Entri Populer

Kamis, 06 November 2014

Anak Berbakat


ANAK BERBAKAT (GIFTED)

A.    Pengertian Anak Berbakat
Setiap orang memang dilahirkan dengan berbagai bakat yang berbeda – beda. Bakat adalah kemampuan yang merupakan sesuatu yang inherent dalam diri seseoang, kemudian dibawa sejak lahir dan terkait dengan struktur otak. Secara genetis struktur otak memang telah terbentuk sejak lahit, tetapi berfungsinya otak itu sangat ditentukan oleh caranya lingkungan berinteraksi dengan anak manusia (Conny Semiawan, 1997: 11).
Anak berbakat atau gifted adalah istilah yang telah lama dipakai dan ditulis baik dalam buku – buku maupun didalam publikasi – publikasi yang lain. Istilah gifted yang digunakan sekarang untuk pertama kalinya diuperkenalkan Guy M. Whipple dalam Monroes Ensycyclopedia of Education untuk menunjukkan keadaan anak – anak yang memiliki kemampuan supernormal (Reni Akbar dan Hawadi, 2002:45). Menurut Hagen (dalam Reni Akbar dan Hawadi, 2002: 46) bahwa istilah gifted ditujukan untuk orang dengan kemampuan akademis yang tinggi dan istilah talented untuk orang dengan kemampuan unggul seperti dalam bidang seni, musik, dan drama.
Cutts da Mosseley (dalam Reni Akbar dan Hawadi, 2002: 46) membedakan istilah bright, gifted, dan talented, yaitu bright adalah siswa yang mampu menempuh pendidikannya ditingkat kolose dan lancar dalam karir yang dipilihnya. Gifted diartikan sebagai siswa dengan potensi yang mungkin lebih besar dari anak yang disebut dengan bright. Sementara istilah talented diberikan kepada seluruh siswa yang menunjuk pada kemampuan yang tidak lazim dalam bidang akademis dan mempunyai bidang karir yang khusus. Tanda – tanda umumnya adalah adanya kemampuannya yang tergolong pada tingkat superior.
Selain itu pula Coleman (dalam Reni Akbar dan Hawadi, 2002:48) menambahkan pengertian tentang gifted, yang mana menurutnya konsep tersebut sering dirancukan dengan konsep genius. Orang cenderung menyamaratakan saja antara gifted dan genius, padahal kedua istilah tersebut tidak sama. Gifted belum tentu seseoran yang genius sebab gifted belum tentu memberikan konstribusi unik pada lingkungannya dalam kurun waktu tertentu. Tetapi seorang genius adalah pasti seorang gifted.
Dalam hal tersebut, Feldhusen (dalam Reni Akbar dan Hawadi, 2002: 48) memberikan pengertian tentang genius dan gifted, yang mana ia lebih menekankan kepada genius yang merupakan merujuk jelas pada individu yanf telah menampilkan kemampuan tingkat tinggi yang luar biasa pada prestasi bermakna, sedangkan berbakat adalah secara umum menunjuk kepada mereka yang menampilkan tanda – tanda atau indikasi kemampuan superior.

B.     Ciri - Ciri Anak Berbakat
Pada zaman dahulu kala orang – orang menganggap anak – anak gifted sebagai oddballs. Yang mana mereka adalah anak – anak yang memiliki karakteristik serba negative, misalnya bahwa mereka mempunyai emosi yang tidak stabil, lemah, dan mudah terserang penyakit tidak cakap kecuali untuk sejenis pekerjaan yang hanya menurut aktivitas intlektual yang sederhana.
Sekarang pendapat yang mengaanggap anak – anak gifted sebagai oddballs  sudah ditinggalkan karena tidak sesuai lagi. Berbagai bukti penelitian misalnya yang dilakukan oleh Terman bahwa anak – anak gifted memupnyai keunggulan antara lain keunggulan fisik (Swanson, dalam Moch. Sholeh, 1998: 29).
Tidak tepat kiranya jika kita menilai bahwa anak – anak gifted adalah anak – anak yang tidak pernah mengalami problem emosional dan sosial yang serius. Penyimpangan potensi dan kapasitas senantiasa melahirkan problem pada setiap orang. Anak – anak gifted terkadang mengalami kesulitan untuk mengelola aktivitas – aktivitasnya.
Sebagai makhluk sosial tentu saja dalam pertumbuhan dan perkembangannya sangat dipengaruhi oleh sifat – sifat, pemikiran , sikap dan  aktivitas anggota masyarakat yang lain dalam pergaulan inilah emosi mereka dapat terluka/ berbahagia.
Untuk mengenali karakteristik anak – anak gifted dapat dilihat dari segi potensi, cara menghadapi masalah, dan kemampuan/ prestasi yang dapat dicapai.
Ciri – ciri anak berbakat yang bisa tampak sejak dini antara lain:
1.      Mempunyai ingatan yang kuat
Contoh ; sanggup mengingat letak benda – benda, tempat – tempat penyimpanan, lokasi – lokasi.
2.       Mempunyai logika dan keterampilan analitis yang kuat
Contoh: sanggup menyimpulkan, menghubung – hubungkan satu kejadian dengan kejadian lain.
3.      Mampu berpikir abstrak
Contoh : membayangkan sesuatu tidak tampak, kemampuan berimajinasi dan asosiasi
4.      Mampu membaca tata letak (ruang)
Contoh: menguasai rute jalan, kemana harus berbelok, menyebutkan bentuk ruang.
5.      Mempunyai keterampilan mekanis
Contoh: pintak bongkat pasang benda yang rumit
6.      Mempunyai bakat musik dan seni
7.      Luwes dalam atletik dan menari
8.      Pintar bersosialisai
Contoh : mudah bergaul, mudah beradaptasi
9.      Mampu memahami perasaan manusia
Contoh: pandai berempati, baik dan peduli pada orang lain
10.  Mampu mengikat dan merayu
Contoh: penampilannya selalu membuat orang tertarik, mampu membuat orang mengikuti kemauannya.

C.    Konsep Dasar Keberbakatan
Anak berbakat adalah mereka yang oleh orang – orang professional diidentifikasi sebagai anak yang mampu mencapai prestasi yang tinggi karena mempunyai kemampuan – kemampuan yang unggul.
Anak – anak yang superior adalah individu yang memandang alam semesta dengan cara yang tidak biasa. Mereka dengan anak – anak lainnya dalam hal emosi, perasaan, pergaulan dan pemikira. Mereka melihat alam semesta dengan kacamata berbeda yang digunakan oleh anak yang normal. Anak berbakat mirip dengan orang yang melihat alam semesta dengan menggunakan mikroskop elektronik, dia dapat melihat sesuatu yang tidak terlibat dan tidak terbayangkan oleh orang lain.
Faktor pembawaan atau pribadi yang menentukan keberbakatan yang dimiliki setiap anak dalam kadar yang berbeda –beda. Untuk pengembangan keberbakatan yang optimal diperlukan rangsangan dan pembinaan dari lingkungan sosial keberbaktan muncul dari interkasi faktor lingkungan dan pribadi.
Konsep lain tentang keberbakatan yang digunakan dalam identifikasi siswa berbakat I Indonesia (juga digunakan dalam seleksi calon guru anak berbakat ialah “Three-Ring Conception” dari Renzulli dan kawan – kawan yang menyatakan bahwa tiga cirri pokok yang merupakan kriteria keberbakatan ialah keterkaitan antara:
1.      Kemampuan umum di atas rata – rata
2.      Kreativitas di atas rata – rata
3.      Pengikatan diri terhadap tugas, (Utami Munandar, 2009: 24)

D.    Identifikasi Anak Berbakat

Identifikasi merupakan suatu proses pencarian suatu karakteristik baik itu berupa benda atau makhluk hidup (individu). Dalam hal identifikasi anak berbakat, Terman memberikan sumbangan sangat besar. Yang mana, sumbangannya tersebut dirasakan karena 2 hal yaitu karena identifikasi yang dilakukan Terman dapat dinilai sebagai satu rintisan kearah pemahaman anak berbakat dan kesungguhannya dalam melakukan identifiksi sehingga ia memerlukan waktu yang lama, alat – alat yang terandalkan, serta pencatatan yang teliti dalam penelitiannya. Kesungguhan ini kemudian membuahkan hasil yang sangat terpercaya sehingga hasil penelitian ini menjadi salah satu bahan acuan yang sangat penting hingga saat sekarag.
Dalam penemuan Terman (dalam M.Sholeh Y.A. Ichrom, 1988: 57) mengatakan bahwa ia menemukan kenyatan bahwa anak – anak gifted adalah anak – anak yang sehat dan mampu menyesuaikan diri dengan baik dan mereka bukanlah anak – anak yang ringkih dan anti sosial.
Setelah Terman menemukan kenyataan/ hasil dari penemuannya akan identifikasi anak – anak gifted, pada tahun 1913 Terman kembali melakukan studi yang lebih komprehesif lagi terhadap 124 anak – anak gifted. Studi ini jadi landasan penelitian ia secara terus menerus sepanjang hidupnya, yang dikenal dengan “Stanford Studies of Genius”.
Dalam proses identifikasi terhadap anak – anak gifted, prosedur dan evaluasi haruslah diusahakan secepat mungkin, terpercaya, dan canggih. Data yang dikumpulkan juga seharusnya adalah data terpercaya yang sesuai dengan keadaan anak sesungguhnya.
Oleh karena itu, identifikasi perlu dilakukan mengingat tujuan dari identifikasi adalah untuk mengetahui karakteristik seorang aak sehingga dapat ditentukan apakah ia termasuk aak gifted atau tidak.
Dalam prosedur identifikasi, para pakar mempunyai cara pandang yang berbeda. De Haan dan Havighurst (dalam Reni Akbar dan Hawadi, 2002: 110) ada 2 cara dalam menjaring anak berbaka intelektual, yaitu dengan standarisasi tes psikologi yang bertujuan untuk mengukur perilaku yang ingin diidentifikasi dan dengan cara observasi, yaitu guru, orang tua, dan anak – anak. Kedua cara ini tidak memberikan hasil yang memuaskan jika digunakan secara sendiri – sendiri, tetapi akan lebih baik berdayaguna jika digunakan lebih dari 1 cara.
Martinson (dalam Reni Akbar dan Hawadi, 2002: 110) melihat prosedur identifikasi dari tahapan yang akan dilakukan. Ia berpendapat bahwa proses identifikasi dilakukan dalam 2 tahap , yaitu penjaringan dan tahap identifikasi dan studi kasus.
Dari beberapa sudut pandang prosedur identifikasi menurut beberapa pakar diatas, memiliki kesamaan terhadap prosedurnya masing – amsing. Dimana, mereka sama – sama melakukan penjaringan terlebih dahulu. Dibuku sumber yang lain juga menyebutkan, prosedur identifikasi yang hampir sama dengan dijelaskan sebelumnya.
Menurut Reni Akbar dan Hawadi (2002: 101) mengatakan bahwa tahap penjaringan merupakan tahap pendekatan awal dari proses identifkasi anak berbakat intelektual yang biasanya diikuti oleh sejumlah besar anak yang memiliki prospek sebagai aak berbakat intelektual. Hal ini dilakukan agar proses identifikasi yang dilakukan betul – betul tidak akan kehilangan seorang anak pun tergolong anak berbakat.
Penjaringan dan penyaringan jelas berbeda maknanya. Penjaringan merupakan tahap awal dari identifikasi sedangkan penyaringan adalah suatu seleksi yang lebih halus dari pada suatu penjaringan.

E.     Alat – alat Identifikasi
Ada beberapa alat identifikasi menurut Tengku Zahara Djafar (2001: 43), yang dipakai dalam prosedur identifikasi, yaitu:
1.      Kemampuan intelektual umum
Perkembangan intelektual umum bermula dari pengkajian terhadap anak subnormal. Orang Perancis bernama Equirol yang pertama menaruh perhatian terhadap kelompok ini dan menemukan suatu kontinum kemampuan umum dari normal kebawah sampai idiot.
Dalam upaya mengkaji karakteristik kemampuan intelektual umum Sir Francis Galton (dalam Tengku Zahara Djafar, 2001: 43) mengukur mereka yang masih punya hubungan darah dan mereka yang tidak mempunyai hubungan darah. Ia mengemukaka bahwa mereka yang mengalami retardasi mental berat tidak dapat menemukan perbedaan antara panas/ dingin dan rawsa sakit.
2.      Tes Intelegensi Umum
Binet telah menciptakan tes mental pertama bersama Simon, sejawatnya. Mereka menciptakan skala yang terdiri dari 30 maslaah yang dicobakan kepada 50 anak normal berumur 3 – 11 tahun dan beberapa anak yang mengalami retardasi mental serta orang dewasa. Menurut Tengku Zahara Djafar (2001: 44) tes tersebut mencakup berbagai fungsi dengan tekanan pada penilaian pengertian dan penalaran yang menurut Binet adalah kemampuan esensial intelegensi
3.      Tes Kelompok Kontra Tes Individual
Tes kelompok dirancangkan untuk kelompok tertentu. Keuntungannya adalah latihan yang ekstentif yahng diperlukan untuk tes seperti Binet, tidak seberapa diperlukan bagi tes kelompok, asalkan pengets tersebut mampu membaca instruksi dengan baik dan tepat waktu dalam mengadakan tes kelompok atau testing tersebut. Demikian juga cara menghitung skor dalam tes kelompok lebih mudah, biasanya tes kelompok menyediakan lembar jawaban dan kunci – kunci tes
4.      Pengukuran Hasil Belajar
Tes hasil belajar berfungsi untuk mengukur hasil perolehan belajar setelah melewati satu proses belajar, latihan atau kegiatan tertentu yang diikuti seseorang. Tes hasil belajar berbeda dari tes intelegensi. Tes hasil belajar distandardisasikan, terawasi, dan dirancang sebelumnya.

Selain itu menurut Harun Iskandar (2010: 15) ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengenali bakat seseorang, yaitu:
1.      Menyadari bahwa dalam diri sendiri ada sesuatu yang berharga
Manusia diciptakan oleh Tuhan dalam keadaan yang sempurna dibanding makhluk lainnya. Dan perbedaan yang paling mencolok adalah “akal pikiran”. Disamping itu dorongan nafsu atau rasa ingin tahu melekat pada diri manusia. Kelebihan semacam ini merupakan modal yang sangat besar. Jika dimanfaatkan tentu menghasilkan sesuatu yang diusahakan lebih dari cukup untuk meemnuhi kehidupannya. Sehingga hasil cipta karya manusia mampu mengangkat harkat martabat manusia itu sendiri ke jenjang yang mulia.
2.      Menggali bakat lewat berbagai bidang yang disukai
3.      Mencari alternative bidang lain
4.      Melihat dari keberhasilan orang
5.      Mengenal bakat lewat pertolongan psikolog

Secara umum prosedur identifikasi dapat dilakukan dengan penjaringan dan penyaringan. Menurut Eby dan Smunty (dalam Reni akbar dan Hawadi, 2002: 112) bahwa biasanya pada penjaringan melalui nomiasi yang dilakukan oleh guru kelas dan atau orang tua murid bahkan juga kadang – kadang teman sebaya dan diri sendiri.
1.      Identifikasi melalui Nominasi Guru
Observasi guru merupakan sesuatu yang berharga, sebab (1) guru relative selalu bersedia dan mereka terlibat secara psikologis dalam program anak berbakat, (2) guru juga memiliki kemampuan dalam pengambilan keputusan dan observasi. Observasi guru memungkinkan evaluasi berkembang sepanjang waktu. Guru dapat mempertimbangkan cara siswa memecahkan masalah  seperti juga mempertimbangkan jawabannya.
Selain itu guru juga dapat lihat bagaimana siswa menggunakan waktunya dan bagaimana beberapa indicator keberbakatan yang telah dikutip untuk diterapkannya.
2.      Identifikasi melalui Nominasi Orang tua
Orang tua dapat memungkinkan pemberian rekomendasi berdasarkan pengamatannya yang lama terhadap bakat yang dimiliki anak. Berkaitan dengan itu, orang tua dapat memperhatikan tingkat penguasaan anak dalam tugas intelektual, minat, dan keingintahuan yang bervariasi. Pada kenyataannya, menyuruh orangtua untuk mempertimbangkan bakat anak adalah suatu cara untuk melibatkan orang tua dalam memberikan informasi yang sangat berharga bagi pemahaman anak yang lebih komprehensif.
3.      Identifikasi melalui Teman Sebaya dan Oleh Diri Sendiri
Teman sebaya dapat memberikan informasi tentang keunggula anak berbakat dalam sekolah. Baik berkenaan dengan keunggulan akademik maupun bidang non-akademik, terutama kemampuan anak memecahkan masalah, kemampuan kepemimpinan, dan sikap kejujuran anak.
Menurut Martinson (dalam Reni Akbar dan Hawadi, 2002 : 131) penggunaan nominasi oleh teman sebaya dapat dilakukan dengan cara mendengarkan komentar teman sebaya tentang siswa yang dianggap anak berbakat. Teman sebaya dapat juga diminta bantuannya untuk membuat suatu daftar berbagai keberbakatan dari teman – temannya sendiri.















KEPUSTAKAAN

Conny Semiawan. 1997. Perspektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta: PT. Grasindo
Harun Iskandar. 2010. Tumbuhkan Minat Kembangakan Bakat. Jakarta: ST Book
Moch. Sholeh Y.A. Ichrom. 1988. Perspektif Pendidikan Anak Gifted: Sebuah Pengantar. Jakarta: DEPDIKBUD DIRJEN Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan

Reni Akbar dan Hawadi. 2002. Identifikasi Keberbakatan Intelektual Melalui Metode Non-Tes ddengan Pendekatan Konsep Keberbakatan Renzulli. Jakarta: PT. Grasindo

Tengku Zahara Djafar. 2001. Arah Pelayanan Pendidikan Anak Berbakat. Padang : Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang

Utami Munandar. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta

2 komentar: