TUGAS
III
WAWANCARA
DENGAN KLIEN YANG MENGALAMI TRAUMA
DOSEN
PEMBIMBING:
Drs. Afrizal Sano, M.Pd., Kons
![]() |
Oleh:
NOPINA
S.M HARAHAP
1105575/
2011
JURUSAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI PADANG
2014
WAWANCARA DENGAN
KLIEN YANG MENGALAMI TRAUMA
Klien : RJN
Permasalahan : Trauma setiap berada didalam mobil dalam
keadaan miring
RJN adalah seorang mahasiswa Jurusan
Seni, Drama, Tari, dan Musik di UNP. Yang mana, RJN mengalami suatu kejadian
yang membuat dirinya takut hingga menjadi trauma.
Pada peristiwa itu, RJN pergi bersama
keluarga ke Bukittinggi menaniki kendaraan yaitu mobil. Mulanya mobil ini
berjalan baik, namun ketika mobil melewati tikungan jalan, mobil ini tidak bisa
berjalan mulus melewati tikungan tersebut. Sebelah dari ban mobil masuk ke
dalam paret atau banda pinggir jalan, sehingga kondisi mobil hampir miring 30
derajat. RJN yang berada didalam mobil merasa ketakutan dengan peristiwa
tersebut, sehingga apabila kondisi yang hampir sama dengan kejadian itu ia akan
merasa sangat takut berlebihan karena takut kejadian yang sama akan berulang.
Bahkan, apabila jika berada di dalam mobil, dan dalam kondisi sedikit miring
baik itu kanan maupun kiri, ia pun akan merasa sangat takut sekali dan merasa
kejadian yang sama terjadi kembali. Terlebih kondisinya saat melewati tikungan
yang cenderung membuat mobil sedikit miring mengikuti arah tikungan tersebut.
Dari kasus trauma yang dialami oleh RJN ini, bila dianalisis, termasuk
pada jenis trauma situasional. Yang mana, traumanya terjadi karena suatu
peristiwa atau pun kejadian yang dialami oleh klien sendiri secara langsung.
TRAUMA
YANG DIALAMI OLEH DIRI SENDIRI
Klien : NSM
Permasalahan : Trauma setiap berada dalam mobil yang sedang
melaju
berpapasan dengan mobil truk/
fuso/ atau mobil besar lainnya
Saya mengalami trauma ini, sewaktu usia saya 13 tahun. Saat itu, saya
masih duduk di bangku SMP tepatnya kelas 2. Pada waktu itu, saya bersama – sama
dengan keluarga, pergi berlibur ke tempat saudara di sebuah kota yaitu Kota
Sosa. Yang mana, jalan menuju kesana jalannya cukup jelek, banyak lobang disana
sini alias tidak mulus.
Saat dalam perjalanan, kami yang datang dari arah barat, akan melewati
sebuah tikungan yang cukup panjang dan untuk melihat kedepan itu sangat susah
untuk melihat apakah ada kendaraan yang datang dari arah yang berlawanan. Saat
itu, om saya yang sedang menyetir memberikan tanda berupa membunyikan klakson
mobil, untuk memberitahukan kalau ada mobil yaitu kami yang datang dari arah
berlawanan. Ternyata, tanda yang diberikan oleh om saya tidak ada sahutan dari
arah berlawanan, bahkan jalan tetap hening, diam, tidak ada tanda – tanda mobil
yang datang dari arah berlawanan. Om saya pun dengan tenang melaju dengan kecepatan
standar untuk melewati tikungan tersebut.
Saat melewati tikungan itu, kami kaget tiba – tiba muncul sebuah truk
besar dan panjang berwarna kuning, muncul dari arah berlawanan arah dengan
kecepatan yang tidak wajar untuk sebuah tikungan yang cukup panjang itu. Karena
kaget dengan kedatangan truk tersebut dari arah yang berlawanan, om saya pun
membawa mobil kearah pinggir, yang mana disisi kiri kami itu berupa jurang.
Meskipun mobil kami melaju karah pinggir, truk tersebut tidak bisa mengontrol
mobilnya sehingga saat kepala mobil truk
itu berhasil melewati tikungan, badan truk atau bagian belakang truk tersebut
menyenggol sehingga terjadi gesekan antara mobil kami dengan mobil truk
tersebut. Bunyi cukup kuat dan hampir membuat kami terjatuh ke jurang yang
berada di sisi kiri kami. Sementara itu, saya yang duduk persis di sisi kanan,
dimana sisi yang terjadi gesekan dengan truk tersebut membuat saya sontak
teriak dan nyaris pingsan karena saya langsung melihat kejadian tersebut.
Awalnya saya memang sudah perkirakan akan terjadi benturan dengan truk tersebut
dan ternyata memang terjadi.
Semenjak itu, setiap berada dalam mobil yang sedang melaju kemudian ada
mobil truk atau mobil besar lainnya berada di sebelah mobil yag saya naiki,
saya cukup merasa gemetar dan takut. Sempat saya melakukan tindakan yang
menyakiti orang saat posisi yang sama terjadi kepada saya. Saat itu, saya naik
mobil travel yang biasa saya naiki untuk pulang kampung. Mobil itu melaju cukup
kencang, setiap lobang, tikungan, atau hambatan jalan lainnya dilaluinya dengan
kecepatan yang tinggi. Pada saat itu, kami akan melewati sebuah tikungan juga
yang cukup panjang, dan supir itu tetap membawa mobil dengan kecepatan tinggi
tadi, karena takut da teringat kejadian yang sama, saya pun menokok kepala
supir tersebut dari belakang dan marah – marah kepada supir tersebut. Dan
seketika wajah saya menjadi pucat dan gemetaran.
Jika dilihat dari kasus trauma yang saya alami sendiri ini, ini termasuk
pada jenis trauma situasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar