Entri Populer

Kamis, 06 November 2014

wawancara di panti asuhan

TUGAS

KONSELING POPULASI KHUSUS

“Wawancara di Panti Asuhan”











Oleh :
Nopina S.M Harahap
Rhahima Zakia
Rahmi Hayati
Resky Asdianti
Frestika Diana Putri





JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014
Hasil Wawancara di Panti Asuhan Parupuk Tabing
1. Wawancara pendiri panti asuhan
A. Sejarah singkat panti asuhan
Panti asuhan mulai berdiri 2001 membina anak yatim dan anak mualaf dari Mentawai. Di Mentawai bukan tidak ada sekolah tetapi Mentawai yang warganya dominan non-muslim, pendiri ini memiliki misi melakukan sesuatu terhadap orang tua yang mualaf untuk menjadi mualaf yang baik dan mengajarkan Islam kepada anak-anaknya. Awal berdiri panti ini didasarkan modal nekat, ketika itu pendiri sebagai putra Mentawai sekarang bekerja sebagai pegawai negeri di Dinas Sosial mendapat kabar ada sekitar 15 orang anak dari Mentawai yang berada di Padang terlantar karena anak tersebut mendapat kabar bahwa ada sekolah gratis di Padang yang nyatanya mendaftar sekolahnya saja yang gratis, apa-apa mesti bayar, dan mengakibatkan anak-anak yang berumur 14-15 tahun ini terlantar. Lalu pendiri panti berencana mendirikan Panti tanpa ada biaya yang cukup, lalu menceritakannya kepada notaris. Selama 2 hari akta notaris selesai. Lalu pendiri meminjam uang kepada Bank dengan jaminan SK PNS dan berkat bantuan dari salah satu anggota DPR meminjamkan uang kepada pendiri tersebut, akhirnya panti ini berdiri.
Di panti ini terdapat 56 orang anak dari tingkat SD hingga Mahasiswa, dan terhitung 200 anak sudah diterima dan diasuh di panti ini. Anak yang diterima di panti adalah anak yang harus sekolah, yang mau mengorbankan waktunya untuk belajar. Serta anak yang masuk ke panti ini adalah anak yang benar – benar atas keinginannya mempelajari agama islam lebih dalam.
B. Ada beberapa peraturan yang ada di Panti Asuhan ini :
1. Usia anak yang masuk panti 0-18 tahun
2. Anak panti asuhan dari masuk hingga tamat SMA tidak boleh pulang ke kampungnya, untuk penanaman Tauhidnya, kalau diizinkan pulang takutnya nanti anak terpengaruh oleh lingkungannya yang non-muslim dan banyak gereja.
3. Mulai dari kelas 1 SD-3 SMA tidak boleh memakai Hp, jika tertangkap Hp dibanting didepan anak itu sendiri
4. Memasuki panti diadakan seleksi terlebih dahulu, yang diseleksi adalah masuk Islam memang karena keinginannya sendiri, tidak dipaksakan.
5. Jika anak sudah diizinkan masuk panti lalu anak memaksa untuk pulang maka anak keluar dari panti asuhan
6. Jika ada yang berkunjung seperti orang tua atau sanak family untuk melepaskan rindu kepada anak, anak boleh dibawa keluar dengan jangka waktu hingga magrib, khawatir jika anak terasa berbeda kehidupan di panti dengan kehidupan diluar yang terasa bebas.
7.  Boleh keluar dari panti setelah tamat SMA, sebab masa itu diharapkan mereka sudah benar - benar harus mandiri, dan tidak akan dikhawatirkan jika dia akan terlantar diluar sana
8. Tidak ada uang jajan diberikan, namun selalu diberikan makan ketika pagi untuk makan sekenyang-kenyangnya.
9. Televisi tidak boleh dihidupkan kecuali malam minggu dengan tidak dibatasi untuk menonton apa, tetapi masih dalam pengawasan, dan menonton hingga jam 11 malam paling lama.
10. Tidak boleh mencuri dan berpacaran. Jika ketahuan diperingati dahulu, jika tidak berubah dikeluarkan dari panti asuhan.
C. Kendala di Panti Asuhan
Panti memiliki kekurangan dana karena tidak memiliki donator tetap. Dana didapat dari infaq, zakat , dan sedekah.Pengeluaran di panti berkisar Rp.350.000 diluar beras. Meskipun donatur tidak ada, akan tetapi pemasukan dana ada saja bantuan yang datang dari tangan orang-orang dermawan. Dan masalah ini merupakan kendala setiap bulannya.
2. Wawancara Anak Panti Asuhan
Identitas Anak :
·   Nama                   : ZD
·   Tahun Lahir         : 2010
·   Status                   : Mahasiswa Ekonomi Manajemen Baiturrahmah BP. 2010
·   Jumlah saudara    : 4 orang
Hasil wawancara :
ZD berumur 22 tahun sebagai Mahasiswa Penerima Beasiswa Baiturrahmah tahun 2010. ZD merupakan mualaf semenjak kelas 5 SD. Semenjak meninggalnya ibu ZD, ayah ZD juga mualaf semenjak menikah lagi dengan wanita dari Padang beragama Islam. Sebelumnya ZD juga tertarik dengan agama Islam, suka dengan lagu-lagu nasyid, suka mendengar orang membaca Al-Quran dan sangat ingin memakai mukena.
ZD sudah berada 11 tahun di panti asuhan Parupuk Tabing tepatnya semenjak tamat SD sudah berada di Panti. Awal kedatangan ZD di panti dibawa oleh ustad dari Mentawai. Ustad mengajak ZD ke Padang untuk mengenalkan dunia di luar Mentawai kepada ZD. Dan ustad mengatakan bahwa ada panti tanpa biaya hidup.Selama di panti asuhan ZD diajarkan ilmu-ilmu agama, bisa sekolah dan banyak mengenal orang diluar sana, bisa mendapat penghidupan yang layak dibanding dari keluarga sendiri, serta dapat mengembangkan pengetahuannya. Setiap pagi ZD dibangunkan untuk shalat subuh dan nantinya ada piket untuk masak dan ZD merasa senang berada di panti asuhan. Kekurangan tinggal di panti tidak ada uang pegangan untuk membeli kebutuhan seperti sabun, dan kebutuhan lainnya.
Dikampus, ZD tidak begitu minder berada dilingkungan kampusnya, karena teman-teman sekelas ZD juga senasib dengan ZD yaitu juga tinggal di panti, meskipun cuma beberapa orang dari mahasiswa diluar itu.
3. Peran Konselor
a. Konselor memberi (penegasan) mengenai apa yang dia rasakan, perhatikan, dan pelajari dari semua info yang diperlukan oleh anak panti.
b. Konselor perlu melakukan follow up terhadap apa yang sudah dicapai saat itu. Anak-anak di panti asuhan perlu masuk ke dalam terapi kelompok, untuk menolong mereka menemukan kebenaran indah dari hidup mereka; mereka sama-sama pernah terluka dan dilukai.
c. Merubah persepsi masyarakat.
Cara masyarakat memandang panti asuhan berkontribusi terhadap pola manajemen panti asuhan. Persepsi masyarakat yang membedakan “Panti Kaya” dan “Panti Susah”, cenderung memihak dan membantu “Panti Susah”. Akibatnya beberapa pengurus panti asuhan tidak berusaha memberikan fasilitas terbaik dan layak untuk anak-anak di dalam panti asuhan. Kondisi prihatin dianggap dapat membangun rasa belas kasihan sehingga sumbangan tetap mengalir. Sebaliknya, kondisi panti asuhan yang tertata baik dengan fasilitas memadai dianggap “Panti Kaya”. Masyarakatpun berhenti membantu karena sudah dianggap cukup dan “kaya”.
Persepsi tersebut tidak sepenuhnya salah, tetapi akan lebih baik jika masyarakat juga melihat dari sisi pengelolaan/manajemen panti asuhan. Kondisi panti asuhan yang tertata baik, memiliki program kerja yang jelas, memiliki standar pengasuhan yang baik dan memiliki fasilitas memadai serta kondisi tumbuh kembang anak yang baik, menunjukan akuntabilitas yang baik dan bisa dipercaya. Panti asuhan seperti ini mengelola bantuan dengan penuh tanggungjawab dan memberikan dampak positif bagi anak. Masyarakat patut untuk terus mendukung panti asuhan seperti ini. Dengan demikian panti asuhan yang tidak menjalankan amanahnya, tidak memberikan perlindungan terhadap anak dan tidak sungguh-sungguh mengupayakan pemenuhan hak anak, akan mendapatkan sanksi sosial dari masyarakat sehingga tidak lagi mendapat dukungan.
d. Meningkatkan sistem pengawasan dan pembinaan panti asuhan/lembaga kesejateraan sosial anak.
Pemerintah berperan penting dalam pengawasan dan pembinaan, mulai dari tingkat pusat (Kementerian) hingga tingkat terendah (Desa/Kelurahan). Pemerintah memiliki infrastruktur pengawasan dan pembinaan yang sangat mendukung. Permasalahannya adalah bagaimana sistem koordinasi dan komunikasi antara pusat dengan daerah dan antar instansi terkait, serta berapa besar perhatian dan tanggungjawab setiap instansi terkait terhadap pengawasan dan pembinaan panti asuhan. Tanpa adanya kerjasama dan koordinasi yang baik serta perhatian serius dari setiap instansi terkait, maka upaya perlindungan anak dan pemenuhan hak anak di dalam panti asuhan melalui manajemen panti asuhan yang baik, sulit kita harapkan.






1 komentar:

  1. Daftar pertanyaan bimbingan konseling di Panti Asuhan "Parupuk Tabing", Kabupaten Padang, Provinsi Sumatera Barat, sebagai berikut :

    1. Bagaimanakah caranya Pengasuh Panti, menyelesaikan masalah bila ada anak asuhnya yang menangisi ke dua orang tuanya, padahal ke dua orang tuannya sudah lama meninggal dunia ?

    2. Bagaimanakah caranya Pengasuh panti, bila menghadapi anak asuhnya yang selalu meminta uang jajan, bila permintaannya sudah melebihi batas ketentuan yang di berikan pihak Panti ?

    3. Mengapakah bimbingan konseling sangat penting di berlakukan pada setiap Panti-Panti sosial ?

    BalasHapus