ANAK
BERBAKAT (GIFTED)
A.
Pengertian
Anak Berbakat
Setiap orang memang
dilahirkan dengan berbagai bakat yang berbeda – beda. Bakat adalah kemampuan
yang merupakan sesuatu yang inherent
dalam diri seseoang, kemudian dibawa sejak lahir dan terkait dengan struktur
otak. Secara genetis struktur otak memang telah terbentuk sejak lahit, tetapi
berfungsinya otak itu sangat ditentukan oleh caranya lingkungan berinteraksi
dengan anak manusia (Conny Semiawan, 1997: 11).
Anak berbakat atau gifted adalah istilah yang telah lama
dipakai dan ditulis baik dalam buku – buku maupun didalam publikasi – publikasi
yang lain. Istilah gifted yang
digunakan sekarang untuk pertama kalinya diuperkenalkan Guy M. Whipple dalam
Monroes Ensycyclopedia of Education untuk menunjukkan keadaan anak – anak yang
memiliki kemampuan supernormal (Reni Akbar dan Hawadi, 2002:45). Menurut Hagen
(dalam Reni Akbar dan Hawadi, 2002: 46) bahwa istilah gifted ditujukan untuk orang dengan kemampuan akademis yang tinggi
dan istilah talented untuk orang
dengan kemampuan unggul seperti dalam bidang seni, musik, dan drama.
Cutts da Mosseley
(dalam Reni Akbar dan Hawadi, 2002: 46) membedakan istilah bright, gifted, dan talented,
yaitu bright adalah siswa yang mampu
menempuh pendidikannya ditingkat kolose dan lancar dalam karir yang dipilihnya.
Gifted diartikan sebagai siswa dengan
potensi yang mungkin lebih besar dari anak yang disebut dengan bright. Sementara istilah talented diberikan kepada seluruh siswa
yang menunjuk pada kemampuan yang tidak lazim dalam bidang akademis dan
mempunyai bidang karir yang khusus. Tanda – tanda umumnya adalah adanya
kemampuannya yang tergolong pada tingkat superior.
Selain itu pula Coleman
(dalam Reni Akbar dan Hawadi, 2002:48) menambahkan pengertian tentang gifted, yang mana menurutnya konsep
tersebut sering dirancukan dengan konsep genius. Orang cenderung menyamaratakan
saja antara gifted dan genius,
padahal kedua istilah tersebut tidak sama.
Gifted belum tentu seseoran yang genius sebab gifted belum tentu memberikan konstribusi unik pada lingkungannya
dalam kurun waktu tertentu. Tetapi seorang genius adalah pasti seorang gifted.
Dalam hal tersebut, Feldhusen
(dalam Reni Akbar dan Hawadi, 2002: 48) memberikan pengertian tentang genius
dan gifted, yang mana ia lebih
menekankan kepada genius yang merupakan merujuk jelas pada individu yanf telah
menampilkan kemampuan tingkat tinggi yang luar biasa pada prestasi bermakna,
sedangkan berbakat adalah secara umum menunjuk kepada mereka yang menampilkan
tanda – tanda atau indikasi kemampuan superior.
B.
Ciri
- Ciri Anak Berbakat
Pada zaman dahulu kala
orang – orang menganggap anak – anak gifted
sebagai oddballs. Yang mana mereka adalah anak – anak yang memiliki karakteristik
serba negative, misalnya bahwa mereka mempunyai emosi yang tidak stabil, lemah,
dan mudah terserang penyakit tidak cakap kecuali untuk sejenis pekerjaan yang
hanya menurut aktivitas intlektual yang sederhana.
Sekarang pendapat yang
mengaanggap anak – anak gifted
sebagai oddballs sudah ditinggalkan
karena tidak sesuai lagi. Berbagai bukti penelitian misalnya yang dilakukan
oleh Terman bahwa anak – anak gifted
memupnyai keunggulan antara lain keunggulan fisik (Swanson, dalam Moch. Sholeh,
1998: 29).
Tidak tepat kiranya
jika kita menilai bahwa anak – anak gifted
adalah anak – anak yang tidak pernah mengalami problem emosional dan sosial
yang serius. Penyimpangan potensi dan kapasitas senantiasa melahirkan problem
pada setiap orang. Anak – anak gifted
terkadang mengalami kesulitan untuk mengelola aktivitas – aktivitasnya.
Sebagai makhluk sosial
tentu saja dalam pertumbuhan dan perkembangannya sangat dipengaruhi oleh sifat
– sifat, pemikiran , sikap dan aktivitas
anggota masyarakat yang lain dalam pergaulan inilah emosi mereka dapat terluka/
berbahagia.
Untuk mengenali
karakteristik anak – anak gifted
dapat dilihat dari segi potensi, cara menghadapi masalah, dan kemampuan/
prestasi yang dapat dicapai.
Ciri – ciri anak
berbakat yang bisa tampak sejak dini antara lain:
1.
Mempunyai ingatan yang kuat
Contoh
; sanggup mengingat letak benda – benda, tempat – tempat penyimpanan, lokasi –
lokasi.
2.
Mempunyai logika dan keterampilan analitis
yang kuat
Contoh:
sanggup menyimpulkan, menghubung – hubungkan satu kejadian dengan kejadian
lain.
3.
Mampu berpikir abstrak
Contoh
: membayangkan sesuatu tidak tampak, kemampuan berimajinasi dan asosiasi
4.
Mampu membaca tata letak (ruang)
Contoh:
menguasai rute jalan, kemana harus berbelok, menyebutkan bentuk ruang.
5.
Mempunyai keterampilan mekanis
Contoh:
pintak bongkat pasang benda yang rumit
6.
Mempunyai bakat musik dan seni
7.
Luwes dalam atletik dan menari
8.
Pintar bersosialisai
Contoh
: mudah bergaul, mudah beradaptasi
9.
Mampu memahami perasaan manusia
Contoh:
pandai berempati, baik dan peduli pada orang lain
10.
Mampu mengikat dan merayu
Contoh:
penampilannya selalu membuat orang tertarik, mampu membuat orang mengikuti
kemauannya.
C.
Konsep
Dasar Keberbakatan
Anak berbakat adalah
mereka yang oleh orang – orang professional diidentifikasi sebagai anak yang
mampu mencapai prestasi yang tinggi karena mempunyai kemampuan – kemampuan yang
unggul.
Anak – anak yang
superior adalah individu yang memandang alam semesta dengan cara yang tidak
biasa. Mereka dengan anak – anak lainnya dalam hal emosi, perasaan, pergaulan
dan pemikira. Mereka melihat alam semesta dengan kacamata berbeda yang
digunakan oleh anak yang normal. Anak berbakat mirip dengan orang yang melihat
alam semesta dengan menggunakan mikroskop elektronik, dia dapat melihat sesuatu
yang tidak terlibat dan tidak terbayangkan oleh orang lain.
Faktor pembawaan atau
pribadi yang menentukan keberbakatan yang dimiliki setiap anak dalam kadar yang
berbeda –beda. Untuk pengembangan keberbakatan yang optimal diperlukan
rangsangan dan pembinaan dari lingkungan sosial keberbaktan muncul dari
interkasi faktor lingkungan dan pribadi.
Konsep lain tentang
keberbakatan yang digunakan dalam identifikasi siswa berbakat I Indonesia (juga
digunakan dalam seleksi calon guru anak berbakat ialah “Three-Ring Conception” dari Renzulli dan kawan – kawan yang
menyatakan bahwa tiga cirri pokok yang merupakan kriteria keberbakatan ialah
keterkaitan antara:
1.
Kemampuan umum di atas rata – rata
2.
Kreativitas di atas rata – rata
3.
Pengikatan diri terhadap tugas, (Utami
Munandar, 2009: 24)
D.
Identifikasi
Anak Berbakat
Identifikasi merupakan
suatu proses pencarian suatu karakteristik baik itu berupa benda atau makhluk
hidup (individu). Dalam hal identifikasi anak berbakat, Terman memberikan
sumbangan sangat besar. Yang mana, sumbangannya tersebut dirasakan karena 2 hal
yaitu karena identifikasi yang dilakukan Terman dapat dinilai sebagai satu
rintisan kearah pemahaman anak berbakat dan kesungguhannya dalam melakukan
identifiksi sehingga ia memerlukan waktu yang lama, alat – alat yang
terandalkan, serta pencatatan yang teliti dalam penelitiannya. Kesungguhan ini
kemudian membuahkan hasil yang sangat terpercaya sehingga hasil penelitian ini
menjadi salah satu bahan acuan yang sangat penting hingga saat sekarag.
Dalam
penemuan Terman (dalam M.Sholeh Y.A. Ichrom, 1988: 57) mengatakan bahwa ia
menemukan kenyatan bahwa anak – anak gifted
adalah anak – anak yang sehat dan mampu menyesuaikan diri dengan baik dan
mereka bukanlah anak – anak yang ringkih dan anti sosial.
Setelah Terman menemukan
kenyataan/ hasil dari penemuannya akan identifikasi anak – anak gifted, pada tahun 1913 Terman kembali
melakukan studi yang lebih komprehesif lagi terhadap 124 anak – anak gifted. Studi ini jadi landasan
penelitian ia secara terus menerus sepanjang hidupnya, yang dikenal dengan “Stanford Studies of Genius”.
Dalam proses
identifikasi terhadap anak – anak gifted,
prosedur dan evaluasi haruslah diusahakan secepat mungkin, terpercaya, dan
canggih. Data yang dikumpulkan juga seharusnya adalah data terpercaya yang
sesuai dengan keadaan anak sesungguhnya.
Oleh karena itu,
identifikasi perlu dilakukan mengingat tujuan dari identifikasi adalah untuk
mengetahui karakteristik seorang aak sehingga dapat ditentukan apakah ia
termasuk aak gifted atau tidak.
Dalam prosedur
identifikasi, para pakar mempunyai cara pandang yang berbeda. De Haan dan
Havighurst (dalam Reni Akbar dan Hawadi, 2002: 110) ada 2 cara dalam menjaring
anak berbaka intelektual, yaitu dengan standarisasi tes psikologi yang
bertujuan untuk mengukur perilaku yang ingin diidentifikasi dan dengan cara
observasi, yaitu guru, orang tua, dan anak – anak. Kedua cara ini tidak
memberikan hasil yang memuaskan jika digunakan secara sendiri – sendiri, tetapi
akan lebih baik berdayaguna jika digunakan lebih dari 1 cara.
Martinson (dalam Reni
Akbar dan Hawadi, 2002: 110) melihat prosedur identifikasi dari tahapan yang
akan dilakukan. Ia berpendapat bahwa proses identifikasi dilakukan dalam 2
tahap , yaitu penjaringan dan tahap identifikasi dan studi kasus.
Dari beberapa sudut
pandang prosedur identifikasi menurut beberapa pakar diatas, memiliki kesamaan
terhadap prosedurnya masing – amsing. Dimana, mereka sama – sama melakukan
penjaringan terlebih dahulu. Dibuku sumber yang lain juga menyebutkan, prosedur
identifikasi yang hampir sama dengan dijelaskan sebelumnya.
Menurut Reni Akbar dan
Hawadi (2002: 101) mengatakan bahwa tahap penjaringan merupakan tahap
pendekatan awal dari proses identifkasi anak berbakat intelektual yang biasanya
diikuti oleh sejumlah besar anak yang memiliki prospek sebagai aak berbakat
intelektual. Hal ini dilakukan agar proses identifikasi yang dilakukan betul –
betul tidak akan kehilangan seorang anak pun tergolong anak berbakat.
Penjaringan dan
penyaringan jelas berbeda maknanya. Penjaringan merupakan tahap awal dari
identifikasi sedangkan penyaringan adalah suatu seleksi yang lebih halus dari
pada suatu penjaringan.
E.
Alat
– alat Identifikasi
Ada beberapa alat
identifikasi menurut Tengku Zahara Djafar (2001: 43), yang dipakai dalam
prosedur identifikasi, yaitu:
1.
Kemampuan intelektual umum
Perkembangan
intelektual umum bermula dari pengkajian terhadap anak subnormal. Orang
Perancis bernama Equirol yang pertama menaruh perhatian terhadap kelompok ini
dan menemukan suatu kontinum kemampuan umum dari normal kebawah sampai idiot.
Dalam
upaya mengkaji karakteristik kemampuan intelektual umum Sir Francis Galton
(dalam Tengku Zahara Djafar, 2001: 43) mengukur mereka yang masih punya
hubungan darah dan mereka yang tidak mempunyai hubungan darah. Ia mengemukaka
bahwa mereka yang mengalami retardasi mental berat tidak dapat menemukan
perbedaan antara panas/ dingin dan rawsa sakit.
2.
Tes Intelegensi Umum
Binet
telah menciptakan tes mental pertama bersama Simon, sejawatnya. Mereka
menciptakan skala yang terdiri dari 30 maslaah yang dicobakan kepada 50 anak
normal berumur 3 – 11 tahun dan beberapa anak yang mengalami retardasi mental
serta orang dewasa. Menurut Tengku Zahara Djafar (2001: 44) tes tersebut
mencakup berbagai fungsi dengan tekanan pada penilaian pengertian dan penalaran
yang menurut Binet adalah kemampuan esensial intelegensi
3.
Tes Kelompok Kontra Tes Individual
Tes
kelompok dirancangkan untuk kelompok tertentu. Keuntungannya adalah latihan
yang ekstentif yahng diperlukan untuk tes seperti Binet, tidak seberapa
diperlukan bagi tes kelompok, asalkan pengets tersebut mampu membaca instruksi
dengan baik dan tepat waktu dalam mengadakan tes kelompok atau testing
tersebut. Demikian juga cara menghitung skor dalam tes kelompok lebih mudah,
biasanya tes kelompok menyediakan lembar jawaban dan kunci – kunci tes
4.
Pengukuran Hasil Belajar
Tes
hasil belajar berfungsi untuk mengukur hasil perolehan belajar setelah melewati
satu proses belajar, latihan atau kegiatan tertentu yang diikuti seseorang. Tes
hasil belajar berbeda dari tes intelegensi. Tes hasil belajar
distandardisasikan, terawasi, dan dirancang sebelumnya.
Selain itu menurut
Harun Iskandar (2010: 15) ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk
mengenali bakat seseorang, yaitu:
1.
Menyadari bahwa dalam diri sendiri ada
sesuatu yang berharga
Manusia
diciptakan oleh Tuhan dalam keadaan yang sempurna dibanding makhluk lainnya.
Dan perbedaan yang paling mencolok adalah “akal pikiran”. Disamping itu
dorongan nafsu atau rasa ingin tahu melekat pada diri manusia. Kelebihan
semacam ini merupakan modal yang sangat besar. Jika dimanfaatkan tentu
menghasilkan sesuatu yang diusahakan lebih dari cukup untuk meemnuhi
kehidupannya. Sehingga hasil cipta karya manusia mampu mengangkat harkat
martabat manusia itu sendiri ke jenjang yang mulia.
2.
Menggali bakat lewat berbagai bidang
yang disukai
3.
Mencari alternative bidang lain
4.
Melihat dari keberhasilan orang
5.
Mengenal bakat lewat pertolongan
psikolog
Secara umum prosedur
identifikasi dapat dilakukan dengan penjaringan dan penyaringan. Menurut Eby
dan Smunty (dalam Reni akbar dan Hawadi, 2002: 112) bahwa biasanya pada
penjaringan melalui nomiasi yang dilakukan oleh guru kelas dan atau orang tua
murid bahkan juga kadang – kadang teman sebaya dan diri sendiri.
1.
Identifikasi melalui Nominasi Guru
Observasi
guru merupakan sesuatu yang berharga, sebab (1) guru relative selalu bersedia
dan mereka terlibat secara psikologis dalam program anak berbakat, (2) guru
juga memiliki kemampuan dalam pengambilan keputusan dan observasi. Observasi
guru memungkinkan evaluasi berkembang sepanjang waktu. Guru dapat
mempertimbangkan cara siswa memecahkan masalah
seperti juga mempertimbangkan jawabannya.
Selain
itu guru juga dapat lihat bagaimana siswa menggunakan waktunya dan bagaimana
beberapa indicator keberbakatan yang telah dikutip untuk diterapkannya.
2.
Identifikasi melalui Nominasi Orang tua
Orang
tua dapat memungkinkan pemberian rekomendasi berdasarkan pengamatannya yang
lama terhadap bakat yang dimiliki anak. Berkaitan dengan itu, orang tua dapat
memperhatikan tingkat penguasaan anak dalam tugas intelektual, minat, dan
keingintahuan yang bervariasi. Pada kenyataannya, menyuruh orangtua untuk
mempertimbangkan bakat anak adalah suatu cara untuk melibatkan orang tua dalam
memberikan informasi yang sangat berharga bagi pemahaman anak yang lebih
komprehensif.
3.
Identifikasi melalui Teman Sebaya dan
Oleh Diri Sendiri
Teman
sebaya dapat memberikan informasi tentang keunggula anak berbakat dalam
sekolah. Baik berkenaan dengan keunggulan akademik maupun bidang non-akademik,
terutama kemampuan anak memecahkan masalah, kemampuan kepemimpinan, dan sikap
kejujuran anak.
Menurut
Martinson (dalam Reni Akbar dan Hawadi, 2002 : 131) penggunaan nominasi oleh
teman sebaya dapat dilakukan dengan cara mendengarkan komentar teman sebaya
tentang siswa yang dianggap anak berbakat. Teman sebaya dapat juga diminta
bantuannya untuk membuat suatu daftar berbagai keberbakatan dari teman –
temannya sendiri.
KEPUSTAKAAN
Conny Semiawan. 1997. Perspektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta: PT. Grasindo
Harun
Iskandar. 2010. Tumbuhkan Minat
Kembangakan Bakat. Jakarta: ST Book
Moch.
Sholeh Y.A. Ichrom. 1988. Perspektif
Pendidikan Anak Gifted: Sebuah Pengantar. Jakarta: DEPDIKBUD DIRJEN
Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
Reni
Akbar dan Hawadi. 2002. Identifikasi
Keberbakatan Intelektual Melalui Metode Non-Tes ddengan Pendekatan Konsep
Keberbakatan Renzulli. Jakarta: PT. Grasindo
Tengku
Zahara Djafar. 2001. Arah Pelayanan
Pendidikan Anak Berbakat. Padang : Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Padang
Utami Munandar.
2009. Pengembangan Kreativitas Anak
Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta
rinci banget nih postingan mantap : terimakasih manfaat nya gan
BalasHapusKaos Muslim Dhikr Anak dan Keluarga
alhamdulillah, sama" gan ^^
Hapus