Entri Populer

Kamis, 06 November 2014

Single Parent

SINGLE PARENT

A.  PENGERTIAN

Single parent adalah orang yang melakukan tugas sebagai orang tua (ayah dan ibu) seorang diri, karena kehilangan/ terpisah dengan pasangannya.

Ada banyak alasan yang menyebabkan seseorang menjadi Single Parent, diantaranya :

1.    Tinggal terpisah karena pasangannya bekerja/belajar di kota/Negara lain.

2.    Kematian pasangan

3.    Perceraian

Single parent yang terpisah dengan pasangan karena bekerja/belajar di
kota/negara lain, memiliki beberapa masalah, seperti: merasa kesepian,
tidak terpenuhinya kebutuhan seks sementara secara de jure ia seharusnya
bisa mendapatkan pemenuhan kebutuhan seks dari pasangannya. Saat
pasanganya berada jauh darinya, ia juga merasa berat membesarkan anak
sendiri.
Seseorang yang menjadi single parent karena kematian juga mengalami
masalah yang berat. Kematian pasangan yang mendadak membuat ia tidak
siap menerima kenyataan. Namun jika mendapatkan pelayanan
pendampingan/konseling yang tepat, ia dapat melalui masa-masa gelapnya.
Idealnya, ia harus mendapatkan konseling kedukaan yang tepat sehingga
kedukaannya tidak berlarut-larut (tidak lebih dari 6 bulan). Kedukaan
yang berlarut-larut memperlambat pemulihan hati anak-anaknya. Selain
itu, beberapa single parent yang ditinggal mati pasangannya mengalami
masalah keuangan dan merasa kesepian.
Dibandingkan dengan kedua jenis single parent di atas, single parent
yang berpisah dengan pasangannya karena perceraian, memiliki masalah
yang lebih serius lagi. Setidaknya saya mencatat ada 6 masalah besar,
yaitu:
1.    Masalah emosional
2.    Masalah hukum (hak asuh, dll)
3.    Menjalin hubungan baik dengan mantan suami/istri
4.    Menghadapi anak
5.    Masalah dengan lingkungan
6.    Masalah keuangan

Kondisi emosional single parent pasca perceraian :
1.         Kecewa
2.         Marah
3.         Mencari kambing hitam
4.         Membenci mantan suami/istrinya
5.         Cemburu terhadap rivalnya
6.         Mudah marah kepada anak-anak
7.         Luka batin/trauma
8.         Kesepian
9.         Merasa tak berharga
10.     Merasa teraniaya oleh lingkungan
11.     Mengasihani dirinya sendiri

Masalah single parent pasca cerai dengan anak-anaknya :
1.    Single parent yang belum mengampuni dan masih membenci mantan
suami/istrinya akan mempengaruhi perkembangan jiwa anak-anaknya.
2.    Single parent seringkali tidak menyadari bahwa ia bukan "super
man/super women" sehingga di depan anak-anaknya ia berusaha menunjukkan dirinya perkasa dan dapat menyelesaikan segala sesuatu tanpa orang lain. Ia tidak melihat bahwa anak-anaknya memerlukan tokoh pengganti ibu/ayah.
Single parent pasca perceraian juga mengalami masalah dengan mantan
pasangannya. Karena pengalaman pahitnya, seorang single parent sering
tidak menyadari bahwa sejelek apapun mantan suami/istri-nya, ia tetap
ayah/ibu dari anak-anaknya. Sebelum single parent mengampuni mantan
pasangannya, ia cenderung ingin balas dendam. Beberapa single parent
bahkan melakukan usaha balas dendam balas dendam kepada mantan
pasangannya, dengan memanfaatkan anak-anaknya.
Apa yang dibutuhkan seorang single parent saat menghadapi situasi yang
sulit pasca perceraiannya?
1.      Single parent perlu menjalani konseling pribadi untuk membagi
beban/pergumulannya.
2.      Jika diperlukan, single parent juga bisa menjalani terapi untuk
recovery (Kesembuhan) dari trauma-traumanya. Untuk mencapai pemulihan, seorang single parent mau tidak mau harus mengampuni diri sendiri.
3.      Selanjutnya single parent juga harus mengampuni mantan pasangaannya. Kalau seorang single parent merasa disakiti oleh pihak ketiga, mertua atau orang lain disekitarnya, maka single parent tersebut juga harus mengampuni mereka.
4.      Dukungan sosial/komunitas teman senasib (sesama single parent) juga
dibutuhkan untuk menguatkan hati seorang single parent. Setidaknya,
dalam persekutuan dengan kaum senasib, seorang single parent merasa
tidak sendiri.
Sesama single parent tentunya akan lebih mudah mengerti perasaan satu
sama lain dan berempati dengan kawan senasibnya. Mendidik anak bersama-sama apasangan saja tidak mudah, apa lagi untuk menjadi single parent yang harus mengasuh dan membesarkan anak seorang diri. Oleh sebab itu, seorang single parent membutuhkan pengetahuan/ketrampilan single parenting yang memadai supaya bisa menjadi teladan bagi anak-anaknya. Tanpa ketrampilan single parenting, seorang single parent akan mengalami kesulitan bagaimana menolong anak-anak untuk keluar dari trauma dan
kepahitan hidupnya.
1.    Seorang single parent juga perlu melatih diri untuk bersikap bijaksana
terhadap lingkungan.
2.    Untuk mengatasi masalah ekonomi, seorang single parent membutuhkan
kesempatan untuk mengembangkan/memanfaatkan talentanya dalam
kegiatan-kegiatan produktif. Mungkin sementaraa ini ada beberapa orang
berpikir untuk memberikan santunan sosial kepada single parent. Namun
kita perlu hati-hati, pemberian bantuan cuma-cuma atau santunan sosial
justru bisa merendahkan martabat dan harga diri seorang single parent.
Bantuan yang berdasarkan rasa kasihan atau iba juga dapat memanjakan dan
"memiskinkan" single parent. Artinya, bantuan cuma-cuma tidak akan "memerdekakan" seorang single parent.
Perceraian dengan pasangan seringkali merusak harga diri seorang
single parent. Bahkan tidak sedikit single parent yang kehilangan makna
hidupnya gara-gara ditinggalkan/bercerai dengan pasangan. Untuk membantu
bisa dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan sosial atau kerohanian. Namun
hal ini baru bisa dilakukan setelah sang single parent mampu menenangkan
anak-anaknya.
  
Menurut Mundhi Sabda Hardiningtyas (http://indosingleparent.blogspot.com/2011/05/single-parent-asalahnya.html, 2011), single parent adalah orang yang melakukan tugas sebagai orang tua (ayah dan ibu) seorang diri, karena kehilangan/ terpisah dengan pasangannya. Tugas yang seharusnya dipikul berdua (ayah dan ibu), harus diembannya sendiri. Ia harus mampu berperan sebagai  ibu sekaligus ayah, sementara fungsi ayah berbeda dengan fungsi ibu. Terkadang situasi menyebabkan seseorang menjadi single parent. Elly Nagasa Putra (www.konselingkeluarga.com, 2010) juga mengemukakan bahwa tentu tidak mudah bahkan sangat berat. Kehadiran seorang Konselor akan sangat berarti dan menolong single parent dalam berbagai permasalahan yang dihadapinya.

B.  KARAKTERISTIK
Dalam http://saatteduh.wordpress.com/2010/03/22/single-parent-%E2%80%93-orang-tua-tunggal/ dijelaskan ada dua jenis kategori orang tua tunggal (single parent), yaitu yang sama sekali tidak pernah menikah dan yang sempat/pernah  menikah. Mereka menjadi orang tua tunggal bisa saja disebabkan, karena ditinggal mati lebih awal oleh pasangan  hidupnya, ataupun akibat perceraian atau bisa juga ditinggal oleh sang kekasih yang tidak mau bertanggung jawab atas perbuatannya.

Pilihan untuk menjadi orang tua tunggal adalah satu pilihan yang berat, walaupun demikian daripada aborsi dan harus  menambah beban dosa, mereka lebih ikhlas memilih untuk menjadi orang tua tunggal. Untuk ini mereka juga harus siap menerima reaksi dari orang tua, keluarga dengan risiko dikucilkan entah untuk sementara ataupun selamanya. Belum  lagi menjadi gujingan maupun dicibirkan oleh teman, tetangga maupun rekan kerja. Untuk menjalani semua itu;  dibutuhkan kekuatan hati dan daya juang yang tinggi, termasuk mengikis perasaan dendam kepada si lelaki notabene  ayah dari anaknya sendiri. Sedangkan bagi perempuan yang pernah menikah, siap atau tidak; predikat janda dengan  anak akan disandangnya.
Menurut        Mundhi           Sabda  Hardiningtyas http://indosingleparent.blogspot.com/2011/05/single-parent-masalahnya.html, 2011), ada banyak alasan yang menyebabkan seseorang menjadi single parent, diantaranya :
1.    Tinggal terpisah karena pasangannya bekerja/belajar di kota/negara lain.
2.    Kematian pasangan
3.    Perceraian.

Single parent yang terpisah dengan pasangan karena bekerja/belajar di kota/negara lain, memiliki beberapa masalah, seperti : merasa kesepian, tidak terpenuhinya kebutuhan seks sementara secara de jure ia seharusnya bisa mendapatkan pemenuhan kebutuhan seks dari pasangannya. Saat pasanganya berada jauh darinya, ia juga merasa berat membesarkan anak sendiri.

Seseorang yang menjadi single parent karena kematian juga mengalami masalah yang berat. Kematian pasangan yang mendadak membuat ia tidak siap menerima kenyataan. Namun jika mendapatkan pelayanan pendampingan/konseling yang tepat, ia dapat melalui masa-masa gelapnya. Idealnya, ia harus mendapatkan konseling kedukaan yang tepat sehingga kedukaannya tidak berlarut-larut (tidak lebih dari 6 bulan). Kedukaan yang berlarut-larut memperlambat pemulihan hati anak-anaknya. Selain itu, beberapa single parent yang ditinggal mati pasangannya mengalami masalah keuangan dan merasa kesepian.

Dibandingkan dengan kedua jenis single parent di atas, single parent yang berpisah dengan pasangannya karena perceraian, memiliki masalah yang lebih serius lagi. Setidaknya Mundhi Sabda Hardiningtyas (http://indosingleparent.blogspot.com/2011/05/single-parent-masalahnya.html, 2011), mencatat ada 6 masalah besar, yaitu :
1.  Masalah emosional
2.  Masalah hukum (hak asuh)
3.  Menjalin hubungan baik dengan mantan suami/istri
4.  Menghadapi anak
5.  Masalah dengan lingkungan
6.  Masalah keuangan

C.  IDENTIFIKASI
single parent yang belum mengampuni dan masih membenci mantan suami/istrinya akan mempengaruhi perkembangan jiwa anak-anaknya. Single parent bahkan seringkali tidak menyadari bahwa ia bukan "super man/super women" sehingga di depan anak-anaknya ia berusaha menunjukkan dirinya perkasa dan dapat menyelesaikan segala sesuatu tanpa orang lain. Ia tidak melihat bahwa anak-anaknya memerlukan tokoh pengganti ibu/ayah.

Single parent pasca perceraian juga mengalami masalah dengan mantan pasangannya. Karena pengalaman pahitnya, seorang single parent sering tidak menyadari bahwa sejelek apapun mantan suami/istri-nya, ia tetap ayah/ibu dari anak-anaknya. Sebelum single parent mengampuni mantan pasangannya, ia cenderung ingin balas dendam. Beberapa single parent bahkan melakukan usaha balas dendam balas dendam kepada mantan pasangannya, dengan memanfaatkan anak-anaknya.

Single parent perlu menjalani konseling pribadi untuk membagi beban/pergumulannya. Jika diperlukan, menurut Mundhi Sabda Hardiningtyas (http://indosingleparent.blogspot.com/2011/05/single-parent-masalahnya.html, 2011), single parent juga bisa menjalani terapi untuk recovery dari trauma-traumanya. Untuk mencapai pemulihan, seorang single parent mau tidak mau harus mengampuni diri sendiri. Selanjutnya, single parent juga harus mengampuni mantan pasangannya. Kalau seorang single parent merasa disakiti oleh pihak ketiga, mertua atau orang lain di sekitarnya, maka single parent tersebut juga harus mengampuni mereka.

Dukungan sosial/komunitas teman senasib (sesama single parent) juga dibutuhkan untuk menguatkan hati seorang single parent. Setidaknya, dalam persekutuan dengan kaum senasib, seorang single parent merasa tidak sendiri. Sesama single parent tentunya akan lebih mudah mengerti perasaan satu sama lain dan berempati dengan kawan senasibnya.

Mendidik anak bersama-sama pasangan saja tidak mudah, apa lagi untuk menjadi single parent yang harus mengasuh dan membesarkan anak seorang diri. Oleh sebab itu, seorang single parent membutuhkan pengetahuan/ketrampilan single parenting yang memadai supaya bisa menjadi teladan bagi anak-anaknya.Tanpa keterampilan single parenting, seorang single parent akan mengalami kesulitan bagaimana menolong anak-anak untuk keluar dari trauma dan kepahitan hidupnya.

Seorang single parent juga perlu melatih diri untuk bersikap bijaksana terhadap lingkungan. Untuk mengatasi masalah ekonomi, seorang single parent membutuhkan kesempatan untuk mengembangkan/memanfaatkan talentanya dalam kegiatan-kegiatan produktif. Mungkin sementara ini ada beberapa orang berpikir untuk memberikan santunan sosial kepada single parent. Namun kita perlu hati-hati, pemberian bantuan cuma-cuma atau santunan sosial justru bisa merendahkan martabat dan harga diri seorang single parent. bantuan yang berdasarkan rasa kasihan atau iba juga dapat memanjakan dan "memiskinkan" single parent. Artinya, bantuan cuma-cuma tidak akan "memerdekakan" seorang single parent.

Perceraian dengan pasangan seringkali merusak harga diri seorang single parent. Bahkan tidak sedikit single parent yang kehilangan makna hidupnya gara-gara ditinggalkan/bercerai dengan pasangan. Untuk membantu single parent menemukan kembali makna hidupnya, seorang single parent bisa dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan sosial atau kerohanian. Namun hal ini baru bisa dilakukan setelah sang single parent mampu menenangkan anak-anaknya.










SUMBER BACAAN


Putra, Elly Nagasa. 2010. Apa Saja Jenis Jasa Konseling Profesional?. www.konselingkeluarga.com,


Tidak ada komentar:

Posting Komentar