Entri Populer

Jumat, 07 November 2014

Konseling Rasional Emotif


KONSELING RASIONAL EMOTIF (KOREM)

A. Pengatar Konselng Realitas
            Suatuteori yang muncul pada pertengahan tahun lima puluhan dan banyak berpengaruh di Amerika Serikat ialah hasil buah pemikiran Albert Ellis yang cenderung melihat manusia dari aspek emosi dan pikirannyaa, sehingga teori konselingnya pun dinamakan dengan Rational emotive Therapy. Ellis lebih mempercayai determinasi sentrak dari perkembangan kepribadian dan tingkah laku manusia tersebut ialah pikirannya.
            Menurut Taufik (2014:198) konseling Ellis tidaklah selalu mengandalkan rasio dan logika. Dalam hal ini Ellis mengabaikan penjelajahan masa lalu, dan lebih terfokus pada usaha meng-“counter”-nya melalui pengajaran dan pembuktian secara empirik

B. Asumsi Dasar Tentang Manusia
Asumsi dasar tentang manusia dalam hal ini sebagai berikut :
1.      Manusia memiliki kemampuan inheran untuk berbuat secara rasional ataupu tidak rasional
2.      Berfikir dan merasa itu sangat dekat dan bergandengan satu sama lain: pikiran seseorang dapat menjadi perasaannya dan sebaliknya
3.      Apa yang dipikirkan dan dirasakan sekaligus mengambil bentuk self-talk (ST) yang selanjutnya menyerahkan individu bertindak rasional atau tidak rasional.
Adapun prinsip-prinsip dasar Rational-emotive Theraphy /RET (Taufik,2014:201) adalah sebagai berikut :
1.      Manusia dilahirkan dengan berbagai kekuatan dan potensi untuk kehidupan
2.      Kecenderungan kemanusiaan pada hakekatnya bersumber dari kekuatan berfikir rasional dan irasional.
3.      Gangguan-gangguan psikologis, mental dan emosional seperti perilaku-perilaku neurotic adalah hasil dari proses berfikir irasional dan illogic.
4.      Berfikir irasional adalah merupakan kenyataan hidup manusia yang terbentuk melalui pengalaman serta proses belajar yang tidak logis, yang diperoleh melalui orang tua, keluarga, masyarakat dan kebudayaan.
5.      Perilaku verbal dan berfikir pada manusia senantiasa dilakukan melalui penggunaan symbol-simbol atau bahasa.
6.      Perilaku manusia yang bersumber dari sua kekuatan berfikir rasional dan irasional / ilogis ditentukan oleh system nilai atau ide-ide yang diserap dan dipersepsi dari dunia nyata dimana manusia itu hidup.
7.      Gangguan emosional sebagai hasil verbalisasi diri bukan ditentukan oleh hal-hal atau peristiwa eksternal, tetapi oleh persepsi dan sikap seseorang terhadap peristiwa itu yang dioperasikannya dalam bentuk “internalisasi sentence” tentang hal atau peristiwa itu.
8.      Emosi dan pemikiran-pemikiran negative yang bersifat perusakan diri harus ditangani melalui reorganisasi pemikiran dan persepsi dan bahwa pemikiran-pemikiran yang irasional dan illogic dengan akar keyakinan-keyakinan tertentunya dapat dirobah kearah pemikiran yang rasional dan logis. 

C.    Teori Kepribadian
4.      Asumsi Dasar tentang Kepribadian
Pokok-pokok dari teori kepribadian Ellis (Taufik, 2014:203) dapat dikemukakan sebagai berikut :
a.       Irasionalitas mendasari emosionalitas, gangguan emosi disebabkan oleh fikiran-fikiran yang bersifat irasional. Bila kita “berfikir” tentang sesuatu “jelek”, maka kita akan “merasakan” juga sebagai sesuatu itu “jelek”.
b.      Hubungan antara emosi dan fikiran; emosi dan fikiran sangat berat hubungannya oleh karena itu keduanya sering berbarengan.
c.       Sumber berfikir irasional; berfikir irasional  bersumber pada disposisi biologis dengan melewati pengalaman waktu kecil dank arena pengaruh kebudayaan.
d.      Penggunaan symbol dalam berfikir. Berfikir, baik logis maupun tidak, dilkukan dengan menggunakan symbol-simbol atau bahasa.
e.       Verbalisasi diri dan gangguan emosi, verbalisasi diri maksudnya adalah apa yang dikatakan oleh sesorang secara terus menerus kepada dirinya. Bila hal itu bersifat negative dapat menimbulkan gangguan emosi.
f.       Reorganisasi dan persepsi; pikiran-pikiran yang merusak, merendahkan diri dan emosi-emosi yang negative dapat diatasi dengan “reorganisasi persepsi” dan dengan berfikir positif serta logis / rasional.    
5.      Gangguan Kepribadian
Gerald Corey dalam Taufik (2014:203)  dengan mengutip pendapat Albert Ellis, mengemukakan 11 ide rasional yang secara umum menimbulkan gejala-gejala neurosis, psikosis atau pun perilaku merusak diri lainnya pada manusia, yakni:
a.       Adalah mutlak bagi individu untuk dicintai atau diakui oleh orang-orang yang berarti dalam lingkungannya.
b.      Adalah penting bahwa setiap individu berkompeten, memadai dan mampu dalam keseluruhan bidang jika individu itu ingin berguna.
c.       Beberapa orang yang tidak baik, merusak, jahat dan kejam dan orang-orang ini harus dikutuk dan dihukum.
d.      Adalah sesuatu yang buruk sekali dan bencana bila sesuatu itu tidak berjalan sebagaimana yang ia rencanakan
e.       Ketidak bahagiaan adalah kejadian dari luar yang individu tidak dapat mengontrolnya. Individu ini cenderung enggan berusaha dan selalu menyerah pada nasib.
f.       Jika sesuatu yang membahayakan atau berbahaya, seorang individu harus dengan konstan memberi perhatian dan berfikir tentang itu.
g.      Adalah lebih mudah untuk lari dari kesulitan dan tanggung jawab pribadi diri sendiri dari pada menghadapinya
h.      Individu-individu membutuhkan untuk tergantung pada orang lain dan mempunyai tempat bergantung yang kuat bagi diri sendiri.
i.        Kejadin-kejadian masa lalu dalam kehidupan seseorang, amat menentukan tingkah laku sekarang dan hal itu tidak dapat dirubah.
j.        Seorang individu harus sangat memperhatikan masalah-masalah dan gangguan yang dialami individu lainnya.
k.      Selalu ada jawaban yang benar dan tepat untuk menjawab  berbaqgai permasalahan, dan adalah bencan jika hal itu tidak ditemukan.
Ellis meyakini bahwa umumnya kasus-kasus dan munculnya permasalahan emosional disebabkan oleh sebelas keyakinan tersebut.
   
D.    Teori A, B, C, D, E
Salah satu teori utama mengenai kepribadian yang di kemukakan oleh Albert Ellis dan para penganut konseling Rasional emotif adalah teori teori yang disebut A-B-C-D-E yang merupakan sentral dari teori praktek konseling Rasional Emotif.
Secara umum teori A-B-C-D-E menurut Taufik (2014:207) sebagai berikut:
A   = Activity, or action, or agent, yaitu hal-hal situasi, kegiatan atau peristiwa      yang mendahului atau menggerakkan individu. Hal ini berada pada kejadian diluar atau sekitar individu.
iB  = Irational Belief, yakni keyakinan-keyakinan irrasional atau tidak layak terhadap kejadian eksternal (A), terjadi dalam diri individu, yakni apa yang secara terus menerus ia katakana berhubungan dengan A terhadap dirinya.
rB  = Rational Belief, yakni keyakinan-keyakinan yang rasional atau layak dan secara empiric mendukung kejadian eksternal
iC  = Irrational Consequences, yakni konsekuensi-konsekuensi irasional atau tidak layak yang dianggap berasal dari A.
rC  = Rational Consequences, yakni konsekuensi-konsekuensi rasional atau layak yang di anggap berasal dari (RB = keyakinan rasional)
D   = Dispute irrational belief, yakni keyakinan-keyakinan irasional dalam diri individu saling bertentangan (disputing)
CE = Cognitive Effect or disputing, yakni efektif kognitif yang terjadi dari pertentangan dalam keyakinan-keyakinan irasional.
bR = Behavioral Effect of disputing, yakni efek dalam perilaku dari keyakinan-keyakinan irasional diatas.

E.     Tujuan Konseling
Berdasarkan pandangan dan asumsi tentang hakikat manusia dan teori kepribadian serta konsep-konsep teoritik  dari rasional emotif, maka tujuannya terdapat dua yaitu :
a.       Tujuan Utama
Menurut Albert Ellis sebagaimana yang dikutip oleh Gerald Corey dalam Taufik (2014:210, tujuan utama dari konseling dengan pendekatan rasional emotif hanya satu yakni: meminimalkan pusat pandangan perusakan diri klien dan membawa dia.
b.      Tujuan Khusus
Berikut ini dapat dikemukakan tujuan-tujuan khusus yang di arahkan dimana konselor Rasional Emotif bekerja dengan klien-kliennya menurut Geral Corey (1986), dimana ditumbuhkan pada diri klien hal-hal sebagai berikut :
                          i.      Minat-diri (self-interest) ; konseling memberikan kemungkinan kepada klien untuk menata kembali persepsinya sendiri terhadap dirinya.
                        ii.      Minat social (social-interest) ; manusia jarang memilih hidup sendiri dan mereka suka hidup secara efektif dengan orang lain dalam kelompok.
                      iii.      Arahan diri (self-direction) ; konseling mengarahkan dirinya sendiri, dalam arti dia harus menghadapi kenyataan hidupnya dengan tanggung jawab sendiri dan bukannya tergantung atau selalu minta bantuan orang lain.
                      iv.      Toleransi (tolerance); konseling mendorong membangkitkan rasa toleransi terhadap orang lain meskipun ia bersalah, dan tidak menghukum / mengkutuk untuk contoh tingkah laku tertentu.
                        v.      Fleksibelitas ; orang yang sehat adalah fleksibel dalam ide-idenya, terbuka untuk berubah dan pandangannya tidak fanatic.
                      vi.      Penerimaan dari ketidak tentuan ; individu yang matang emosinya bersedia menerima kenyataan bahwa di dunia ini, segala sesuatu mungkin terjadi.
                    vii.      Komitmen ; individu yang sehat mempunyai kapasitas untuk amat terpikat dalam sesuatu diluar dirinya.
                  viii.      Berfikir ilmiah, konseling membawa klien untuk berfikir rasional, secara objektif  baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain.
                      ix.      Penerimaan diri ; konseling membawa klien untuk menerima keadaan diri sendiri, terhadap kemampuan dan kenyataan diri sendiri dengan rasa gembira dan senang.
                        x.      Mengambil resiko ; orang yang memiliki emosi yang sehat cenderung untuk menjadi petualang, tidak berfikir secara membabi buta.
                      xi.      Menerima kenyataan dan tidak khayalan ; seseorang yang matang dan sehat emosinya menerima menerima kenyataan dan tidak pernah mencapai keberadaan utopia.

F.     Karakteristik Konseling
Dalam konselingnya, Ellis tidaklah selalu mengandalkan rasio dan logika. Pada bagian tertentu dari teorinya juga dipengaruhi oleh pemikiran Sigmund Freud, khususnya pendapatnya tentang pengaruh masa kecil yang menjadi bibit dari terbentuknya pikiran yang irasional dan illogic. Namun Ellis tidak sependapat dalam penggarapan pengaruh masa kecil tersebut. Dalam hal ini Ellis mengabaikan penjelajahan masa lalu, dan dia lebih terfokuspada usaha meng-“counter”-nya melalui pengajaran dan pembuktian secara empiric
G.    Kekuatan dan Kelemahan
Pendekatan Rasional Emotif lebih menekankan pada aspek kognitif dan emotif klien. Pandangan teori ini mengarahkan konselor untuk membantu masalah yang dialami klien melalui upaya penggarapan kedua aspek ini melalui pembuktian-pembuktian yang logis, dan rasional. Diyakini juga bahwa tidak semua masalah dapat di dekati dengan cara memodifikasi dan membentuk kedua aspek tersebut, faktor masa lalu juga amat berpengaruh, khususnya dalam perkembangan kepribadian yang salah suai, juga faktor interaksi sosial antara individu dengan lingkungan. Dalam hal ini teori rasional emotif mangabaikan hal-hal tersebut di atas.

SUMBER :
Taufik. 2014. Model-Model Konseling. Padang : UNP FIP


Tidak ada komentar:

Posting Komentar