mengemukakan bahwa ”intelegensi itu adalah kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep – konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat”. Siswa mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya dengan cepat menggunakan pemikiran yang abstrak dan mampu menghubungkan keadaan yang satu dengan keadaan yang lain.
Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Ahmadi ( 2008: 81) mengatakan “anak yang IQ-nya tinggi dapat menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi”.
b)   Perhatian
Perhatian adalah seluruh jiwa dan pikiran semata – mata tertuju kepada suatu obyek ( benda/ hal ) atau sekumpulan obyek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Untuk itu, agar siswa  dapat belajar dengan baik, guru pembimbing atau guru bidang studi mengusahakan bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara pelajaran itu disesuaikan dengan hobi atau bakat siswa.
c)      Minat
Menurut Slameto ( 2008: 57) mengemukakan bahwa “ minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus – menerus yang disertai dengan rasa senang”. Minat ini merupakan suatu yang dimiliki berupa keinginan secara kontiniu dan diikuti dengan perasaan senang dan dari tersalurkannya minat itu akan diperoleh kepuasaan.
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik – baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Pernyataan ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Ahmadi ( 2008: 83) yang menyatakan
“ Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhan, tidak sesuai dengan kecakapan, tidak sesuai dengan tipe – tipe khusus anak banyak menimbulkan problema dalam dirinya”

Bila terdapat siswa yang mengalami kurang berminat dalam belajar, dapatlah diusahakan agar ia mempunyai minat yang lebih besar dengan cara memberikan layanan – layanan seperti layanan informasi berupa hal – hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan serta hal – hal yang berhubungan dengan cita – cita serta kaitannya dengan bahan pelajaran yang dipelajari itu.
d)   Bakat
Menurut Conny ( dalam Ali, 2010: 78) “bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan, baik yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus”. Bakat merupakan kemampuan bersifat alamiah yang dimiliki untuk belajar. Bakat mempengaruhi belajar, apabila bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena siswa senang belajar dan pastilah selanjutnya siswa lebih giat lagi dalam belajarnya itu. Pihak guru, baik itu guru pembimbing maupun guru bidang studi dan pihak sekolah lainnya penting mengetahui bakat siswa – siswanya dan menempatkan siswanya belajar sesuai dengan bakat yang dimilikinya. Dalam hal ini Ahmadi ( 2008: 82) menyimpulkan “ bakat merupakan potensi/ kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir”. Oleh karena itu, bakat yang dimiliki itu harus diasah dan dengan bantuan lingkungan seperti guru bidang studi maupun guru pembimbingnya.
e)    Motif
Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Di dalam menentukan tujuan dapat disadari atau tidak disadari, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif tersebut sebagai penggeraknya.
Kaitannya dengan proses belajar, haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan  dengan belajar.
Apabila motif – motif belajar itu tidak ada dalam diri siswa, maka guru pembimbing memberikan layanan – layanan yang dapat menumbuhkan motif belajar dalam diri siswa. Menurut Slameto ( 2008: 58) mengatakan bahwa “motif dapat juga ditanamkan kepada diri siswa dengan cara memberikan latihan – latihan atau kebiasaa – kebiasaan yang kadang – kadang juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan”. Dari pendapat tersebut jelas bahwa motif yang kuat sangatlah perlu di dalam belajar, di dalam membentuk motif yang kuat itu dapat dilaksanakan dengan adanya latihan – latihan dan pengaruh lingkungan yang memperkuat sehingga latihan atau kebiasaan itu sangat diperlukan dalam belajar.
f)    Kematangan
Menurut Prayitno ( 2005: 11 ) mengemukakan pendapat bahwa “ istilah kematang sering digunakan sebagai arti yang sama dengan pertumbuhan, walaupun sebenarnya tidak persis sama.” Istilah kematangan dimaksudkan disini menggambarkan pola perubahan fisik dan keterampilan yang ditentukan oleh faktor gen. Hubungannya dengan belajar adalah dimana siswa yang belum siap ( matang ) tidak dapat melaksanakan kemampuan sebelum belajar.  Belajar siswa akan berhasil jika siswa sudah siap ( matang ). Jadi kematangan juga dapat menjadi masalah belajar bagi siswa karena ketidaksiapan atau ketidakmatangan siswa dalam penggunaan fisik.
3.    Faktor Kelelahan
Slameto ( 2010: 59 ) kembali mengemukakan bahwa “ kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis)”. Kelelahan yang dimaksudkan Slameto bisa ditarik kesimpulan, dimana apabila seorang siswa itu merasakan kelelahan tentunya siswa tersebut akan menjadi malas untuk belajar. Dilihat dari segi kelelahan jasmani, bila fisik seorang siswa itu terlalu lelah maka siswa tersebut akan timbul rasa malas untuk belajar dan akhirnya tidak belajar sama sekali. Begitu juga dari segi kelelahan rohani, apabila siswa itu merasa bosan atau kelesuan timbul dalam dirinya, maka minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu atau untuk belajar pun tidak akan muncul.
Slameto ( 2010: 60) mengungkapkan lagi cara yang dapat dilakukan untuk menghilangkan kelelahan jasmani maupun rohani:
·         Tidur, mengembalikan energi dan kekuatan kembali, sehingga tubuh lebih sehat dan berstamina lagi oleh karena itu dorongan untuk belajar akan kembali lagi.
·         Istirahat yang cukup bila tidak bisa tidur atau tidak mungkin untuk tidur. Istirahat yang juga bisa untuk mengembalikan stamina dan kekuatan tubuh dan semangat untuk kembali beraktivitas itu kembali pulih.
·         Mengusahakan variasi dalam belajar. Misalnya, kondisi tempat belajar atau suasana ruang belajar diubah – ubah atau direnovasi sehingga tidak bosan dengan keadaan ruangan belajar
·         Olahraga yang teratur juga perlu untuk dapat menghilangkan kelelahan agar darah mengalir dengan lancar sehingga tubuh pun menjadi sehat.
·         Mengimbangi makan dengan makanan yang memenuhi syarat – syarat kesehatan, misalnya yang memenuhi empat sehat lima sempurna
·         Jika kelelahan sangat serius cepat – cepat menghubungi seorang ahli, misalnya psikiater, dokter, konselor, dan lain – lain.
Selain faktor intern, terdapat juga faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapatlah dikelompokka menjadi 3 faktor, yaitu:
1.    Faktor keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa:
·         Cara orang tua mendidik
Slameto ( 2010: 60 ) berpendapat “cara orang tua siswa dalam mendidik besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya”. Orang tua yang kurang/ tidak memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap anaknya, tidak memperhatikan sama seklai akan kepentingan – kepentingan dan kebutuhan – kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak menyediakan/ melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak kesulitan yang dialami dalam belajar, menyebabkan anak tidak berhasil dalam belajarnya.
·         Relasi antaranggota keluarga
Relasi antaranggota yang terpenting adalah relas antara anak dan orang tuanya. Setelah itu keluarga dekat yang lainnya. Slameto ( 2010 : 62) mengatakan bahwa wujud relasi itu bisa berupa kasih sayang, perhatian dan juga pengertian. Bila hal itu didapatkan dari keluarga baik itu orang tua atau keluarga dekat yang lainnya, siswa akan merasa semangat dalam belajar.
·         Suasana rumah
Suasa rumah yang dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian – kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga dimana siswa berada dan belajar.
·         Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Karena siswa belajar membutuhkan fasilitas untuk belajar, baik itu berupa buku pedoman atau pun pendukung belajar lainnya, itu menjadi penentu juga bagi siswa untuk aktif belajar.
·         Pengertian orang tua
Siswa belajar perlu dorongan dan pengertian dari orang tua. Orang tua harus mengerti saat – saat dimana siwa sedang belajar, dimana siswa tidak ingin diganggu sedang belajar, orang tua pun harus mengerti akan keadaan tersebut.
2.    Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar siswa mencakup:
·         Metode mengajar
Metode mengajar juga mempengaruhi hasil dan usaha belajar siswa. Menurut Slameto ( 2010: 65) mengemukakan
“metode belajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa dan atau terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya, akibatnya siswa malas untuk belajar”.

·         Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa.Kurikulum yang baik berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa. Guru baik itu guru bidang studi atau pun guru pembimbing harus memahami siswa dengan baik, harus mempunyai perencanaan yang detail agar dapat melayani siswa belajar dengan baik secara individual.
·         Relasi guru dengan siswa
Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswanya. Cara belajar siswa pun dipengaruhi oleh relasi siswa tersebut dengan gurunya. Slameto ( 2010: 66) menyebutkan “ guru yang kurang berinteraksi dengan siswa secara menyebabkan proses belajar mengajar itu kurang lancar”. Artinya, dalam proses belajar sangat diperlukan pula interaksi guru dengan siswa. Guru tidak hanya monoton untuk menerangkan saja di depan kelas, melainkan juga mengadakan tanya jawab dengan siswanya untuk membentuk relasi yang baik antar guru dengan siswa.
·         Relasi siswa dengan siswa
Guru bidang studi atau pun guru pembimbing juga harus memperhatikan relasi antar sesama siswa. Gunanya adalah guru berusaha untuk melihat bahwa didalam kelas tersebut apakah terbentuk gep atau kelompok – kelompok tertentu yang mengakibatkan terpecah belahnya kelas tersebut.
Siswa yang mempunyai sifat atau tingkah laku yang kurang menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau sedang mengalami tekanan – tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok. Hal – hal yang demikian ini patut diperhatikan guru agar tidak terganggunya aktivitas belajar siswa yang kemungkinan akan malas untuk belajar diakibatkan alasan – alasan  yang tidak – tidak karena perlakuan dari temannya yang kurang menyenangkan.
·         Disiplin sekolah
Disiplin erat juga hubungannya dengan kerajinan siswa disekolah untuk belajar. Banyak kedisiplinan yang diterapkan didalam sekolah. Seperti yang diungkapkan oleh Slameto ( 2010: 67) bahwa:
“Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib, kedisiplinan pegawai/ karyawan dalam pekerjaan administrasi dan kebersihan/ keteraturan kelas, gedung sekolah, kedisiplinana Kepala Sekolah dalam mengelola seluruh staf beserta siswa – siswanya, dan kedisiplinan guru BK dalam pemberian pelayanan kepada siswa.”

Peraturan dan tata tertib yang diterapkan di sekolah mempengauhi kedisiplinan siswanya pula dalam belajar. Semua peraturan itu dijalankan dan dibantu oleh guru pembimbing untuk mengawasi jalannya peraturan – peraturan tersebut.
3.    Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaa siswa dalam masyarakat. Faktor masyarakat sebagai faktor intern bagi siswa meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat ( Slameto, 2010: 70).
Dalam pemberian layanan kepada siswa yang mengalami masalah dalam belajar, faktor – faktor yang telah diuraikan di atas sangatlah perlu diperhatikan oleh seorang guru pembimbing. Sebab,  tidak dengan sesuka hati guru pembimbing memberikan layanan kepada siswanya. Guru pembimbing harus memperhatikan penyebab siswa mengalami masalah belajar, baik dari segi intern maupun ekstern siswa tersebut.
Selain dari sisi siswanya, guru pembimbing juga harus memperhatikan dari segi guru bidang studi yang menjadi pokok permasalahan bagi siswa tersebut dalam belajar sehingga siswa mengalami masalah dalam belajarnya. Yang diperhatikan guru pembimbing dari guru bidang studi tersebut adalah kemampuan seorang guru tersebut untuk mengajar yang efektif.
Slameto ( 2010: 92) dalam bukunya ia mengemukakan “ mengajar adalah membimbing siswa agar mengalami proses belajar”. Dalam proses belajar , siswa menginginkan agar hasil belajarnya, efektif bagi dirinya. Dalam hal ini, guru dituntut untuk membantu siswa dalam belajar. Sehingga dalam proses belajar, guru harus mengajar dengan efektif agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang diinginkan siswa.
Slameto ( 2010: 92) kembali mengemukakan “ mengajar yang efektif ialah mengajar yang dapat membawa belajar siswa yang efektif pula.” Belajar disini adalah suatu aktivitas mencari, menemukan dan melihat hal yang menjadi pokok permasalahan.
Peran guru pembimbing dalam mengentaskan masalah belajar siswa juga dapat dilakukan dengan mengembangkan kreativitas siswa dalam belajarnya. Dimana siswa dapat menggunakan daya kreasinya untuk mampu belajar dengan kreatif dan sesuai dengan kemampuannya. Menurut Slameto ( 2010: 144) pengertian dari “ kreatif berhubungan dengan penemuan sesuatu, mengenai hal yang menghasilkan sesuatu yang baru dengan menggunakan sesuatu yang telah ada”. Dari pernyataan tersebut siswa dituntut untuk menciptakan sesuatu yang baru dari sesuatu yang telah ada. Dimana, dalam belajar siswa biasa mengkreasi materi itu dengan cara yang lebih mudah dipahami olehnya dengan materi yang telah disampaikan atau yang telah diterimanya. Guru pembimbing merangsang siswa untuk lebih kreatif dalam menciptakan suatu cara belajar yang baru agar siswa tidak cepat bosan dengan cara penyampian guru tentang suatu materi kepadanya. Seperti yang dikatakan Moreno ( dalam Slameto, 2010: 146),
“yang penting dalam kreativitas itu bukanlah penemuan sesuatu yang belum pernah diketahui orang sebelumnya, melainkan bahwa produk kreativitas itu merupakan sesuatu yang baru bagi diri sendiri dan tidak harus merupakan sesuatu yang baru bagi orang lain atau dunia pada umumnya, misalnya siswa menciptakan untuk dirinya sendiri suatu hubungan baru dengan siswa/ orang lain”

Siswa hanya dituntut untuk menciptakan sesuatu yang baru bagi dirinya tanpa harus diketahui oleh orang lain. Yang terpenting, siswa mampu memahami pelajaran tersebut dengan caranya sendiri, dengan mengembangkan kreativitasnya sendiri tanpa harus mempublikasikannya kepada orang lain.
Faktor – faktor yang dikemukakan diatas merupakan faktor yang dapat menyebabkan munculnya masalah – masalah belajar pada siswa. Pada kegiatan belajar siswa di sekolah, siswa menjalankan kegiatan belajar dengan aktivitas dan bimbingan oleh guru. Dalam penyelenggaraan belajar tersebut tidak tertutup kemungkinan guru sebagai penyelenggara sebagai fasilisator dalam belajar menemukan siswa yang sekiranya mengalami masalah belajar selanjutnya dapat membantu siswa tersebut.
Masalah belajar siswa sebelum diberikan bantuan tentunya diungkapkan dan dicari tahu penyebabnya lalu dibantu penyelesaiannya. Selanjutnya Prayitno ( 1997: 155) berpendapat bahwa siswa yang mengalami masalah belajar dapat dikenali melalui:
a.    Tes hasil belajar
Tes hasil belajar adalah suatu alat yang disusun untuk mengungkapkan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan dan pengajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
b.    Tes kemampuan dasar
Tingkat kemampuan dasar biasaya diukur atau diungkapkan dengan mengadministrasikan tes intelegensi yang sudah baku
c.    Pengisisan AUM PTSDL
Siswa dapat mengisi alat ungkap masalah yang berkenaan dengan masalah belajar.
d.   Tes diagnostik
Tes diagnostik merupakan instrument untuk mengungkapkan adanya kesalahan – kesalahan yang dialami oleh siswa dalam bidang pelajaran tertentu.
e.    Analisis hasil belajar
Analisis hasil belajar hampir sama dengan tes diagnostik, namun analisis hasil belajar prosedur pelaksanaanya adalah dengan memeriksa langsung materi belajar yang ditampilkan siswa.
Masalah belajar yang dialami sswa harus segera dibantu, dalam pengungkapan masalah belajar yang cenderung dialami siswa adalah dengan Alat Ungkap Masalah (AUM). Alat ungkap masalah tersebut telah dirancang sedemikian rupa untuk mengungkapkan permasalahan siswa dan tidak terlepas pada permasalahan khusus yaitu pada masalah belajar.
Prayitno ( 1997: 3) menyatakan bahwa:
Untuk mengungkapkan masalah-masalah belajar siswa dan mahasiswa secara menyeluruh, telah dikembangkan dua jenis alat ungkap masalah yaitu alat untuk mengungkapkan masalah – masalah umu yag dikenal dengan AUM Umum dan mengungkapkan masalah belajar lebih khsus dinamakan AUM PTSDL.

Berdasarkan pendapat Prayitno tersebut mengungkapkan masalah belajar dapat menggunakan AUM PTSDL. Selanjutnya Prayitno ( 1997: 4) mengungkapkan bahwa komposisi AUM PTSDL adalah memperhatikan ruang lingkup dan kondisi kehidupan siswa pada umumnya, maka AUM PTSDL meliputi jumlah item yang memuat berbagai masalah yang mungkin dialami oleh siswa yang semuanya dikelompokkan pada lima bidang, yaitu:
a.    Prasyarat penguasaan materi (P)
Rendahnya penguasaan materi atau daya serap siswa dalam proses belajar mengajar seringkali bukan disebabkan karena kemampuan dasar atau kecerdasan siswa yang rendah tetapi juga disebabkan secara langsung terkait dengan materi pembelajaran itu sendiri, artinya mereka tidak menguasai materi – materi tertentu yang menjadi syarat untuk menguasai materi selanjutnya.
b.      Keterampilan belajar (T)
Seorag siswa harus dapat menguasai seperangkat keterampilan belajar agar siswa tersebut dapat sukses dalam menjalani pembelajaran di sekolah dengan menguasai materi yang telah dipelajari. Keterampilan belajar itu diantaranya:
1)   Mengatur pelajaran dengan efektif
2)   Membaca dan mengingat dengan efektif
3)   Mengatur waktu belajar secara efektif
4)   Mengakui pelajaran di kelas secara efektif
5)   Menggunakan kepustakaan dan sumber- sumber belajar dengan efektif
6)   Menulis karya tulis dengan baik dan efektif
7)   Mempersiapkan diri untuk ujian dengan efektif
c.    Sarana dan Prasarana ( S )
Ketersediaan sarana belajar merupakan salah satu aspek penting dalam menunjang kesuksesan siswa dan bagaimana keadaan siswa dalam proses belajar mengajara di kelas sehingga dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Siswa seharusnya memiliki sarana dan prasarana yang cukup da memadai sehingga siswa dapat memanfaatkan sara tersebut untuk kegiatan belajar. Sarana yang dimaksudkan adalah perlengkapan dan peralatan yang dapat digunakan oleh siswa dalam kegiatan belajar dikelas maupun diluar kelas. Menurut Prayitno ( 1997: 15) sarana belajar yang diharapkan tersedia dan dimanfaat secara baik oleh siswa dalam kegiatan belajar meliputi:
1)      Dana
2)      Perlengkapan
3)      Buku – buku sumber
4)      Buku dan alat tulis
5)      Alat – alat praktek
6)      Ruang belajar di rumah beserta perlengkapannya
d.   Diri pribadi ( D )
Penguasaan materi yang telah diberikan guru tidak akan terkuasai dengan baik jika kondisi diri pribadi siswa baik secara psikis maupun fisik mengalami hambatan. Kondisi diri siswa akan mempengaruhi bagaimana menerima materi pelajaran dalam proses belajar mengajar. Keadaan pribadi yang dimaksud adalah seperti yang diungkapkan oleh Prayitno ( 1997: 16) yaitu:
1)      Kondisi kesehatan fisik pada umumnya
2)      Minat, bakat dan kemampuan
3)      Rasa percaya diri, kemauan dan semangat
4)      Persepsi dan keyakinan pentingnya kesuksesan belajar
5)      Aspirasi terhadap pendidikan.
e.    Lingkungan Sosio Emosional ( L )
Kondisi lingkungan sosio-emosional mempengaruhi siswa dalam proses belajar. Proses belajar siswa di kelas tidak terlepas dari pengaruh – pengaruh di sekitar siswa. Lingkungan sosio emosional dari siswa yang dapat mengganggu kelancaran belajar siswa meliputi:
1)   Hubungan dengan siswa dan sesama siswa
2)   Hubungan dan perlakuan anggota keluarga
3)   Suasana lingkungan belajar (di rumah dan di sekolah)
4)   Pergaulan dengan teman – teman di luar sekolah
5)   Kondisi geografis tampat tinggal dan sekolah.














BAB  III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Masalah belajar merupakan suatu kondisi tertentu yang dialami oleh siswa dan menghambat kelancaran proses belajar. Masalah belajar itu dapat timbul dikarenakan berbagai kondisi, baik itu karena suatu keadaan yang disengaja maupun tidak disengaja. Selain itu, kondisi tertentu yang menjadikan masalah belajar dialami siswa bisa jadi diakibatkan karena kelemahan – kelemahan yang dimiliki siswa tersebut. Pada kondisi lain, masalah belajar itu juga dapat dikarena dari keadaan lingkungan yang tidak mendukung dan menguntungkan bagi siswa tersebut. Banyak berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya masalah belajar pada siswa. Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan masalah belajar adalah keadaan siswa dalam kegiatan belajar yang mana tidak sesuai dengan tujuan sehingga mengganggu proses kelancaran dalam belajar dan berpengaruh dalam sikapnya dalam belajar, serta permasalahan yang dimiliki oleh siswa itu perlu dientaskan secara cepat dan tepat oleh orang yang dapat membantu menyelesaikannya, seperti guru pembimbingnya.
Masalah belajar dapat dientaskan dengan bantuan berbagai pihak termasuk guru pembimbing. Guru pembimbing juga berperan penting dalam mengentaskan masalah belajar siswa. Guru pembimbing dapat membantu siswa untuk mengentaskan masalah belajar siswa dengan berbagai cara sesuai dengan ajaran yang diterapkan dalam bimbingan konseling.
Upaya – upaya guru pembimbing dalam mengentaskan masalah belajar siswa itu bisa melalui berbagai cara, seperti halnya misalkan dengan pemberian AUM PTSDL. AUM PTSDL merupakan suatu instrument yang digunakan untuk mengungkapkan tentang masalah belajar siswa. Baik dari faktor siswa itu sendiri maupun dari faktor lingkungannya. Dari penggunaan AUM PTSDL ini dapat mengungkapkan masalah belajar siswa yang sedang siswa alami. Begitu juga dengan upaya – upaya yang dilakukan guru pembimbing untuk mengentaskan masalah siswa, sehingga masalah siswa itu dapat terungkap dan terentaskan dengan tepat dan cepat. Oleh sebab itu, guru pembimbing juga sangat diperlukan dan berperan penting dalam mengentaskan masalah belajar siswa di sekolah.
B.  Saran
Pada akhir makalah ini, berikut beberapa saran penulis yang dianggap perlu dan dapat dipergunakan untuk suatu inovasi yang baru, untuk diterapkan disekolah. Adapun saran – saran tersebut adalah:
1.    Diharapkan pihak sekolah untuk lebih mengaktifkan kinerja – kinerja guru pembimbing di dalam sekolah.
2.    Diharapkan guru pembimbing yang ada di sekolah – sekolah lebih menyadari dan menjalankan tugas – tugasnya sebagai guru pembimbing
3.    Diharapkan guru pembimbing dan siswa – siswa dapat membina hubungan yang baik sehingga dapat terjalin kerjasama yang baik dan dapat mengaktifkan kinerja masing –masing.

KEPUSTAKAAN

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Bordaleni Siregar. 2005. Harapan Siswa Kelas III SMA Negeri 1 Kota Padang Panjang Terhadap Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling Dilihat Dari Jumlah Masalah Belajar Yang Dialaminya (Skripsi). Padang: UNP

Elida Prayitno. 2006. Buku Ajar Psikologi Perkembangan. Padang: Angkasa Raya

Elida Prayitno. 2005. Buku Ajar Perkembangan Anak Usia Dini dan SD. Padang: Angkasa Raya


Mega Sari Ramana. 2010. Masalah Belajar Siswa Diklat di SMA Negeri 5 Padang (Skripsi).Padang: UNP

Mohammad Ali dan Mohammad Asrori. 2010. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Bumi Aksara

Mudjiran,dkk. 2000. Perkembangan Peserta Didik. Dirjen Dikti

Prayitno. 1997. Seri Pemandu Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Buku III). Padang: Ikrar Mandiri

Prayitno, dkk. 1997. Pedoman AUM PTSDL Format 2: Siswa SLTA. Padang: Program Studi Bimbingan Konseling Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP IKIP Padang

Slameto. 2010.Belajar dan Faktor – faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta


4 komentar:

  1. Mantep om gak capek ngetiknya heheh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha
      Makasih,, asal bisa bagi ilmu, capek tu hilang semuanya,,

      Hapus
  2. ini baru makalah, keren!
    kutipannya bagus, sumbernya jelas,.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih banyak atas pujiannya, semoga tulisan saya dapat bermanfaat yaa :)

      Hapus