BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam hidup
sering ditemukan adanya masalah. Masalah merupakan terjadinya kesenjangan
antara harapan dan kenyataan sehingga terjadi kesulitan dalam mencapai suatu
tujuan ( Siregar, 2005: 3). Apabila kenyataan yang dihadapi dalam hidup tidak
sesuai dengan harapan, itu artinya terjadi sesuatu masalah.
Dalam
pelaksanaan proses kegiatan belajar dan mengajar, beberapa diantara siswa
mengalami permasalahan yang harus diselesaikan untuk mencapai kehidupan
efektivitas sehari – sehari dan di sekolah. Prayitno ( 1997: 17) menyatakan
bahwa:
Orang yang sedang mengalami masalah memperlihatkan
kemandiriannya yang terganggu. Siswa tidak mengenal dan menerima diri dan
lingkungan dengan baik, tidak mampu mengambil keputusan dengan tepat sehingga
pengarahan dirinya terhambat, dan tidak mampu mewujudkan diri sesuai dengan
potensi yang dimilikinya.
Dalam keadaan
tertentu, seringkali terjadi masalah yang dihadapi siswa di sekolah. Masalah
siswa di sekolah dapat berupa masalah belajar, sehingga menghambat kelancaran
proses belajar siswa. Keadaan tertentu itu dapat pula berupa
kelemahan-kelemahan dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak
menguntungkan bagi dirinya. Menurut Prayitno (1997: 2) “masalah belajar pada
siswa adalah menyangkut bidang prasyarat penguasaaan materi pelajaran, bidang
keterampilan belajar, bidang sarana prasarana, bidang diri pribadi, dan bidang
lingkungan belajar dan sosio – emosional”. Dalam hal ini masalah belajar yang
dihadapi oleh siswa di sekolah itu cukup banyak.
Masalah belajar
tidak hanya dialami oleh siswa yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga
dapat dialami oleh siswa yang pandai atau cerdas. Setiap siswa, mengalami
masalah belajar yang berbeda-beda. Sehingga jenis-jenis masalah belajar itu
dapat di kelompokkan berdasarkan faktor-faktor yang menyebabkannya. Segoe
(dalam Widyastono, 2004) menunjukkan bahwa ciri – ciri tertentu dari siswa yang
memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa dapat mengkibatkan timbulnya
masalah – masalah tertentu, misalnya: (1) kemampuan berpikir kritis dapat
mengarah kepada sikap meragukan , baik terhadap diri sendiri maupun terhadap
tugas – tugas yang rutin, (2) kemampuan kreatif dan minat untuk melakukan hal –
hal yang baru, bisa menyebabkan mereka tidak menyukai atau lekas bosan terhadap
tugas – tugas rutin, (3) perilaku yang ulet dan terarah pada tujuan, dapat
menjurus kepada keinginan untuk memaksakan atau mempertahankan pendapatnya, (4)
kepekaan yang tinggi dapat membuat mereka menjadi mudah tersinggung atau peka
terhadap kritik, (5) semangat, kesiagaan mental dan inisiatifnya yang tinggi
dapat membuat kurang sabar dan kurang tenggang rasa jika tidak ada kegiatan
yang dinamis, (6) dengan kemampuan dan minatnya yang beraneka ragam, mereka
membutuhkan keluwesan serta dukungan untuk dapat menjajaki dan mengembangkan
minatnya, (7) keinginan mereka untuk mandiri dalam belajar dan bekerja
kebutuhannya akan kebebasan, dapat mengakibatkan konflik karena tidak mudah
menyesuaikan diri terhadap tekanan orang tua, sekolah atau teman – temannya, siswa
juga bisa merasa ditolak atau kurang dimengerti oleh lingkungannya, (8) sikap acuh
tak acuh dan malas dapat timbul karena pengajaran yang diberikan di sekolah
kurang mengundang tantangan baginya.
Siswa
mengharapkan adanya pengentasan masalah – masalah yang terjadi pada dirinya
secara cepat dan tepat, namun mereka sering tidak dapat mengentaskan masalah
tersebut sendiri sehingga membutuhkan orang lain. Dalam menyikapi masalah
belajar siswa, pihak guru, baik itu guru pembimbing, maupun guru bidang studi,
memiliki kiat - kiat atau cara – cara tersendiri dalam mengatasi hal tersebut,
sehingga masalah belajar yang dialami oleh siswa dapat terentaskan. Dari
permasalahan yang dikemukakan, maka diangkatlah sebuah judul “ Kiat Guru Pembimbing Mengentaskan Masalah
Belajar Siswa di Sekolah” sebagai suatu permasalahan yang akan dibahas
dalam makalah ini.
B. Tujuan
Tujuan pembahasan dalam
makalah ini adalah :
1. Untuk
menyelesaikan salah satu tugas akhir semester II tahun ajaran 2012 pada mata kuliah
Dasar Logika dan Penulisan Ilmiah
2. Untuk
mengetahui masalah – masalah belajar yang dialami siswa
3. Untuk
mengetahui kiat-kiat guru pembimbing dalam mengentaskan masalah belajar siswa
C. Rumusan Masalah
1. Apa
saja jenis – jenis dan penyebab masalah belajar siswa di sekolah?
2. Bagaimana
kiat guru pembimbing dalam mengentaskan masalah belajar siswa?
BAB II
PENGENTASAN
MASALAH BELAJAR SISWA di SEKOLAH
A. Pengertian Masalah Belajar
Pengertian tentang belajar sudah banyak di kemukakan
oleh para ahli, baik itu ahli psikologi maupun psikologi pendidikan. Menurut pengertian
secara psikologi (dalam Slameto, 2010: 2), “belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.” Perubahan – perubahan tingkah
laku yang diharapkan disini merupakan perubahan yang berasal dari lingkungannya
akibat dari interaksi yang dilakukan sesama individu.
Slameto ( 2010: 2) menarik kesimpulan mengenai pengertian
belajar yaitu “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.” Perubahan yang
terjadi dalam diri seseorang banyak sekali, baik itu perubahan sifat maupun
jenis. Oleh karena itu, perubahan yang
terjadi dalam diri seseorang itu merupakan perubahan dalam arti belajar. Karena
belajar yang diharapkan itu merupakan suatu perubahan tingkah laku ke arah yang
lebih baik tentunya.
Berhubungan dengan pengertian belajar yang
dikemukakan diatas, menurut James O. Whittaker (dalam Ahmadi, dkk, 2008: 126)
mengemukakan bahwa “learning may be
defined as the process by which behavior originates or is altered through
training or experience”. Yang dimana maksud dari pernyataannya yaitu
belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui
latihan atau pengalaman. Bila dipahami maksud dari pengertian yang dikemukakan diatas
perubahan tingkah laku yang diakibatkan pertumbuhan fisik atau kematangan,
kelelahan, penyakit, atau pengaruh obat – obatan adalah tidak termasuk sebagai
belajar, melainkan belajar yang dimaksudkan disini adalah suatu perubahan yang diakibatkan
adanya suatu proses didalam hidup berupa pengalaman yang menjadi suatu
perubahan yang baik bagi seorang individu.
Definisi yang tidak jauh berbeda dengan definisi
tersebut dikemukakan oleh Cronbach dalam bukunya yang berjudul Education Psychology (dalam Ahmadi, dkk,
2008: 127) yaitu “learning is shown by
change in behaviour as a result of experience”. Belajar yang efektif adalah melalui
pengalaman. Dalam proses belajar, seseorang berinteraksi langsung dengan objek
belajar dengan menggunakan semua alat indranya. Dalam belajar seseorang
membutuhkan alat berupa indranya yang memiliki fungsi tersendiri dalam proses
belajar tersebut.
Masalah merupakan sesuatu yang tidak diinginkan dan
tidak diharapkan menjadi hal yang memberatkan dan menyulitkan bagi individu dan
lingkungannya. Hal ini sejalan dengan pengertian masalah yang dikemukakan
Prayitno (1997) bahwa masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya,
menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri atau orang lain, bahkan ingin atau
perlu dihilangkan.
Dari pengertian masalah dan belajar yang telah
dikemukakan dapat ditarik kesimpulan bahwa masalah belajar merupakan suatu keadaan
yang menghambat kelancaran proses belajar siswa baik itu berupa tingkah
laku ataupun kekurangan – kekurangan
yang dimiliki siswa tersebut dalam mencapai kesuksesan siswa dalam belajarnya.
Pencapaian kesuksesan dalam belajar tidak terlepas
dari masalah dan hambatan yang menuntut untuk diselesaikan tak terkecuali
masalah dalam belajar yang akan menghambat kelancaran proses belajar siswa.
Mudjiran (1993: 67) menerangkan bahwa:
Masalah
belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami seorang murid dan penghambat
kelancaran proses belajarnya. Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan
dirinya yaitu berupa kelemahan – kelemahan yang dimiliki dan dapat juga
berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya.
Jadi berdasarkan pendapat diatas,
masalah belajar yang merupakan kondisi tertentu yang dialami siswa juga
mempengaruhi terhambat proses belajar. Selanjutnya, Prayitno (1997: 2)
menyatakan:
Kesuksesan
dan daya serap hasil belajar yang tinggi tidak hanya pada kegiatan belajar yang
dikelola guru tetapi sebetulnya juga ditentukan oleh keadaan atau kondisi siswa
itu sendiri yang disimpulkan pada lima unsur pokok yaitu prasyarat penguasaan
materi pelajaran (P), keterampilan belajar (T), sarana dan prasarana (S), diri
pribadi (D) dan lingkungan sosio emosional (L).
Masalah belajar adalah suatu kondisi
tertentu yang dialami siswa dan menghambat kelancaran proses belajarnya.
Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan dirinya yaitu berupa kelemahan –
kelemahan yang dimiliki dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak
menguntungkan bagi dirinya. Jadi, masalah belajar adalah keadaan siswa dalam kegiatan
belajar yang mana tidak sesuai dengan tujuan sehingga mengganggu proses
kelancaran dalam belajar dan berpengaruh dalam sikapnya dalam belajar, serta
permasalahan yang dimiliki oleh siswa itu perlu dientaskan secara cepat dan
tepat oleh orang yang dapat membantu menyelesaikannya, seperti guru
pembimbingnya.
B.
Jenis
– jenis Masalah Belajar
Tugas utama siswa di sekolah adalah
belajar, dimana dia harus menguasai materi pelajaran dengan berbagai
tuntutannya. Hasil belajar siswa idealnya adalah apabila mereka mampu menguasai
sepenuhnya segenap materi pelajaran dengan berbagai tuntutan yang meliputi
unsur – unsur atau ranah kognitif, afektif, dan psikomotoriknya. Hasil demikian
itu ditentukan pada dua hal, yaitu proses belajar mengajar (PBM) yang terjadi
dalam kelas dibawah pengelolaan belajar selama jam pelajaran tertentu dan kegiatan
belajar siswa sendiri selama mengikuti PBM dan diluar PBM. Hasil belajar yang
tinggi terutama ditentukan oleh keaktifan siswa itu sendiri. Sehebat – hebatnya
guru mengajar di kelas apabila kegiatan belajar siswa sendiri lemah, maka hasil
belajar yang diperoleh akan tidak memadai. Sebaliknya, selemah – lemahnya PBM
di dalam kelas, apabila siswa melakukan kegiatan belajar sendiri dengan sehebat
– hebatnya, hasil yang lebih tinggi akan tercapai (Prayitno, dkk, 1997: 2).
Dalam belajar siswa menghadapi masalah –
masalah secara intern. Menurut Dimyati dan Mudjiono ( dalam Ahmadi 2008) faktor
intern yang dialami oleh siswa berpengaruh pada proses belajar adalah sebagai
berikut:
1) Sikap
terhadap belajar
Sikap
adalah adanya penilaian terhadap sesuatu yang mempengaruhinya dalam memandang
sesuatu itu. Sikap negatif seorang siswa terhadap belajar menjadikannya kurang
berhasil dalam belajarnya.
2) Motivasi
belajar
Motivasi
belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar.
Motivasi belajar pada siswa dapat menjadi lemah hingga dapat melemahkan kegiatan
belajarnya.
3) Konsentrasi
belajar
Konsentrasi
belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Apabila siswa
tidak konsentrasi dalam belajar maka dia akan kesulitan mendapatkan pelajaran
dari yang diterangkan oleh guru di sekolah
4) Mengolah
bahan belajar
Mengolah
bahan belajar, berupa pengetahuan, nilai kesusilaan, nilai agama, nilai kesenian,
serta keterampilan mental dan jasmani merupakan kemampuan siswa untuk menerima
isi dan cara perolehan ajaran sehingga bermakna bagi siswa.
5) Menyimpan
perolehan hasil belajar
Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan
kemampun menyimpan isi dan pesan dan cara perolehan pesan. Kemampuan menyimpan
dalam waktu lama berarti hasil belajar tetap dimiliki siswa, sementara kemamuan
menyimpan dalam waktu pendek berarti hasil belajar cepat dilupakan.
6) Menggali
hasil belajar yang tersimpan
Menggali
hasil belajar yang tersimpan merupakan proses mengaktifkan pesan yang telah diterima.
Adakalanya siswa mengalami gangguan dalam menggali pesan dan kesan lama.
Gangguan tersebut bukan hanya bersumber pada pemanggilan atau pembangkitannya
sendiri. Gangguan tersebut dapat bersumber dari kesukaran penerimaan,
pengolahan dan penyimpanan. Dengan demikian penggalian hasil yang tersimpan ada
hubungannya dengan baik atau buruknya penerimaan, pengolahan dan penyimpanan
pesan.
7) Kemampuan
berprestasi atau hasil belajar
Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil
belajar merupakan puncak proses belajar. Kemampuan berprestasi tersebut
dipengaruhi oleh proses –proses penerimaan, pengaktifan, pra – pengolahan,
pengolahan, penyimpanan serta pemanggilan untuk pembangkitan pesan dan
pengalaman.
8) Rasa
percaya diri
Rasa
percaya diri timbul dari mewujudukan diri bertindak dan berhasil. Rasa percaya
diri bisa rendah karena siswa kurang berhasil dalam belajar dan kurangnya
penerimaan dari lingkungan terutama dari dalam belajar dan kurangnya penerimaan
dari lingkungan terutama dari guru. Apabila rendah diri sangat kuat maka diduga
siswa akan menjadi takut belajar
9) Intelegensi
dan keberhasilan
Intelegensi
adalah suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan dapat bertindak secara
terarah, berpikir secara baik dan bergaul dengan lingkungan secara efisien.
Intelegensi dianggap sebagai suatu norma umum dalam keberhasilan belajar. Yang
menjadi masalah adalah siswa yang memiliki kecakapan di bawah normal.
10) Kebiasaan
belajar
Kebiasaan
belajar yang buruk sering ditemukan dalam pembelajaran siswa. Kebiasaan buruk
tersebut adalah belajar pada akhir semester, belajar tidak teratur, menyia – nyiakan
kesempatan belajar, bersekolah hanya untuk bergengsi, datang terlambat bergaya
pemimpin, bergaya jantan, seperti merokok, bergaya minta belas kasihan tanpa
belajar.
11) Cita
– cita siswa
Dalam
rangka tugas perkembangan pada umumnya setiap anak memiliki suatu cita – cita
dalam kehidupan. Hal ini merupakan motivasi instrik baginya. Kadangkala siswa
sebelum mempuyai cita – cita yang jelas, sehingga siswa tidak bisa mengarahkan
dirinya sesuai dengan yang dicita – citakannya.
Prayitno (dalam tim MKDK, 2002: 190)
mengemukakan bahwa jenis – jenis masalah belajar adalah:
1) Keterampilan
akademik, yaitu keadaan siswa yang diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup
tinggi, tetapi tidak memanfaatkannya secara optimal
2) Ketercepatan
dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki IQ 130 atau lebih tetapi masih
memerlukan tugas – tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajar
yang amat tinggi
3) Sangat
lambat dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki akademik yang kurang
memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran
khusus.
4) Kurang
motivasi dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang kurang bersemangat daam
belajar mereka seolah – olah tampak jera dan malas.
5) Bersikap
dan berkebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi siswa yang kegiatan atau
perbuatan belajar sehari –harinya antagonistik dengan yang seharusnya, seperti
suka menunda – nunda tugas, mengulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya
untuk hal – hal yang tidak diketahuinya dan sebagainya.
Yeni Karneli ( dalam Ramana 2010: 32)
mengemukakan bahwa jenis – jenis masalah yang dihadapi inividu terutama yang
dihadapi oleh siswa – siswa di sekolah, sekurang – kurangnya dapat digolongkan
menjadi beberapa jenis masalah, yaitu:
1) Masalah
pengajaran atau belajar, misalnya dalam cara membagi waktu belajar, memberi
pelajaran di sekolah, menyusun catatan, mengerjakan tugas – tugas dan lain –
lain
2) Masalah
pendidikan, misalnya masa akhir pendidikan siswa akan berhadapan dengan penilaian
situasi selanjutnya, perencanaan pendidikan lanjutan, pemilihan pendidikan
tertentu untuk pekerjaan tertentu, dan lain – lain.
3) Masalah
pekerjaan, seperti pemilihan jenis – jenis pekerjaan yang cocok dengan dirinya,
mendapatkan penjelasan tentang jenis – jenis pekerjaan dan lain – lain
4) Penggunaan
waktu senggang, masalahnya bagaimana cara mengisi waktu – waktu senggang dengan
kegiatan – kegiatan yang bermanfaat baik bagi dirinya maupun orang lain.
5) Masalah
– masalah pribadi, masalah – masalah ini timbul karena individu merasa kurang
berhasil dalam menghadapi dan menyesuaikan diri dengan hal – hal dari dalam
dirinya sendiri. Misalnya konflik yang berlarut – larut, gejala – gejala
frustasi dan sebagainya.
Dikemukakan lagi oleh Prayitno, dkk ( 1997: 2)
bahwa:
“Kegiatan
siswa dalam belajar terbagi kedalam lima bagian yang menjadi kelompok dalam
pengidentifikasiaan masalah siswa, yaitu sebagai berikut:
1)
Prasyarat
penguasaan materi pelajaran yang disingkat P
2)
Keterampilan
belajar yang disingkat T
3)
Sarana
belajar yang disingkat S
4)
Diri
pribadi yang disingkat D
5)
Lingkungan
belajar dan sosio – emosional yang disingkat L”
Dalam masalah belajar siswa, ada
beberapa siswa yang keadaannya kurang mendukung sehingga mereka terlihat kurang
bersemangat dan lebih senang di luar kelas. Keadaan demikian dapat mengganggu
kelangsungan siswa dalam menerima yang diberikan oleh guru. Marjohan (dalam
Ramana 2010: 15) berpendapat bahwa:
Masalah
belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami seorang murid dan menghambat
kelancaran proses belajarnya. Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan
dirinya yaitu berupa kelemahan – kelemahan yang dimiliki dan dapat juga
berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya.
Berdasarkan pendapat tersebut, masalah
belajar pada siswa adalah kondisi siswa dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar. Dan dikatakan bermasalah jika kondisi siswa tersebut menghambat
proses kelancaran belajarnya.
Jadi, masalah belajar yang dialami siswa
dapat diperlihatkan pada tingkah lakunya di sekolah dan masalah belajar
tersebut harus diselesaikan sehingga tidak berkelanjutan dan berakibatkan pada
hasil belajar siswa. Masalah belajar yang dialami siswa sebaiknya dapat segera
diberikan bantuan atau perbaikan dalam mengatasi permasalahannya tersebut dan
disini jugalah peran guru pembimbing dalam membantu siswa yang mengalami
masalah belajar di sekolah.
C. Peran Guru Pembimbing dalam
Mengentaskan Masalah Belajar Siswa di Sekolah
Pada
kegiatan belajar siswa di sekolah, siswa menjalankan kegiatan belajar dengan
aktif dan dibimbing oleh guru bidang studi dibantu juga oleh guru
pembimbingnya. Dalam penyelenggaraan belajar tersebut akan ditemukan siswa yang
mengalami masalah belajar. Dan dalam hal ini pula guru pembimbing pun berperan
aktif didalamnya.
Dalam
hubungan ini guru bidang studi dan guru pembimbing mempunyai fungsi sebagai
motivator dalam keseluruhan belajar mengajar. Menurut Ahmadi ( 2008: 106)
mengemukakan bahwa:
Ada empat hal yang dapat dikerjakan guru
dalam memberikan motivasi kepada muridnya yaitu: (a) membangkitkan dorongan
kepada siswa untuk belajar, (b) menjelaskan secara konkret kepada siswa apa
saja yang dapat dilakukan pada akhir pengajatan, (c) memberikan ganjaran
terhadap prestasi yang dicapai sehingga dapat merangsang untuk mencapai
prestasi yag lebih baik dikemudian hari, dan (d) membentuk kebiasaan belajar
yang baik.
Namun
sebelum memberikan motivasi belajar kepada siswa, sorang guru pembimbing
harus mengetahui kebutuhan – kebutuhan
siswa dalam belajar, yaitu:
1) Memiliki
kondisi fisik yang tetap sehat
2) Memiliki
jadwal belajar dirumah, yang disusun dengan baik dan teratur
3) Memiliki
disiplin terhadap diri sendiri, patuh, dan taat dengan rencana belajar yang
telah dijadwalkan
4) Memiliki
kamar/ tempat belajar yang sesuai dengan seleranya sendiri dan mendorong kegiatan
belajarnya
5) Menyiapkan
peralatan sekolah dengan baik sebelum belajar
6) Menerangi
dalam kamar/ tempat belajar yang sesuai dan tidak mengganggu kesehatan mata
7) Harus
bisa memusatkan perhatian dan berkonsentrasi dalam belajar
8) Memiliki
kepercayaan terhadap kemampuan sendiri dalam belajar
Menurut
Ahmadi ( 2008: 107) disamping mengetahui kebutuhan – kebutuhan yang harus
diketahui oleh guru pembimbing, guru pembimbing juga harus mampu untuk:
1.
Mengenal
dan memahami setiap siswa baik secara individual maupun kelompok
2.
Memberikan
penerangan kepada siswa mengenai hal – hal yang diperlukan dalam proses belajar
3.
Memberikan
kesempatan yang memadai agar setiap siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan
pribadinya
4.
Membantu
setiap siswa dalam mengatasi masalah – masalah pribadi yang dihadapinya
5.
Menilai
keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah dilakukannya
Selain
itu menurut Ahmadi ( 2008: 116) sebagai guru pembimbing diharapkan mampu untuk:
1.
Memberikan
berbagai informasi yang diperlukan dalam proses belajar
2.
Membantu
setiap siswa dalam mengatasi masalah – masalah pribadi yang dihadapinya
3.
Mengevaluasi
hasil setiap langkah kegiatan yang telah dilakukannya
4.
Memberikan
kesempatan yang memadai agar setiap siswa dapat belajar sesuai dengan
karakteristik pribadinya
5.
Mengenal
dan memahami setiap siswa baik secara individual maupun secara kelompok
Bertitik
tolak dari kebutuhan – kebutuhan yang harus dipenuhi dalam belajar, baik secara
individual maupun kelompok ada beberapa hal yang wajib dilakukan guru
pembimbing membantu siswanya. Menurut Ahmadi ( 2008: 113), mengemukakan bahwa:
“Beberapa kewajiban guru pembimbing atau
konselor dalam membantu siswanya:
1.
Agar
siswa dapat menjadikan kondisi fisiknya tetap sehat
2.
Agar
siswa dapat menyusun jadwal belajar dengan sebaik – baiknya sesuai dengan
situasi dan kondisnya
3.
Agar
siswa dapat menyadari bahwa dalam
belajar diperlukan self – diciplin
4.
Agar
siswa dapat memilih tempat/ kamar belajar yang ideal, memungkinkan siswa dapat
belajar dengan sebaik – baiknya
5.
Agar
siswa memiih dan menggunakan peralatan belajar sesuai dengan apa yang
ditekuninya
6.
Agar
murid – murid dapat memilih dan menempatkan alat penerangan, sesuai dengan
kebutuhan belajar
7.
Agar
siswa memelihara konsentrasinya dengan tepat, dan menggunakannya dengan baik
pada saat siswa sedang belajar
8.
Agar
siswa tetap memiliki keyakinan dan kepercayaan terhadap potensi – potensi,
kemampuan, bakat yang ada pada dirinya sendiri dengan kesadaran, bahwa siswa
mampu menghadapi semua permasalahan yang dijumpai dalam pelajarannya.”
Menurut
Ahmadi ( 2008: 113) mengemukakan bahwa untuk dapat memberikan bantuan kepada
siswa – siswa seoptimal mungkin dalam kegiatan belajarnya, guru pembimbing
sekolah harus dapat:
1) Berhubungan
dan memelihara hubungan dengan siswa – siswa secara terus menerus
2) Memahami
siswa dan membantunya agar kebutuhan sosialnya terpenuhi
3) Memahami
siswa dan membantunya untuk mendapat keseimbangan psikis dan fisiknya
4) Memenuhi
siswa dan mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar yang mengarah kepada
tingkah laku yang baik, dan selaras dengan norma – norma kehidupan yang berlaku
5) Membantu
siswa untuk mengatasi dan menghilangkan rasa rendah diri, rasa takut atau
cemas, rasa diri lebih superior
6) Memahami
siswa dan membantunya untuk menanamkan kepercayaan pada diri sendiri
7) Membantu
siswa untuk mengatasi dan menghilangkan rasa cemas, rasa ragu – ragu terhadap
pemecahan masalah yang sedang dihadapinya
8) Membantu
siswa untuk mengenal dan memahami secara mandalam tujuan pelajaran yang sedang
dipelajarinya dalam mengembangkan kariernya di masa depan
9) Memahami
siswa – siswa serta membantunya untuk menggunakan dan mengatur waktu yang ada
di dalam kegiatan belajar dengan secara tertib, teratur, dan efektif
10) Memahami
siswa dan membantunya untuk mengembangkan serta meningkatkan kualitas
pribadinya secara menyeluruh
11) Memahami
siswa dan membantunya agar dapat mengadakan hubungan yang baik dengan teman –
temannya.
Berdasarkan
yang telah dikemukakan di atas, jelas bahwa untuk dapat memberikan bantuan
pelayanan bimbingan terhadap siswa dengan sebaik – baiknya, guru pembimbing
perlu memahami siswanya secara individual maupun secara kelompok.
Guru
pembimbing melakukan berbagai upaya
untuk mengungkapkan masalah yang dihadapi siswa sehingga siswa mengalami
masalah belajar. Prayitno dalam Tim MKDK, 2002 (dalam Siregar, 2005: 38)
mengemukakan bahwa ada beberapa upaya pengentasan masalah belajar, yaitu:
1) Pengajaran
perbaikan
2) Kegiatan
pengayaan
3) Peningkatan
motivasi belajar
4) Pengembangan
sikap dan kebiasaan belajar yang baik
5) Layanan
konseling individual
Masalah
belajar siswa sebelum diberikan bantuan tentunya diungkapkan dan cari tahu
penyebabnya lalu dibantu dalam penyelesaiannya. Siswa yang mengalami masalah
belajar tidak dapat belajar secara wajar karena mengalami masalah dalam belajar
itu sendiri, sehingga masalah belajar siswa hendaknya diungkapkan dimana letak
permasalahannya.
Munculnya
masalah belajar pada siswa juga harus diperhatikan dari segi faktor – faktor
yang mempengaruhi belajar siswa tersebut. Menurut Slameto ( 2010: 54) bahwa
“faktor – faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat
digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor
ekstern.”
Dalam
faktor intern dibagi lagi menjadi tiga faktor, yaitu:
1. Faktor
Jasmaniah
a) Faktor
Kesehatan
Menurut Ahmadi (
2008: 79) mengatakan “seorang yang sakit akan mengalami kelemahan fisiknya,
sehingga saraf sensoris dan motorisnya lemah”. Karena itu sangat perlu menjaga
kesehatan agar tidak sampai sakita, sebab kesehatan seseorang berpengaruh
terhadap belajarnya. Ahmadi ( 2008: 79) mengemukakan kembali “ rangsangan yang
diterima melalui indranya tidak dapat diteruskan ke otak”. Oleh sebab itu, proses
belajar seseorang akan terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang
bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun
ada gangguan – gangguan kelainan – kelainan fungsi alat inderanya serta
tubuhnya. Karena hal – hal ini maka penerimaan dan respons pelajaran berkurang,
saraf otak tidak mampu bekerja secara optimal memproses, mengelola,
menginterpretasi dan mengorganisasi bahan pelajaran melalui indranya.
Agar seseorang
dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap
terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan – ketentuan tentang bekerja,
belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi, dan ibadah serta hal
penting yang perlu diperhatikan adalah suplai gizi bagi pertumbuhan siswa
tersebut.
b) Cacat
Tubuh
Cacat tubuh
adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh
atau badan. Cacat itu berupa buta, setengah buta, tuli, setengah tuli, patah
kaki, dan patah tangan, lumpuh, dan lain – lain.
Keadaan cacat
tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu.
Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau
diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh
kecatatannya itu.
2. Faktor
Psikologis
a) Intelegensi
Menurut Prayitno
( 2006: 57) mengemukakan bahwa “ intelegensi merupakan kemampuan potensial yang
dibawa semenjak lahir atau disebut bakat umum”. Kemampuan yang dimiliki itu
dibawa sejak lahir dan dikembangkan setelah lahir melalui proses belajar.
Sedangkan
menurut Slameto ( 2010: 56) mengemukakan bahwa ”intelegensi itu adalah
kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan
cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep – konsep yang abstrak
secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat”. Siswa mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungannya dengan cepat menggunakan pemikiran yang
abstrak dan mampu menghubungkan keadaan yang satu dengan keadaan yang lain.
Intelegensi
besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa
yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada
yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan Ahmadi ( 2008: 81) mengatakan “anak yang IQ-nya tinggi dapat
menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi”.
b) Perhatian
Perhatian adalah
seluruh jiwa dan pikiran semata – mata tertuju kepada suatu obyek ( benda/ hal
) atau sekumpulan obyek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka
siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan
pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia
tidak lagi suka belajar. Untuk itu, agar siswa
dapat belajar dengan baik, guru pembimbing atau guru bidang studi
mengusahakan bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara pelajaran itu
disesuaikan dengan hobi atau bakat siswa.
c) Minat
Menurut Slameto
( 2008: 57) mengemukakan bahwa “ minat adalah kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang,
diperhatikan terus – menerus yang disertai dengan rasa senang”. Minat ini
merupakan suatu yang dimiliki berupa keinginan secara kontiniu dan diikuti
dengan perasaan senang dan dari tersalurkannya minat itu akan diperoleh
kepuasaan.
Minat besar pengaruhnya
terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai
dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik – baiknya, karena
tidak ada daya tarik baginya. Pernyataan ini sesuai dengan yang dikemukakan
oleh Ahmadi ( 2008: 83) yang menyatakan
“ Belajar yang tidak ada minatnya
mungkin tidak sesuai dengan bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhan, tidak
sesuai dengan kecakapan, tidak sesuai dengan tipe – tipe khusus anak banyak
menimbulkan problema dalam dirinya”
Bila terdapat
siswa yang mengalami kurang berminat dalam belajar, dapatlah diusahakan agar ia
mempunyai minat yang lebih besar dengan cara memberikan layanan – layanan
seperti layanan informasi berupa hal – hal yang menarik dan berguna bagi
kehidupan serta hal – hal yang berhubungan dengan cita – cita serta kaitannya
dengan bahan pelajaran yang dipelajari itu.
d) Bakat
Menurut Conny (
dalam Ali, 2010: 78) “bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh
pengetahuan dan keterampilan, baik yang bersifat umum maupun yang bersifat
khusus”. Bakat merupakan kemampuan bersifat alamiah yang dimiliki untuk belajar.
Bakat mempengaruhi belajar, apabila bahan pelajaran yang dipelajari siswa
sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena siswa senang
belajar dan pastilah selanjutnya siswa lebih giat lagi dalam belajarnya itu.
Pihak guru, baik itu guru pembimbing maupun guru bidang studi dan pihak sekolah
lainnya penting mengetahui bakat siswa – siswanya dan menempatkan siswanya
belajar sesuai dengan bakat yang dimilikinya. Dalam hal ini Ahmadi ( 2008: 82)
menyimpulkan “ bakat merupakan potensi/ kecakapan dasar yang dibawa sejak
lahir”. Oleh karena itu, bakat yang dimiliki itu harus diasah dan dengan
bantuan lingkungan seperti guru bidang studi maupun guru pembimbingnya.
e) Motif
Motif erat
sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Di dalam menentukan tujuan
dapat disadari atau tidak disadari, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu
berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif tersebut sebagai
penggeraknya.
Kaitannya dengan
proses belajar, haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat
belajar dengan baik atau motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian,
merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan belajar.
Apabila motif –
motif belajar itu tidak ada dalam diri siswa, maka guru pembimbing memberikan
layanan – layanan yang dapat menumbuhkan motif belajar dalam diri siswa. Menurut
Slameto ( 2008: 58) mengatakan bahwa “motif dapat juga ditanamkan kepada diri
siswa dengan cara memberikan latihan – latihan atau kebiasaa – kebiasaan yang
kadang – kadang juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan”. Dari pendapat tersebut
jelas bahwa motif yang kuat sangatlah perlu di dalam belajar, di dalam
membentuk motif yang kuat itu dapat dilaksanakan dengan adanya latihan –
latihan dan pengaruh lingkungan yang memperkuat sehingga latihan atau kebiasaan
itu sangat diperlukan dalam belajar.
f) Kematangan
Menurut Prayitno
( 2005: 11 ) mengemukakan pendapat bahwa “ istilah kematang sering digunakan
sebagai arti yang sama dengan pertumbuhan, walaupun sebenarnya tidak persis
sama.” Istilah kematangan dimaksudkan disini menggambarkan pola perubahan fisik
dan keterampilan yang ditentukan oleh faktor gen. Hubungannya dengan belajar
adalah dimana siswa yang belum siap ( matang ) tidak dapat melaksanakan
kemampuan sebelum belajar. Belajar siswa
akan berhasil jika siswa sudah siap ( matang ). Jadi kematangan juga dapat
menjadi masalah belajar bagi siswa karena ketidaksiapan atau ketidakmatangan
siswa dalam penggunaan fisik.
3. Faktor
Kelelahan
Slameto ( 2010:
59 ) kembali mengemukakan bahwa “ kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk
dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani
dan kelelahan rohani (bersifat psikis)”. Kelelahan yang dimaksudkan Slameto
bisa ditarik kesimpulan, dimana apabila seorang siswa itu merasakan kelelahan tentunya
siswa tersebut akan menjadi malas untuk belajar. Dilihat dari segi kelelahan
jasmani, bila fisik seorang siswa itu terlalu lelah maka siswa tersebut akan
timbul rasa malas untuk belajar dan akhirnya tidak belajar sama sekali. Begitu
juga dari segi kelelahan rohani, apabila siswa itu merasa bosan atau kelesuan
timbul dalam dirinya, maka minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu atau
untuk belajar pun tidak akan muncul.
Slameto ( 2010:
60) mengungkapkan lagi cara yang dapat dilakukan untuk menghilangkan kelelahan
jasmani maupun rohani:
·
Tidur, mengembalikan energi dan kekuatan
kembali, sehingga tubuh lebih sehat dan berstamina lagi oleh karena itu
dorongan untuk belajar akan kembali lagi.
·
Istirahat yang cukup bila tidak bisa
tidur atau tidak mungkin untuk tidur. Istirahat yang juga bisa untuk
mengembalikan stamina dan kekuatan tubuh dan semangat untuk kembali
beraktivitas itu kembali pulih.
·
Mengusahakan variasi dalam belajar.
Misalnya, kondisi tempat belajar atau suasana ruang belajar diubah – ubah atau
direnovasi sehingga tidak bosan dengan keadaan ruangan belajar
·
Olahraga yang teratur juga perlu untuk
dapat menghilangkan kelelahan agar darah mengalir dengan lancar sehingga tubuh
pun menjadi sehat.
·
Mengimbangi makan dengan makanan yang
memenuhi syarat – syarat kesehatan, misalnya yang memenuhi empat sehat lima
sempurna
·
Jika kelelahan sangat serius cepat –
cepat menghubungi seorang ahli, misalnya psikiater, dokter, konselor, dan lain
– lain.
Selain faktor
intern, terdapat juga faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar,
dapatlah dikelompokka menjadi 3 faktor, yaitu:
1. Faktor
keluarga
Siswa
yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa:
·
Cara orang tua mendidik
Slameto ( 2010:
60 ) berpendapat “cara orang tua siswa dalam mendidik besar pengaruhnya
terhadap belajar anaknya”. Orang tua yang kurang/ tidak memperhatikan
pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap anaknya, tidak
memperhatikan sama seklai akan kepentingan – kepentingan dan kebutuhan –
kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak
menyediakan/ melengkapi alat belajarnya, tidak memperhatikan apakah anak
belajar atau tidak, tidak kesulitan yang dialami dalam belajar, menyebabkan
anak tidak berhasil dalam belajarnya.
·
Relasi antaranggota keluarga
Relasi
antaranggota yang terpenting adalah relas antara anak dan orang tuanya. Setelah
itu keluarga dekat yang lainnya. Slameto ( 2010 : 62) mengatakan bahwa wujud
relasi itu bisa berupa kasih sayang, perhatian dan juga pengertian. Bila hal
itu didapatkan dari keluarga baik itu orang tua atau keluarga dekat yang
lainnya, siswa akan merasa semangat dalam belajar.
·
Suasana rumah
Suasa rumah yang
dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian – kejadian yang sering terjadi di
dalam keluarga dimana siswa berada dan belajar.
·
Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi
keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Karena siswa belajar membutuhkan
fasilitas untuk belajar, baik itu berupa buku pedoman atau pun pendukung
belajar lainnya, itu menjadi penentu juga bagi siswa untuk aktif belajar.
·
Pengertian orang tua
Siswa belajar
perlu dorongan dan pengertian dari orang tua. Orang tua harus mengerti saat –
saat dimana siwa sedang belajar, dimana siswa tidak ingin diganggu sedang
belajar, orang tua pun harus mengerti akan keadaan tersebut.
2. Faktor
sekolah
Faktor
sekolah yang mempengaruhi belajar siswa mencakup:
·
Metode mengajar
Metode mengajar
juga mempengaruhi hasil dan usaha belajar siswa. Menurut Slameto ( 2010: 65)
mengemukakan
“metode belajar yang kurang baik itu
dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan
pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru
terhadap siswa dan atau terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik,
sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya, akibatnya siswa
malas untuk belajar”.
·
Kurikulum
Kurikulum
diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa.Kurikulum yang
baik berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa. Guru baik itu guru bidang
studi atau pun guru pembimbing harus memahami siswa dengan baik, harus
mempunyai perencanaan yang detail agar dapat melayani siswa belajar dengan baik
secara individual.
·
Relasi guru dengan siswa
Proses belajar
mengajar terjadi antara guru dengan siswanya. Cara belajar siswa pun
dipengaruhi oleh relasi siswa tersebut dengan gurunya. Slameto ( 2010: 66)
menyebutkan “ guru yang kurang berinteraksi dengan siswa secara menyebabkan
proses belajar mengajar itu kurang lancar”. Artinya, dalam proses belajar
sangat diperlukan pula interaksi guru dengan siswa. Guru tidak hanya monoton
untuk menerangkan saja di depan kelas, melainkan juga mengadakan tanya jawab
dengan siswanya untuk membentuk relasi yang baik antar guru dengan siswa.
·
Relasi siswa dengan siswa
Guru bidang studi
atau pun guru pembimbing juga harus memperhatikan relasi antar sesama siswa.
Gunanya adalah guru berusaha untuk melihat bahwa didalam kelas tersebut apakah
terbentuk gep atau kelompok – kelompok tertentu yang mengakibatkan terpecah
belahnya kelas tersebut.
Siswa yang
mempunyai sifat atau tingkah laku yang kurang menyenangkan teman lain,
mempunyai rasa rendah diri atau sedang mengalami tekanan – tekanan batin, akan
diasingkan dari kelompok. Hal – hal yang demikian ini patut diperhatikan guru
agar tidak terganggunya aktivitas belajar siswa yang kemungkinan akan malas
untuk belajar diakibatkan alasan – alasan
yang tidak – tidak karena perlakuan dari temannya yang kurang
menyenangkan.
·
Disiplin sekolah
Disiplin erat
juga hubungannya dengan kerajinan siswa disekolah untuk belajar. Banyak
kedisiplinan yang diterapkan didalam sekolah. Seperti yang diungkapkan oleh
Slameto ( 2010: 67) bahwa:
“Kedisiplinan sekolah mencakup
kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib, kedisiplinan
pegawai/ karyawan dalam pekerjaan administrasi dan kebersihan/ keteraturan
kelas, gedung sekolah, kedisiplinana Kepala Sekolah dalam mengelola seluruh
staf beserta siswa – siswanya, dan kedisiplinan guru BK dalam pemberian
pelayanan kepada siswa.”
Peraturan dan tata
tertib yang diterapkan di sekolah mempengauhi kedisiplinan siswanya pula dalam
belajar. Semua peraturan itu dijalankan dan dibantu oleh guru pembimbing untuk
mengawasi jalannya peraturan – peraturan tersebut.
3. Faktor
Masyarakat
Masyarakat
merupakan faktor ekstern juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu
terjadi karena keberadaa siswa dalam masyarakat. Faktor masyarakat sebagai
faktor intern bagi siswa meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media,
teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat ( Slameto, 2010: 70).
Dalam
pemberian layanan kepada siswa yang mengalami masalah dalam belajar, faktor –
faktor yang telah diuraikan di atas sangatlah perlu diperhatikan oleh seorang
guru pembimbing. Sebab, tidak dengan
sesuka hati guru pembimbing memberikan layanan kepada siswanya. Guru pembimbing
harus memperhatikan penyebab siswa mengalami masalah belajar, baik dari segi
intern maupun ekstern siswa tersebut.
Selain
dari sisi siswanya, guru pembimbing juga harus memperhatikan dari segi guru
bidang studi yang menjadi pokok permasalahan bagi siswa tersebut dalam belajar
sehingga siswa mengalami masalah dalam belajarnya. Yang diperhatikan guru
pembimbing dari guru bidang studi tersebut adalah kemampuan seorang guru
tersebut untuk mengajar yang efektif.
Slameto
( 2010: 92) dalam bukunya ia mengemukakan “ mengajar adalah membimbing siswa
agar mengalami proses belajar”. Dalam proses belajar , siswa menginginkan agar
hasil belajarnya, efektif bagi dirinya. Dalam hal ini, guru dituntut untuk
membantu siswa dalam belajar. Sehingga dalam proses belajar, guru harus
mengajar dengan efektif agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang
diinginkan siswa.
Slameto
( 2010: 92) kembali mengemukakan “ mengajar yang efektif ialah mengajar yang
dapat membawa belajar siswa yang efektif pula.” Belajar disini adalah suatu
aktivitas mencari, menemukan dan melihat hal yang menjadi pokok permasalahan.
Peran
guru pembimbing dalam mengentaskan masalah belajar siswa juga dapat dilakukan
dengan mengembangkan kreativitas siswa dalam belajarnya. Dimana siswa dapat
menggunakan daya kreasinya untuk mampu belajar dengan kreatif dan sesuai dengan
kemampuannya. Menurut Slameto ( 2010: 144) pengertian dari “ kreatif
berhubungan dengan penemuan sesuatu, mengenai hal yang menghasilkan sesuatu
yang baru dengan menggunakan sesuatu yang telah ada”. Dari pernyataan tersebut
siswa dituntut untuk menciptakan sesuatu yang baru dari sesuatu yang telah ada.
Dimana, dalam belajar siswa biasa mengkreasi materi itu dengan cara yang lebih
mudah dipahami olehnya dengan materi yang telah disampaikan atau yang telah
diterimanya. Guru pembimbing merangsang siswa untuk lebih kreatif dalam
menciptakan suatu cara belajar yang baru agar siswa tidak cepat bosan dengan
cara penyampian guru tentang suatu materi kepadanya. Seperti yang dikatakan
Moreno ( dalam Slameto, 2010: 146),
“yang penting dalam kreativitas itu
bukanlah penemuan sesuatu yang belum pernah diketahui orang sebelumnya,
melainkan bahwa produk kreativitas itu merupakan sesuatu yang baru bagi diri
sendiri dan tidak harus merupakan sesuatu yang baru bagi orang lain atau dunia
pada umumnya, misalnya siswa menciptakan untuk dirinya sendiri suatu hubungan
baru dengan siswa/ orang lain”
Siswa
hanya dituntut untuk menciptakan sesuatu yang baru bagi dirinya tanpa harus
diketahui oleh orang lain. Yang terpenting, siswa mampu memahami pelajaran
tersebut dengan caranya sendiri, dengan mengembangkan kreativitasnya sendiri
tanpa harus mempublikasikannya kepada orang lain.
Faktor
– faktor yang dikemukakan diatas merupakan faktor yang dapat menyebabkan
munculnya masalah – masalah belajar pada siswa. Pada kegiatan belajar siswa di
sekolah, siswa menjalankan kegiatan belajar dengan aktivitas dan bimbingan oleh
guru. Dalam penyelenggaraan belajar tersebut tidak tertutup kemungkinan guru
sebagai penyelenggara sebagai fasilisator dalam belajar menemukan siswa yang
sekiranya mengalami masalah belajar selanjutnya dapat membantu siswa tersebut.
Masalah
belajar siswa sebelum diberikan bantuan tentunya diungkapkan dan dicari tahu
penyebabnya lalu dibantu penyelesaiannya. Selanjutnya Prayitno ( 1997: 155)
berpendapat bahwa siswa yang mengalami masalah belajar dapat dikenali melalui:
a. Tes
hasil belajar
Tes
hasil belajar adalah suatu alat yang disusun untuk mengungkapkan sejauh mana
siswa telah mencapai tujuan dan pengajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
b. Tes
kemampuan dasar
Tingkat
kemampuan dasar biasaya diukur atau diungkapkan dengan mengadministrasikan tes
intelegensi yang sudah baku
c. Pengisisan
AUM PTSDL
Siswa
dapat mengisi alat ungkap masalah yang berkenaan dengan masalah belajar.
d. Tes
diagnostik
Tes
diagnostik merupakan instrument untuk mengungkapkan adanya kesalahan –
kesalahan yang dialami oleh siswa dalam bidang pelajaran tertentu.
e. Analisis
hasil belajar
Analisis
hasil belajar hampir sama dengan tes diagnostik, namun analisis hasil belajar
prosedur pelaksanaanya adalah dengan memeriksa langsung materi belajar yang
ditampilkan siswa.
Masalah
belajar yang dialami sswa harus segera dibantu, dalam pengungkapan masalah
belajar yang cenderung dialami siswa adalah dengan Alat Ungkap Masalah (AUM).
Alat ungkap masalah tersebut telah dirancang sedemikian rupa untuk
mengungkapkan permasalahan siswa dan tidak terlepas pada permasalahan khusus
yaitu pada masalah belajar.
Prayitno
( 1997: 3) menyatakan bahwa:
Untuk mengungkapkan masalah-masalah
belajar siswa dan mahasiswa secara menyeluruh, telah dikembangkan dua jenis
alat ungkap masalah yaitu alat untuk mengungkapkan masalah – masalah umu yag
dikenal dengan AUM Umum dan mengungkapkan masalah belajar lebih khsus dinamakan
AUM PTSDL.
Berdasarkan
pendapat Prayitno tersebut mengungkapkan masalah belajar dapat menggunakan AUM
PTSDL. Selanjutnya Prayitno ( 1997: 4) mengungkapkan bahwa komposisi AUM PTSDL
adalah memperhatikan ruang lingkup dan kondisi kehidupan siswa pada umumnya,
maka AUM PTSDL meliputi jumlah item yang memuat berbagai masalah yang mungkin
dialami oleh siswa yang semuanya dikelompokkan pada lima bidang, yaitu:
a. Prasyarat
penguasaan materi (P)
Rendahnya
penguasaan materi atau daya serap siswa dalam proses belajar mengajar
seringkali bukan disebabkan karena kemampuan dasar atau kecerdasan siswa yang
rendah tetapi juga disebabkan secara langsung terkait dengan materi
pembelajaran itu sendiri, artinya mereka tidak menguasai materi – materi
tertentu yang menjadi syarat untuk menguasai materi selanjutnya.
b. Keterampilan
belajar (T)
Seorag
siswa harus dapat menguasai seperangkat keterampilan belajar agar siswa
tersebut dapat sukses dalam menjalani pembelajaran di sekolah dengan menguasai
materi yang telah dipelajari. Keterampilan belajar itu diantaranya:
1) Mengatur
pelajaran dengan efektif
2) Membaca
dan mengingat dengan efektif
3) Mengatur
waktu belajar secara efektif
4) Mengakui
pelajaran di kelas secara efektif
5) Menggunakan
kepustakaan dan sumber- sumber belajar dengan efektif
6) Menulis
karya tulis dengan baik dan efektif
7) Mempersiapkan
diri untuk ujian dengan efektif
c. Sarana
dan Prasarana ( S )
Ketersediaan
sarana belajar merupakan salah satu aspek penting dalam menunjang kesuksesan
siswa dan bagaimana keadaan siswa dalam proses belajar mengajara di kelas sehingga
dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Siswa seharusnya memiliki sarana dan
prasarana yang cukup da memadai sehingga siswa dapat memanfaatkan sara tersebut
untuk kegiatan belajar. Sarana yang dimaksudkan adalah perlengkapan dan
peralatan yang dapat digunakan oleh siswa dalam kegiatan belajar dikelas maupun
diluar kelas. Menurut Prayitno ( 1997: 15) sarana belajar yang diharapkan
tersedia dan dimanfaat secara baik oleh siswa dalam kegiatan belajar meliputi:
1) Dana
2) Perlengkapan
3) Buku
– buku sumber
4) Buku
dan alat tulis
5) Alat
– alat praktek
6) Ruang
belajar di rumah beserta perlengkapannya
d. Diri
pribadi ( D )
Penguasaan
materi yang telah diberikan guru tidak akan terkuasai dengan baik jika kondisi
diri pribadi siswa baik secara psikis maupun fisik mengalami hambatan. Kondisi
diri siswa akan mempengaruhi bagaimana menerima materi pelajaran dalam proses
belajar mengajar. Keadaan pribadi yang dimaksud adalah seperti yang diungkapkan
oleh Prayitno ( 1997: 16) yaitu:
1) Kondisi
kesehatan fisik pada umumnya
2) Minat,
bakat dan kemampuan
3) Rasa
percaya diri, kemauan dan semangat
4) Persepsi
dan keyakinan pentingnya kesuksesan belajar
5) Aspirasi
terhadap pendidikan.
e. Lingkungan
Sosio Emosional ( L )
Kondisi
lingkungan sosio-emosional mempengaruhi siswa dalam proses belajar. Proses
belajar siswa di kelas tidak terlepas dari pengaruh – pengaruh di sekitar
siswa. Lingkungan sosio emosional dari siswa yang dapat mengganggu kelancaran
belajar siswa meliputi:
1) Hubungan
dengan siswa dan sesama siswa
2) Hubungan
dan perlakuan anggota keluarga
3) Suasana
lingkungan belajar (di rumah dan di sekolah)
4) Pergaulan
dengan teman – teman di luar sekolah
5) Kondisi
geografis tampat tinggal dan sekolah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masalah belajar
merupakan suatu kondisi tertentu yang dialami oleh siswa dan menghambat
kelancaran proses belajar. Masalah belajar itu dapat timbul dikarenakan
berbagai kondisi, baik itu karena suatu keadaan yang disengaja maupun tidak
disengaja. Selain itu, kondisi tertentu yang menjadikan masalah belajar dialami
siswa bisa jadi diakibatkan karena kelemahan – kelemahan yang dimiliki siswa
tersebut. Pada kondisi lain, masalah belajar itu juga dapat dikarena dari
keadaan lingkungan yang tidak mendukung dan menguntungkan bagi siswa tersebut.
Banyak berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya masalah belajar pada siswa.
Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan masalah belajar adalah keadaan siswa
dalam kegiatan belajar yang mana tidak sesuai dengan tujuan sehingga mengganggu
proses kelancaran dalam belajar dan berpengaruh dalam sikapnya dalam belajar,
serta permasalahan yang dimiliki oleh siswa itu perlu dientaskan secara cepat
dan tepat oleh orang yang dapat membantu menyelesaikannya, seperti guru
pembimbingnya.
Masalah
belajar dapat dientaskan dengan bantuan berbagai pihak termasuk guru
pembimbing. Guru pembimbing juga berperan penting dalam mengentaskan masalah
belajar siswa. Guru pembimbing dapat membantu siswa untuk mengentaskan masalah
belajar siswa dengan berbagai cara sesuai dengan ajaran yang diterapkan dalam
bimbingan konseling.
Upaya
– upaya guru pembimbing dalam mengentaskan masalah belajar siswa itu bisa
melalui berbagai cara, seperti halnya misalkan dengan pemberian AUM PTSDL. AUM
PTSDL merupakan suatu instrument yang digunakan untuk mengungkapkan tentang
masalah belajar siswa. Baik dari faktor siswa itu sendiri maupun dari faktor
lingkungannya. Dari penggunaan AUM PTSDL ini dapat mengungkapkan masalah
belajar siswa yang sedang siswa alami. Begitu juga dengan upaya – upaya yang
dilakukan guru pembimbing untuk mengentaskan masalah siswa, sehingga masalah
siswa itu dapat terungkap dan terentaskan dengan tepat dan cepat. Oleh sebab
itu, guru pembimbing juga sangat diperlukan dan berperan penting dalam
mengentaskan masalah belajar siswa di sekolah.
B. Saran
Pada akhir
makalah ini, berikut beberapa saran penulis yang dianggap perlu dan dapat
dipergunakan untuk suatu inovasi yang baru, untuk diterapkan disekolah. Adapun
saran – saran tersebut adalah:
1. Diharapkan
pihak sekolah untuk lebih mengaktifkan kinerja – kinerja guru pembimbing di
dalam sekolah.
2. Diharapkan
guru pembimbing yang ada di sekolah – sekolah lebih menyadari dan menjalankan
tugas – tugasnya sebagai guru pembimbing
3. Diharapkan
guru pembimbing dan siswa – siswa dapat membina hubungan yang baik sehingga
dapat terjalin kerjasama yang baik dan dapat mengaktifkan kinerja masing
–masing.
KEPUSTAKAAN
Abu Ahmadi dan
Widodo Supriyono. 2008. Psikologi Belajar.
Jakarta: Rineka Cipta
Bordaleni
Siregar. 2005. Harapan Siswa Kelas III SMA
Negeri 1 Kota Padang Panjang Terhadap Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan
Konseling Dilihat Dari Jumlah Masalah Belajar Yang Dialaminya (Skripsi).
Padang: UNP
Elida
Prayitno. 2006. Buku Ajar Psikologi
Perkembangan. Padang: Angkasa Raya
Elida Prayitno. 2005.
Buku Ajar Perkembangan Anak Usia Dini dan
SD. Padang: Angkasa Raya
Mega Sari
Ramana. 2010. Masalah Belajar Siswa
Diklat di SMA Negeri 5 Padang (Skripsi).Padang: UNP
Mohammad Ali dan
Mohammad Asrori. 2010. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Bumi Aksara
Mudjiran,dkk.
2000. Perkembangan Peserta Didik.
Dirjen Dikti
Prayitno. 1997. Seri Pemandu Pelaksanaan Bimbingan dan
Konseling di Sekolah (Buku III). Padang: Ikrar Mandiri
Prayitno, dkk.
1997. Pedoman AUM PTSDL Format 2: Siswa
SLTA. Padang: Program Studi Bimbingan Konseling Jurusan Psikologi
Pendidikan dan Bimbingan FIP IKIP Padang
Slameto. 2010.Belajar dan Faktor – faktor Yang
Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Mantep om gak capek ngetiknya heheh
BalasHapusHahaha
HapusMakasih,, asal bisa bagi ilmu, capek tu hilang semuanya,,
ini baru makalah, keren!
BalasHapuskutipannya bagus, sumbernya jelas,.
Terimakasih banyak atas pujiannya, semoga tulisan saya dapat bermanfaat yaa :)
Hapus